Keutamaan Pemimpin Dalam Memajukan Peradaban

Keutamaan Pemimpin
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 400x400

Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Sudah seringkali diucapkan oleh siapapun bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan kesempurnaan hanya milik Allah semata. Namun ungkapan benar itu nampaknya belum dipahami pada level iman. Baru sebata kata-kata kosong, yang biasanya meluncur dari bibir mereka yang terdesak oleh lawan bicaranya, dan sebagai pembelaan dirinya, keluarlah kalimat itu sebagai “pemanis bibir” semata.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Jika anda membenarkan (beriman) bahwa kesempurnaan hanya milik Allah, maka seharusnya anda tidak berlepas diri dari Allah, bahkan anda akan selalu berusaha menjaga kesadaran Anda, bahwa Allah menyertai anda kapan dan di manapun anda berada. Tanpa kesadaran demikian, maka yakinlah bahwa tidak ada tindakan baik berupa perkataan maupun perbuatan anda yang bermanfaat, baik bagi diri anda maupun bagi orang lain.

Orang yang beriman kepada Allah, dengan sendirinya akan menaati firman Allah yang diturunkan melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Sehingga mereka akan senantiasa berpegang teguh kepada tali (buhul) agama itu dengan sepenuhnya berserah diri kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya:

وَمَنْ يُّسْلِمْ وَجْهَهٗٓ اِلَى اللّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰىۗ وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ

wa may yuslim wajhahū ilallāhi wa huwa muḥsinun fa qadistamsaka bil-‘urwatil-wuṡqā, wa ilallāhi ‘āqibatul-umūr

Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan. (Q.S Luqman [31] : 22).

Berserah diri kepada Allah adalah sikap yang benar, berdasarkan kesimpulan yang diambil dari logika berpikir yang benar, bahwa Allah SWT adalah pencipta, pemilik, pemelihara, pengatur segala sesuatu yang ada. Bahwa Allah tidak lengah sedikitpun dari apa yang terjadi atas segala ciptaan-Nya; bahwa semua makhluk ciptaan pasti tunduk, taat dan patuh kepada ketetapan-ketetapan (sunnatullah) Allah. Bahwa dengan demikian pembangkangan kepada Allah, atau penolakan untuk berserah diri kepada Allah SWT, pastilah jalan yang sesat.

Dan jika seseorang yang berserah diri kepada Allah, karena Allah telah memberinya petunjuk dan membimbingnya ke jalan yang benar, maka orang yang tersesat pastilah karena Allah juga yang telah memberinya petunjuk ke jalan yang sesat, disebabkan karena keingkarannya kepada Allah.

Orang Beriman dalam Membangun Peradaban

Setiap kaum pastilah punya memimpin di antara mereka. Jika pemimpin yang memimpin mereka itu berada dalam bimbingan Allah, niscaya masyarakat yang dipimpinnya akan ikut mengikuti jalan yang benar sebagaimana yang Allah tunjukkan. Namun sebaliknya jika pemimpin itu ingkar kepada Allah, maka pastilah kaum yang dipimpinnya akan turut tersesat jika mengikuti jalan yang ditempuh oleh pemimpinnya itu. Demikianlah firman Allah dalam Al-Qur’an berikut ini:

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

allāhu waliyyullażīna āmanū yukhrijuhum minaẓ-ẓulumāti ilan-nūr, wallażīna kafarū auliyā’uhumuṭ-ṭāgūtu yukhrijūnahum minan-nūri ilaẓ-ẓulumāt, ulā’ika aṣḥābun-nār, hum fīhā khālidūn

Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (Q.S Al-Baqarah [2] : 257)

Dalam teori demokrasi dikatakan bahwa pemimpin yang terpilih dalam suatu masyarakat, merupakan cerminan dari para pemilih dalam masyarakat itu. Dengan demikian jika pemimpin yang terpilih dalam proses demokrasi adalah tokoh yang menjadikan Allah dan segenap ajaran-Nya sebagai falsafah kehidupannya, maka pemimpin tersebut akan membawa masyarakatnya keluar dari berbagai problematika yang dihadapi. ( Minaddulumaati Ilan nuur),. Sebaliknya jika pemimpin yang terpilih dari kalangan penyembah berhala (toghut) atau mereka yang memperoleh dukungan bukan dari Allah, karena tidak menjalankan ajaran-ajaran Allah sebagai falsafah kehidupannya, maka pemimpin itu akan menyeret masyarakatnya memasuki fase kehidupan yang makin suram, atau ( minannuuri ila dulumati).

Bagaimana jika calon yang muncul untuk dipilih semuanya dari kalangan para penyembah berhala (toghut) disebabkan karena pola rekrutmen calon pemimpin yang dipaksakan segelintir orang (oligharki), misalnya dengan memberlakukan Presidential Threshold hingga 20 persen? Lalu karena itu hanya orang-orang kaya dari kalangan penyembah berhala yang bisa tampil sebagai calon untuk dipilih? Pahamilah bahwa itu juga kehendak Allah, tapi dengan tujuan menghukum masyarakat itu karena kesesatan mereka atau keingkaran mereka kepada Allah.

Berserah diri kepada Allah SWT itu, tidak di ukur apa status agama dalam kartu tanda penduduknya. Keberserahan diri kepada Allah itu ditunjukkan oleh prilaku baik pada diri seseorang. Seringkali kita menyebut ciri keberserahan diri kepada Allah bagi seorang pemimpin itu dengan memperhatikan kejujurannya, keteguhannya dalam menegakkan amar ma’ruf nahy mungkar, konsistensinya dalam menjalankan amanah yang diberikan, suhudnya kepada dunia, tawadhu dalam ilmu, dan wara’-nya dalam Akhlaqul Karimah.

Jika tidak muncul calon pemimpin dari kalangan orang yang beriman, maka marilah memperbanyak istighfar dan berlindung dari azab Allah SWT.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *