Gubernur Anies Apresiasi NU dalam Wujudkan Perdamaian Dunia

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, di Masjid UGM, Yogyakarta. Sumber : VIVA.co.id/ Cahyo Edi.
banner 400x400

 

Hajinews.id – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan tentang konsepsi Islam Wastathiyyah yang didorong oleh para ulama Nahdlatul Ulama (NU). Anies pun mengisahkan tentang dua orang pendiri Nahdlatul Ulama yaitu KH Bisri Samsuri dan KH Wahab Hasbullah.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Suatu ketika, datang seorang yang cukup berada ingin berkurban lalu mendatangi KH Bisri Samsuri. Dia bertanya apakah bisa berkorban satu sapi untuk delapan orang?

“Jadi ceritanya dia punya 6 anak dan ditambah dirinya dan istrinya jadi delapan,” kata Anies dalam sebuah video diunggah YouTube TVNU, Jumat (29/4/2022).

Anies melanjutkan, Kiai Bisri Samsuri yang memang dikenal sebagai pakar fikih tentu menjawab tidak boleh. Sebab satu sapi itu maksimal untuk tujuh orang.

“Kiai Bisri Samsuri tidak begitu saja menerima alasan bahwa anak dari yang bertanya itu baru berusia 1 tahun. Ini menunjukkan komitmen dari kakek Gus Dur dari pihak ibu, untuk menjaga komitmen keilmuwan,” ucapnya.

Tapi di sisi lain, lanjut Anies menyampaikan, orang kaya tersebut menyatakan paham dan pamit. Akan tetapi, dia masih penasaran lalu mendatangi Kyai Wahab Hasbullah.

Dihadapan Mbah Wahab, orang berada tadi mengajukan pertanyaan yang sama. Tapi sebelum menjawab, Mbah Wahab bertanya: Sapi yang engkau miliki gemuk apa kurus?

Lalu orang itu menjawab: “Gemuk, Kiai,”.

Dalam ajaran Islam, hewan kurban akan menjadi tunggangan kita kelak di akhirat. Semakin besar hewan kurban, maka akan semakin berkualitas hewan kurbannya dan emakin kuat pula tunggangannya di akhirat nanti.

“Ini tentu tujuannya untuk menyemangati agar Muslim yang mampu agar mau berkurban,” tutur Anies.

Anies melanjutkan kisahnya, mendengar jawaban bahwa sapinya gemuk, Mbah Wahab kemudian berkata: “Gini ya, kalau sapi itu gemuk sementara anakmu masih ada yang kecil, maka dia perlu tangga supaya bisa naik ke atas api. Nah, tangganya harus berupa hewan juga, jadi kamu harus belikan satu ekor kambing buat anakmu, bisa tidak?

Orang berada itu menjawab: “Oh bisa kiai. Jangankan satu ,tiga ekor pun siap,”.

Mbah Wahab lalu berkata: “Sudah cukup satu saja dengan satu itu nanti anaknya bisa ikut naik sapi,”

Anies menuturkan bahwa kisah ini menggambarkan sebuah komitmen keilmuwan yang ditunjukkan oleh KH Bisri Syamsuri serta keluwesan mencari alternatif penjelasan oleh Mbah Wahab. Hal ini tentu menjadi satu solusi yang sangat menarik dari berbagai persoalan masyarakat.

“Di satu sisi komitmen bahwa siapa pun tahu ada batas-batas yang tidak boleh dilewati,” terang Anies.

Lebih dari itu, Anies mengungkapkan bahwa ada keluwesan untuk bisa mencarikan jalan keluar. mencarikan penjelasan Sehingga masyarakat bisa menyampaikan komitmen itu dengan cara yang mudah diterima.

“Jadi secara garis besar ini adalah ilustrasi gambaran penting Islam Wastathiyyah yang ada di Indonesia ini. Ini adalah sesuatu yang unik yang barangkali tidak banyak di belahan dunia lainnya,” jelas Anies.

Negara Indonesia, kata Anies, secara geografis jauh dari Mekah dan Madinah, tapi pada saat yang sama umat Islam di Indonesia memiliki potensi peran yang sangat besar dan sangat sentral untuk mewujudkan wajah Islam dunia. Sebab Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan banyak sekali tokoh dunia yang memiliki harapan kepada Indonesia.

Karena itu, Anies memberikan apresiasi kepada Nadhlatul Ulama (NU) yang tetap berusaha mewujudkan Islam yang ramah terhadap semua.

“Karena itu tepat kiranya langkah yang diambil oleh Gus Yahya, sebagai Ketua Umum PBNU beliau mendorong agar NU menjadi perdamaian dunia,” jelasnya.

“Jadi selain ikut melunasi salah satu janji kemerdekaan yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia, tapi juga mewujudkan Islam wasathiyah yang menjadi karakter penting dari Nahdlatul Ulama,”, pungkasnya. []

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *