Ternyata! Ini Alasan Tentara Lebanon Tak Bantu Hizbullah padahal Negaranya Digempur Israel

Ternyata! Ini Alasan Tentara Lebanon Tak Bantu Hizbullah padahal Negaranya Digempur Israel (foto ist)
banner 400x400

Hajinews.co.id — Lebanon telah menjadi arena pertempuran serangan udara Israel selama lebih dari sepekan terakhir. Muncul pertanyaan mengenai mengapa tentara Lebanon tidak turut berperang bersama Hizbullah melawan Zionis Israel.

Ada dua alasan untuk situasi ini. Pertama, tentara Lebanon tidak memiliki kapasitas militer yang memadai karena sangat bergantung pada bantuan asing. Kedua, mereka memilih untuk menjaga sikap netral terhadap milisi Hizbullah.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Selama seminggu terakhir, tentara Israel terus-menerus melakukan serangan ke Lebanon, yang mengakibatkan lebih dari 700 orang kehilangan nyawa. Sebagai respons, Hizbullah meluncurkan ratusan roket ke sasaran di utara Israel dan mengarahkan rudal balistik ke Tel Aviv.

Pada Sabtu (28/9/2024), situasi meningkat ketika Hizbullah mengonfirmasi bahwa Israel telah membunuh pemimpin tertinggi mereka, Hassan Nasrallah sehari sebelumnya.

Serangkaian tindakan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang skala penuh antara Hizbullah dan Israel. Namun sejauh ini, tentara Lebanon (LAF) belum melakukan tindakan penting apa pun.

“LAF mengikuti perintah pemerintah. Namun pada tingkat ini telah lama mengalami perselisihan,” kata Khalil Helou, profesor geopolitik di Universitas St Joseph di ibu kota Beirut, Lebanon.

Parlemen Lebanon terdiri dari perwakilan komunitas agama dengan pandangan berbeda. Ketidaksepakatan tersebut membuat mereka masih belum bisa memilih pengganti Presiden Michel Aoun yang masa jabatannya berakhir pada Oktober 2022 sehingga memengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.

“Tentara mempunyai otonomi. Terlepas dari siapa panglima tertingginya sekarang, mereka harus mengambil keputusan yang mereka rasa tepat,” tambah Helou.

Faktanya, brigade LAF dikirim ke Lebanon selatan untuk berpartisipasi dalam misi penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) di wilayah tersebut, bukan sebagai kekuatan tempur. Mereka tidak memiliki kapasitas pertahanan udara untuk menembak jatuh rudal Israel.

Hizbullah adalah kekuatan politik konstitusional dari komunitas muslim syiah di Lebanon. Sayap bersenjata kelompok ini beroperasi secara terpisah dari struktur LAF dan dianggap sebagai kekuatan proksi Iran, bagian dari poros perlawanan terhadap Israel.

Pertempuran lintas batas antara Israel dan Hizbullah terjadi hampir setiap hari setelah pecahnya perang Gaza pada Oktober 2023. Hizbullah menyerang Israel karena ingin menunjukkan dukungan kepada Hamas sehingga menyebabkan Tel Aviv terus memberikan respons.

Serangan Israel pada 5 Desember 2023 terhadap sebuah pos terdepan di Al-Nabi Oweida, menyebabkan satu tentara LAF tewas dan tiga tentara terluka. Namun LAF hanya menggambarkan hal ini sebagai sebuah insiden dan tidak memberikan pengumuman lebih lanjut.

Para analis percaya bahwa sikap ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa LAF tidak berpartisipasi secara langsung dalam konflik tersebut, dan sebagian menjamin keselamatan sekitar 4.000 tentara di Lebanon selatan. Israel menyatakan penyesalannya, mengeklaim bahwa mereka tidak menargetkan LAF dan membuka penyelidikan atas insiden tersebut.

“Militer setidaknya harus menjelaskan bahwa mereka tidak memberikan tanggapan setelah insiden Desember 2023 karena mematuhi Resolusi 1701 dan peran penjaga perdamaiannya,” menurut Helou.

Resolusi Dewan Keamanan 1701 membantu mengakhiri perang Israel-Hizbullah pada 2006. Saat itu, Hizbullah menyerbu melintasi perbatasan, menewaskan tiga tentara Israel dan menculik dua tentara sebagai sandera.

Israel segera melancarkan serabfab ke Lebanon selatan. Pertempuran selama 33 hari menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan satu juta orang mengungsi di Lebanon. Israel mencatat lebih dari 160 kematian dan 500.000 orang dievakuasi.

Resolusi ini membentuk UNIFIL yang menyerukan pemerintah Lebanon dan UNIFIL untuk bersama-sama mengerahkan pasukan di Lebanon selatan, melucuti senjata kelompok bersenjata di wilayah tersebut. Hizbullah juga harus menarik diri dari Lebanon selatan, tetapi milisi ini belum memenuhi komitmennya.

LAF tidak menyatakan dukungannya terhadap Hizbullah, karena hal itu dapat mengecewakan pendukung keuangan di negara-negara Barat, Arab Saudi dan negara Teluk lainnya.

“LAF bergantung pada bantuan asing untuk mengganti dan memodernisasi peralatan. Lebanon tidak memiliki industri pertahanan yang cukup kuat,” demikian penilaian Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), kantor pusat Inggris pada Februari 2024.

Lembaga ini menganalisis angkatan bersenjata negara-negara di seluruh dunia.

AS juga merupakan sponsor utama keamanan Lebanon. Sejak 2006, AS telah memberikan lebih dari US$ 5,5 miliar bantuan luar negeri ke Lebanon, dengan lebih dari US$ 3 miliar untuk memperkuat LAF, melawan pengaruh Hizbullah.

Departemen Luar Negeri AS menempatkan Hizbullah dalam daftar organisasi teroris pada 1997.

Kekuatan politik lain di Lebanon tidak akan terlalu pusing jika Hizbullah gagal. Namun mereka memahami ada garis merah yang tidak boleh dilewati. Itu sebabnya LAF tidak menghalangi Hizbullah, tetapi juga tidak mendukung kekuatan ini.

Jika Israel melancarkan kampanye besar-besaran ke Lebanon, angkatan bersenjata negara tersebut akan menghadapi dilema. Antara menghadapi tentara Israel atau melucuti senjata Hizbullah dengan kekerasan. Kedua pilihan tersebut harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan resolusi PBB.

Sumber: Beritasatu

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *