Hikmah Siang: Buah Cinta kepada Allah, Manisnya Ibadah dan Surga Dunia

banner 400x400

 

Hajinews.id – “Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku).” (Thaha [20] : 84)

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Cinta dan takut telah menggerakkan hati Nabi Musa AS untuk bersegera ketika bermunajat kepada Tuhan-Nya. Ibnu Qayyim berkata: Secara zhahir ayat di atas menunjukkan bahwa yang membawa Nabi Musa untuk bersegera adalah harapannya akan keridhaan Allah. Keridhaan Allah akan diraih dengan bersegera menyambut perintah-perintah-Nya. Karena itu, sebagian salaf berhujjah dengan ayat ini bahwa shalt di awal waktu lebih baik.

Dikutip dari buku Aku Rindu pada Allah (Kaifa Nuhibbullah wa Nasytaqi ilaihi), karya Dr Majdi Al Hilali, ketika rasa cinta seorang hamba kepada Tuhannya semakin bertambah, maka bertambah pula hasrat untuk bersegera melakukan ketaatan dan merasakan nikmatnya dzikir.

Bersegera dalam konteks ini bermakna kerinduan dan rasa sayang hamba kepada Sang Kekasih Yang Maha Agung, serta mengekspresikan makna sayang dalam setiap dzikir dan munajatnya. Makna tersebut muncul karena mahabbah (cinta) telah terbuka. Jadi, orang yang sedang jatuh cinta akan menghadap Sang Kekasih dengan bahagia dan menaati perintah-Nya dengan penuh keridhaan.

Begitu pula yang membuat Rasulullah SAW berkata kepada Bilal, “Istirahatkan aku dengan shalat wahai Bilal.”

Bersegera dalam kebaikan tak mungkin tanpa cinta. Misalnya, bersegera ke masjid untuk shalat wajib. Apa yang menggerakkan kita untuk segera melangkah dan keluar rumah? Jika cinta kepada Allah menjadi penggeraknya, maka kita sudah berada dalam koridor yang benar sebagai hamba yang sayang dan cinta kepada Allah SWT.

Itulah perasaan bahagia yang hakiki. Sebuah kenikmatan dan manisnya ibadah hanya diperoleh orang yang mencintai Allah dalam munajatnya, dzikir, dan khalwat. Kenikmatan inilah yang disebut dengan “Surga Dunia”. Surga dunia seperti ini sangatlah sulit kecuali melalui pintu mahabbah (cinta).

Jadi, di dunia ini sudah bisa kita rasakan kenikmatan ukrawi. Orang bijak berkata, merugilah orang yang keluar dari dunia ini tetapi ia tak merasakan kenikmatan di dalamnya (dunia). Lalu ia ditanya, “Apakah sesuatu yang nikmat di dunia ini?” Dia menjawab: “Yaitu cinta kepada Allah, mengenal-Nya, dan berdzikir kepada-Nya.” (Raudhatul Muhibbīn, hal. 148)

Dikutip dari situs web alquran-sunnah.com, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa guru beliau, Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah, berkata, “Sesungguhnya di dunia terdapat surga yang seperti (merupakan representasi) surga akhirat. Barangsiapa yang memasuki surga dunia itu maka ia kelak akan memasuki surga akhirat, dan barangsiapa yang tidak memasuki surga dunia tersebut niscaya ia tidak akan memasuki surga akhirat.” (Ad-Dā` wad Dawā`, hal. 186; dan Madārij as-Sālikīn vol. I, hal. 454)

Yang dimaksud dengan surga dunia dalam ucapan di atas adalah ketenteraman, kebahagiaan dan kesejukan hati tiada terkira dengan mengingat, mencintai dan merindukan Allah.

Maha Suci Allah yang telah memperlihatkan surga-Nya di dunia kepada para hamba-Nya sebelum pertemuan dengan-Nya, dan telah membukakan pintu-pintu surga tersebut untuk mereka di negeri amal, sehingga mereka mendapatkan kenikmatan, kelapangan dan kebaikan dalam rangka mengisi kembali kekuatan mereka untuk mencari dan berlomba-lomba meraih surga.” (Al-Wābil ash-Shayyib min al-Kalim ath-Thayyib, hal. 69-70)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *