Pemerintah Arab Saudi Luncurkan e-Visa untuk 7 Negara di Dunia, Indonesia Menjadi Prioritas



banner 800x600

banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Arab Saudi menghadirkan layanan pengurusan visa terbaru untuk wisatawan mancanegara (wisman). Adapun layanan visa dari Arab Saudi tersebut ialah visa elektronik atau sering disebut e-visa.

Layanan e-visa ini sebagai upaya untuk mengadopsi kebijakan visa yang lebih ramah pariwisata selama beberapa tahun terakhir. Sehingga wisman bisa dengan mudah berkunjung ke Arab Saudi untuk urusan keagamaan maupun berwisata.

Bacaan Lainnya


Dikutip dari laman visaguide.world, Kamis (25/5/2023), inisiatif Kementerian Luar Negeri Arab Saudi baru-baru ini bertujuan untuk mengembangkan lebih lanjut mekanisme penerbitan visa dengan menggunakan teknologi terbaru.

Nantinya inisiatif ini akan memfasilitasi proses penerbitan visa untuk perwakilan Arab Saudi di Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Bangladesh, Indonesia, India, dan Filipina.

Untuk mendapatkan manfaat dari e-visa, kandidat yang memenuhi syarat harus mendaftar melalui situs web pariwisata resmi Arab Saudi.

Untuk mengajukan visa Arab Saudi secara online, pemohon harus mengakses situs web aplikasi e-visa dengan mengklik tombol ‘apply now’, lalu lengkapi formulir aplikasi visa, bayar biaya visa dan tunggu e-visa diproses, prosesnya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

Setelah menerima e-visa, pemohon dapat mencetaknya dan menggunakannya untuk memasuki negara tersebut dalam waktu 90 hari.

Perlu diketahui, pihak berwenang di Arab Saudi memperkenalkan e-visa untuk kali pertama pada akhir 2019 untuk mengakomodasi peningkatan pariwisata.

Tahun lalu, para pemimpin Arab Saudi mengatakan bahwa pengunjung dapat mengajukan visa kunjungan pribadi untuk mengunjungi teman yang merupakan warga negara Saudi menggunakan formulir layanan e-visa di situs webnya.

Di antara persyaratan untuk visa kunjungan pribadi adalah mendapatkan paspor asli tidak kurang dari enam bulan, yang harus memiliki setidaknya dua halaman visa kosong berturut-turut.

Visa yang berlaku untuk jangka waktu 90 hari ini memungkinkan pengunjung untuk melakukan perjalanan ke seluruh Arab Saudi, termasuk dua kota sucinya, yakni Makkah dan Madinah.

Tahun lalu, Kementerian Haji dan Umrah mengungkapkan bahwa sejak dimulainya musim umrah, pada 30 Juli hingga akhir 2022, lebih dari empat juta visa dikeluarkan untuk jemaah dari negara-negara dunia.

Baru-baru ini, otoritas Arab Saudi membuka rencana untuk menambah total 315.000 kamar hotel baru dengan perkiraan biaya pengembangan sebesar 37,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2030.

Ini merupakan bagian dari upaya tambahan untuk membantu pemulihan sektor pariwisata.

Indonesia Jadi Prioritas Arab Saudi untuk Dapat Tambahan Kuota Jemaah Haji 2023

Dalam rangka mempersiapkan layanan ibadah Haji 2023, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas bertandang ke Arab Saudi beberapa waktu lalu.

Di hari kedua, Menag Yaqut Cholil Qoumas bertemu dengan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq F Al Rabiah di Jeddah pada Minggu (12/3/2023).

Dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas persiapan penyelenggaran ibadah haji, termasuk terkait tambahan kuota.

Turut hadir mendampingi, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief, Irjen Kemenag Faisal Ali Hasyim, Konjen RI di Jeddah Eko Hartono, serta Staf Khusus Menag Wibowo Prasetyo dan Ishfah Abidal Aziz.

Hadir juga, Jubir Kemenag Anna Hasbie, Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid, dan Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam.

“Di antara misi kunjungan saya ke Saudi adalah mengecek langsung perkembangan persiapan layanan dan meminta tambahan kuota jemaah haji Indonesia dan petugas. Dua hal ini kita bahas bersama Menteri Tawfiq di Jeddah,” ujar Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam siaran pers resminya.

“Alhamdulillah kita dapat kuota tambahan petugas. Indonesia juga jadi prioritas Kerajaan Arab Saudi untuk mendapat tambahan kuota jemaah,” sambungnya.

Gus Men, panggilan akrab Menag Yaqut Cholil Qoumas, menjelaskan bahwa tambahan kuota petugas akan difokuskan dalam penguatan layanan jemaah lansia.

Maklum, dari 203.320 kuota haji reguler, ada lebih 64 ribu jemaah yang masuk kategori lansia.

Gus Men sejak awal berkomitmen untuk memberikan perhatian kepada para jemaah lansia. Karenanya, penyelenggaraan tahun ini mengusung tagline Haji Ramah Lansia.

Beragam persiapan layanan pun, ujar Gus Men, difokuskan dalam upaya memberikan yang terbaik untuk jemaah, termasuk mereka yang lansia.

Hal-hal detail menjadi perhatian, antara lain penambahan toilet perempuan di Arafah dan Mina. Sebab, mayoritas jemaah Indonesia adalah perempuan. Mereka juga membutuhkan waktu lebih lama saat di toilet.

“Akan ada rekrutmen khusus untuk pengisian tambahan kuota petugas, dan ini difokuskan pada penguatan layanan lansia,” tegas Gus Men.

Terkait tambahan kuota jemaah haji, Menag berharap Menteri Tawfiq bisa menyampaikannya lebih awal.

Sebab, selalu saja butuh waktu persiapan dalam proses pengisian kuota jemaah, mulai dari penyiapan dokumen, paspor, pemvisaan, serta penyediaan layanan.

“Saya minta agar tambahan kuota jemaah tersebut disampaikan lebih awal, agar bisa terserap maksimal,” tegasnya.

Hal lain yang dibahas dua menteri ini adalah terkait layanan fast track.

Tahun ini, fast track akan kembali dilaksanakan di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), bagi jemaah dari DKI Jakarta, Banten, Lampung, dan sebagian Jawa Barat.

Layanan fast track, sudah dimulai sejak 2018.

Melalui layanan ini, proses imigrasi jemaah haji dilakukan sejak di bandara Indonesia.

Sehingga, jemaah tidak perlu diperiksa paspor dan visanya lagi saat tiba di Arab Saudi.

“Jumlah jemaah yang akan dilayani oleh fasilitas fast track tahun ini baru sebanyak 55.321 jemaah. Saya sampaikan ke Menteri Tawfiq agar bisa ditambah untuk bandara lainnya,” tegasnya.

“Menteri Tawfiq akan mempertimbangkan penambahan layanan fast track ini,” tandasnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *