Hikmah Siang : Kisah Terkabulnya Doa Nabi Zakariya di Bulan Dzulhijjah

banner 400x400

 

 

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Hajinews.id – Salah satu perisiwa penting di bulan Dzulhijjah adalah Nabi Zakariya lulus dari berbagai ujian, sehingga Allah SWT mengijabah doa beliau untuk memperoleh anak yang saleh. Konon, peristiwa penting itu terjadi pada tanggal 3 Dzulhijjah saat umur Nabi Zakariya sudah sepuh. Ada yang bilang saat beliau berusia 90 tahun, pendapat lain menyebut 120 tahun.

Pada suatu malam, Nabi Zakariya duduk di mihrabnya dan bermunajat kepada Allah, berdoa dengan khusyuk dan yakin. Dengan suara yang lemah lembut beliau berdoa:

“Ya Tuhanku, berikanlah aku seorang putra yang akan mewarisiku dan mewarisi sebagian dari keluarga Ya’qub, yang akan meneruskan pimpinan dan pembimbing kepada Bani Isra’il.”

“Aku risau sepeninggalku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali akidah dan imannya bila aku tinggalkan tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikanku.”

“Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, sedang istriku adalah seorang perempuan mandul. Namun kekuasaan-Mu tidak terbatas, dan aku berdoa Engkau berkenan mengurniakan seorang anak yang saleh dan Engkau ridha padaku.”

Allah pun mengabulkan doa Nabi Zakariya dan berfirman: “Wahai Zakariya, kami sampaikan kabar gembira padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang saleh dan membenarkan kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin yang dianut, menahan diri daripada nafsu dan godaan setan, dan kelak akan menjadi seorang Nabi.”

Kemudian Nabi Zakariya berkata: “Ya Allah, bagaimana aku dapat memperoleh keturunan sedang istriku seorang yang mandul dan akupun sudah lanjut usia.”

Allah berfirman: “Hal demikian itu mudah bagi-Ku. Tidakkah telah Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak ada sama sekali.”

Istri Mandul

Permintaan Nabi Zakariya ini dilatarbelakangi karena kemandulan istrinya seperti yang diutarakan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim yang ia kutip dari hadis riwayat Ibnu Abbas .

Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar juga turut memberikan pendapat bahwa ketika itu Nabi Zakariya juga sudah sangat tua, usianya diperkirakan sekitar 90 tahun lebih. Sebagaimana fitrah manusia yang menginginkan keturunan, Nabi Zakariya pun ingin memiliki keturunan.

Di samping itu juga agar nantinya ada dari keturunannya yang melanjutkan perjuangannya. Lantas ia pun berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak sebagaimana difirmankan Allah dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 89 .

Dalam lanjutan Surat Al-Anbiya’ ayat 90, yang berisi salah satu fragmen kisah Nabi Yahya, Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya tersebut dengan menganugerahkan seorang anak saleh yang bernama Yahya.

Kisah Nabi Yahya sendiri disebut 5 kali dalam Al-Quran, yaitu pada Surat Ali Imran (3) : 39, Surat Maryam (19) : 7, 12-15, dan Surat Al-Anbiya’ (21) : 89-90.

Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa Nabi Zakariya adalah seorang yang khusyuk, hanya menggantungkan segala harapan kepada Allah, dan selalu bersegera dalam mengerjakan amal saleh hingga ia dipuji Allah sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al-Anbiya ayat 90.

Kemudian dalam Surat Ali Imran ayat 39, Allah juga menceritakan bahwa Ia mengutus malaikat untuk mengunjungi Nabi Zakariya yang sedang sholat di mihrab. Malaikat itu membawa kabar gembira bahwa Nabi Zakariya akan dikaruniai seorang anak bernama Yahya.

Nama Yahya, menurut Buya Hamka, berasal dari bahasa Ibrani “Yohanes” yang diarabkan. Nama tersebut belum pernah dipakai oleh seorang pun sebelum Nabi Yahya. Tak lama kemudian, janji Allah pun menjadi kenyataan, istri Nabi Zakariya mengandung. Kemudian lahirlah seorang putra bernama Yahya.

Putra yang bernama Yahya ini Allah janjikan sebagai orang membenarkan kalimat-kalimat Allah, menjadi seorang pemimpin yang terpelihara, dan menjadi seorang nabi yang saleh seperti yang termaktub dalam Surat Ali Imran ayat 39 .

Diangkatnya Yahya menjadi seorang nabi dan rasul oleh Allah ini sekaligus menjadi jawaban bagi doa yang senantiasa dipanjatkan Nabi Zakariya. Nabi Yahya pun kelak melanjutkan risalah yang diemban ayahnya.

Keiistimewaan Nabi Yahya Nabi Yahya memilki sifat-sifat istimewa. Saat masih belia, beliau menerima wahyu dan diangkat menjadi rasul.

Nabi Yahya juga seorang yang sejak kecil dihilangkan nafsu-nafsu duniawinya. Pada saat remaja, Nabi Yahya tidak terpengaruh kepada perempuan yang elok rupawan. Keistimewaan Nabi Yahya ini diceritakan dalam rangkaian Surat Maryam ayat 12 – 15 .

يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآَتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا . وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا . وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا . وَسَلَامٌ عَلَيْهِ وْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak, dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa, dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka. Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali.” ( QS Maryam ayat 12-15 )

Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan hikmah yang diberikan Allah kepada Nabi Yahya saat masih kecil adalah berupa wahyu dan diangkatnya menjadi rasul sejak usia belia.

“Sejak kecil dihilangkan nafsu-nafsu duniawinya seperti tidak mau bermain-main layaknya anak-anak kecil seusianya. Nabi Yahya juga tidak terpengaruh kepada perempuan yang elok rupawan,” tulis Buya Hamka.

Menurut hadis riwayat Ma’mar ketika dirinya yang masih belia tersebut diajak main oleh teman sebayanya, ia menjawab “aku tidak diciptakan Allah untuk bermain-main saja”.

Mufassir Ibnu Asyur dalam kitab tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir berpendapat berbeda mengenai hikmah Nabi Yahya ini.

Istri Nabi Zakariya Sembuh dari Kemandulan Menurutnya, hikmah tersebut adalah seruan Allah kepada Nabi Yahya agar berpegang teguh kepada Taurat sepanjang hidupnya dan mendakwahkan kepada kaumnya untuk mengikuti ajaran Taurat.

Dalam Ruh al-Ma’ani, al-Alusi sependapat dengan Ibnu Asyur mengenai hikmah Nabi Yahya tersebut. Al-Alusi juga menambahkan penjelasan yang ia kutip dari hadis riwayat Ibnu Abbas bahwa Nabi Yahya diberikan kepahaman kitab Taurat sejak usia 7 tahun dan ditumbuhkan oleh Allah semangat beribadah sejak usia kecil. Nabi Yahya selain diberikan kecerdasan dan hikmah untuk mengerti kitab Taurat sejak kecil, ia juga dimaksumkan Allah sejak lahir.

Menurut pengertian, maksum adalah terjaganya seorang hamba dari perbuatan dosa dan maksiat. Menurut al-Baidhawi dalam Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Takwil, Nabi Yahya adalah seorang yang semenjak lahir terjaga dari setan, terjaga dari azab ketika di alam kubur, serta terjaga dari kebangkitan kiamat serta azab neraka. Kemaksuman Nabi Yahya ini juga disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim yang dikutip dari hadits riwayat Ibnu Abbas. Dalam hadis tersebut Rasulullah bersabda

“tidak ada seorang pun dari anak Adam melainkan pernah berbuat dosa atau berniat melakukan suatu dosa, selain Yahya ibnu Zakaria. Dan tidaklah layak bagi seseorang mengatakan bahwa diriku lebih baik daripada Yunus ibnu Mata” (HR Ahmad).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *