Prediksi BPS Ekonomi Buram Lebih Dipercaya Ketimbang Optimisme Sri Mulyani

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin. (Foto: Ist.)
banner 400x400

JAKARTA, hajinews.id – Badan Pusat Statistik ( BPS) menyampaikan gambaran perekonomian tahun 2020 mendatang bakal buram. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan buruknya perekonomian tak hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Pernyataan Suhariyanto ini bertolak belakang dengan optimisme yang kerap disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani, bahwa ekonomi bakal melesat.

Dengan adanya perbedaan pandangan tersebut, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin berpendapat bahwa rakyat akan lebih percaya pada data BPS. Sebab, BPS merupakan badan resmi pusat data di Indonesia dan tidak memiliki pretensi apapun dalam menyampaikan data faktual. “Kita (rakyat) masih percaya pada BPS karena merupakan lembaga resmi yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Ujang di Jakarta, Ahad (15/12/2019).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Sementara Menkeu Sri Mulyani merupakan elemen pemerintah atau institusi politik yang memiliki tendensi politis untuk menutupi pertumbuhan ekonomi yang bakal karut marut di 2020. “Institusi politik terkadang bisa membolak-balikkan keadaan. Bisa yang benar jadi salah, begitu juga sebaliknya,” tutur Ujang.

Ujang menilai wajar jika BPS memprediksi perekonomian Indonesia di 2020 bakal suram. Penyebabnya bukan hanya resesi dunia yang berdampak pada kondisi ekonomi dalam negeri. Tapi juga karena daya beli masyarakat semakin melemah, kebutuhan meningkat, tapi pendapatan menurun.

“BPJS sudah naik, nanti listrik naik, BBM naik. Nilai ekspor juga lebih rendah dari impor. Gejala-gejala tersebut membuat ekonomi di 2020 bisa buram dan seram,” tegas Ujang.

Baru-baru ini Kepala BPS Suhariyanto menyebut  gambaran perekonomian tahun 2020 bakal buram. Menurut Suhariyanto, di Indonesia sendiri salah satu tekanan yang paling berat adalah merosotnya harga komoditas. “Gambaran (ekonomi) 2020 akan buram. Semua negara. Perang dagang, ekonomi global, harga komoditas anjlok gila-gilaan. Batu bara saja merosot harganya sampai 45 persen, kemudian CPO (crude palm oil/minyak kelapa sawit),” kata Suhariyanto. (rah/rmol/kompas)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *