Kultum 118: Mengenal Uwais Al-Qarni (Bag. 2)

Mengenal Uwais Al-Qarni
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.


banner 678x960

banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya


اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Kecintaan Uwais Al-Qarni pun akhirnya membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya serta taat beribadah, Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Apabila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Betapa sedih hati Uwais setiap kali melihat tetangganya kembali dari Madinah dan bercerita telah bertemu Nabi Muhammad Rasulullah. Sementara, dia hanya bisa berangan-angan dan belum pernah bertemu Rasulullah.

Suatu ketika Uwais mendengar tentang patahnya gigi Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dalam perang Uhud. Uwais turut menyesalinya dan dia segera mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dia lakukan karena rasa cintanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sekalipun dia belum pernah bertemu dengan beliau.

Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi Muhammad semakin mendalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad dan memandang wajah beliau dari dekat. Dia rindu mendengar suara Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam karena kerinduan dan imannya.

Bukankah dia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta, buta, dan lumpuh? Lantas bagaimana mungkin dia tega meninggalkan ibunya dalam keadaan yang demikian? Hati Uwais jadi semakin gelisah. Baik siang maupun malam pikirannya diliputi perasaan rindu ingin memandang wajah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kerinduannya kepada Nabi Muhammad yang selama ini dipendamnya memuncak dan tak dapat ditahannya lagi. Maka dia mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibunya yang walau telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya.

Sang Ibu memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni, dan mengatakan, “Pergilah wahai anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila kau telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang”. Bisa dibayangkan, betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan dan ijin ibunya. Segera ia berkemas untuk berangkat, dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya. Dia juga tidak lupa berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Setelah berpamitan dan mencium ibunya, Uwais Al-Qarni berangkat menuju Madinah rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Perjalanan yang jauh itu pun ditempuhnya, dan setelah berjalan jauh itu, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga di kota Madinah. Ia mencari rumah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketika dia telah temukan rumah Nabi, pintu rumah itu diketuk sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang ingin ditemuinya. Namun ternyata Nabi Muhammad sedang berada di medan pertempuran.

Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah Radhiyallahu anha, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Alangkah kecewanya hati Uwais. Dari jauh dia datang hanya untuk bertemu langsung dengan Nabi Muhammad, ternyata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dapat dijumpainya. Hatinya bergejolak dan ingin menunggu kedatangan Nabi Muhammad, namun pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu mengiang memanggil agar dia cepat kembali pulang ke Yaman.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *