Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Pembaca yang dirahmati Allah,
Hajinews.id – Tawakal adalah kata yang sering kita dengar daam kehidupan sehari-hari sebagai seornag Muslim. Kata ini sering diartikan sebagai ‘berserah diri’. Di dalam terminology Islam, Tawakal didefinisikan sebagai “sikap menyendarkan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala kala menghadapi suatu kepentingan (yang dirasa berat)”.
Tawakal juga diartikan sikap bersandar dan mempercayakan atau menyerahkan hasil usaha diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Sikap ini merupakan implikasi langsung dari iman seseorang kepada Allah. Dengan demikian, maka tidak ada Tawakal tanpa rasa iman dan demikian juga sebaliknya.
Ayat yang melibatkan kata ‘Tawakal ’ di dalam Al-Qur’an juga banyak kita jumpai. Di dalam berbagai ayat tersebut, kata Tawakal juga menjelaskan tentang penyerahan diri kepada Allah Subahanahu wata’ala dalam beberapa latar belakang. Beberapa latar belakang tersebut antara lain:
- Tawakal terhadap nasib,
- Tawakal mendatangkan kesabaran,
- Tawakal dalam perselisihan,
- Tawakal dalam perdamaian,
- Tawakal dalam berdakwah,
- Tawakal dalam menghadapi fitnah,
- Tawakal dalam menghadapi gangguan, dan
- Tawakal dalam peperangan.
Dalam hal nasib, manusia haruslah meyakini sepenuhnya bahwa apapun yang kita dapatkan, banyak atau sedikit, semua adalah merupakan Allah Subahanhu wata’ala. Artinya, kita sebagai manusia harus menerima bahwa semua itu sudah dtentukan oleh Allah Yang Maha Bijaksana dalam menentukan semua itu. Artinya, kita harus menerima nasib itu dengan hati yang rela dan lega.
Jadi, ketika kita ingin menjadi seorang pejabat atau berpangkat yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan besar. Tentu saja kita berupaya keras dengan memenuhi syarat berupa pendidikan dan lain-lain. Setelah semua syarat itu kita penuhi, barulah kita bertawakal dengan menyerahkan sepenuhnya untuk terkabul atau tidaknya harapan itu atas kehendak Allah subhanahu wata’al. Allah berfirman,
وَقَالَ يَٰبَنِىَّ لَا تَدْخُلُوا۟ مِنۢ بَابٍ وَٰحِدٍ
وَٱدْخُلُوا۟ مِنْ أَبْوَٰبٍ مُّتَفَرِّقَةٍ ۖ وَمَآ أُغْنِى
عَنكُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ إِنِ ٱلْحُكْمُ
إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
ٱلْمُتَوَكِّلُونَ
Artina:
Ya’qub berkata, Hai anak-anakku, janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan, meskipun demikian, Aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah, keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah, kepada-Nya lah Aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal, berserah diri (QS. Yusuf, ayat 67).
Apa yang dikatakan Nabi Ya’qub kepada putra-putra nya adalah bahwa mereka harus berusaha sepenuh hati dalam mengejar apa yang diinginkannya. Namun, harapan itu tentunya juga harus diikuti kesadaran penuh bahwa ketentuan semuanya itu ada di tangan Allah Subahanhu wata’ala. Sebagai hamba Allah yang beriman, kita harus pasrah dan menerima apapun keputusan-Nya terhadap kita. Kita tidak boleh sakit hati dan merasa kesal meskipun mungkin yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.
Adapun dalam hal mendatangkan kesabaran, Islam telah mengajarkan kepada kita bahwa salah satu cara untuk mendapatkan sifat sabar adalah dengan cara bertawakal kepada Allah. Dalam hal ini Allah berfirman,
وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا فِى اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوْا
لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ۗوَلَاَجْرُ الْاٰخِرَةِ
اَكْبَرُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَۙ
الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
Artinya:
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia, dan pasti pahala di akhirat lebih besar, sekiranya mereka mengetahui (QS. An-Nahl, ayat 41), yaitu orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal (QS an-Nahl, ayat 42).