Kultum 572: Islamophobia Meluas Mualaf Bertambah

Islamophobia Meluas Mualaf Bertambah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Dalam berbagai statistik, bisa terlihat bahwa jumlah pemeluk Islam menunjukkan jumlah perkembangan yang lebih pesat dibandingkan agama-agama lain. Bahkan di beberapa negara Eropa seperti Perancis, Inggris, dan Jerman, jumlah pemeluk agama Islam tercatat yang paling cepat berkembang dalam tiga dekade terakhir. Padahal, di tiga negara ini Islamophobia juga sebagai hal yang paling besar setelah Amerika Serikat.

Di Perancis misalnya, kita sering mendengar bahwa agama Islam sering menjadi sasaran hinaan oleh umat non-Muslim. Mereka dengan terang-terangan menghina agama Islam di berbagai media. Presiden Perancis sendiri, Macron, juga terlibat penghinaan terhadap Islam. Beliau bukan mengadili penghina agama Islam, tapi justru terkesan mendukung para penghina Islam.

Islam berasal dari akar kata ‘salam’ yang berarti damai. Tetapi banyak orang yang salah paham tentang Islam. Mereka percaya bahwa Islam adalah agama jihad dan agama yang fundamentalisme. Tetapi mereka tidak dapat mendefinisikan agama jihad dan agama fundamentalisme dengan pemahaman terminologi yang tepat.

Melihat fakta bahwa agama Islam selalu dipojokkan, seorang pendakwah yang sangat terkenal yang berasal dari India, Dr. Zakir Naik, mendorong semua umat Muslim agar mengklarifikasi pemikiran yang salah tersebut. Beliau mengatakan, “Banyak orang memimpikan perdamaian, tetapi juga banyak yang membenci perdamaian. Islam telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alihi wasallam sejak 1400 tahun yang lalu”.

Masih menurut beliau, “Siapa yang menyebarkan perdamaian dan mengikuti ajaran Islam dengan baik adalah agen Islam”. Demikian yang disampaikan oleh beliau dalam kuliah umum ‘Agama sebagai Agen Rahmat dan Perdamaian’, pada empat tahun lalu di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY ).

Seperti diketahui, umat Islam di Amerika Serikat dikucilkan pasca tragedi 9/11. Bahkan setelah peristiwa itu Islam dikenal sebagai agama jihad dan fundamentalisme. Gambar-gambar demikian telah disebarluaskan oleh media internasional. Berbagai media itu sering mengasosiasikan Islam dengan fundamentalisme, padahal mereka tidak tahu apa yang dimaksud fundamentalisme.

Mereka mendefinisikan fundamentalisme Islam sebagai ekstremisme agama. Di dalam kamus Oxford, kata fundamentalisme berarti menjunjung tinggi ajaran agama, khususnya Islam. Berdasarkan definisi ini, bisa dikatakan bahwa setiap orang beragama seharusnya adalah seorang fundamentalis. Jadi setiap orang Muslim boleh menjadi fundamentalis Muslim, dengan pemahaman ajaran Islam yang benar.

Perlu juga dipahami bahwa bahwa jihad bukanlah perang suci seperti yang selalu dibicarakan oleh media internasional. Akar kata jihad adalah ‘jahadah’ yang berarti berusaha menjadi agen Islam yang baik. Jihad dilakukan tidak hanya oleh Muslim tetapi juga non-Muslim. Selama mereka menyebarkan perdamaian, itu disebut jihad. Tanggung jawab kita sebagai Muslim adalah mengubah kesalahpahaman tentang Islam ini.

Muslim bahkan perlu tahu bahwa agama Islam berkembang lebih pesat setelah tragedi 9/11 di Amerika. Peristiwa 9/11 itu justru menimbulkan keingintahuan umat non-Muslim terhadap Islam sehingga banyak yang menjadi muallaf. Namun justru yang perlu menjadi perhatian adalah masih banyak umat Islam yang belum mentaati perintah-perintah yang terkandung di dalam Al-Qur’an.

Al-Qur’an mengajarkan manusia tentang perdamaian sebagaimana Allah berfirman,

وَاِذَا جَاۤءَكَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِنَا فَقُلْ

سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلٰى نَفْسِهِ

الرَّحْمَةَۙ اَنَّهٗ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوْۤءًاۢ

بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَصْلَحَ

فَاَنَّهٗ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya:

Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, “Salamun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu).” Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) barang-siapa berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. Al-An’am, ayat 54).

Di berbagai lembaga pendidikan Islam dan non-Islam, ucapan  ‘Assalamualaikum’ sering diganti dengan ‘selamat pagi’. Kita tahu bahwa salam berarti ‘damai’, sedangkan kata ‘selamat pagi’ tidak mengandung manfaat dan berkah. Kita bisa memulai menjadi agen Muslim dengan mengucapkan salam secara legkap “Assalamu ‘alikum warahmatullahi wabarakatuh”, yang artinya, “Kedamaian atas kamu semua, beserta rahmat Allah dan barakahNya”.

Dengan memahami arti salam yang lebih lengkap tersebut, kita juga akan lebih tahu kapada siapa kita mengucapkan salam, kapan, serta di mana. Hal demikian memang tampak sepele. Namun justru karena kita belum memahami makna dan doa serta barakah yang terkandung di dalamnya, maka kita juga belum bisa menjadi agen Islam dengan benar sebagaimana diharapkan. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman, dan kalau sekiranya bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *