Untung Nabinya Bukan Antum

KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). (Ist)

Oleh : Gus Mus

Beruntung sekali kita dijadikan ummat Nabi Muhammad SAW. Nabi yang Rouuf, Nabi yang Rohiim. Nabi yang punya misi rahmatan lil ‘alamin. Nabi yang punya prinsip “Buat mudah jangan buat sulit!”. “Gembirakan jangan kau takut-takuti”. “Dekati! Jangan buat lari!”. “Yassiru wa laa Tu’assiruu!”, “Bassyiru wa laa tundziru!”…

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Tak bisa dibayangkan jika Nabinya adalah golongan yang punya kebiasaan unik tapi sangat tidak menarik, yaitu membid’ah-bid’ahkan, menyesat-nyesatkan bahkan mengkafir-kafirkan saudaranya sendiri.

Coba lihatlah bagaimana Rasulullah SAW memberikan contoh dalam menyikapi hal-hal baru yang tidak beliau ajarkan secara khusus.

Semua ini, hal-hal baru ini terjadi di zaman Rasulullah SAW. Antara lain:

Pertama;

Bilal bin Robah setiap kali hadats beliau langsung bersuci. Bilal juga selalu salat dua roka’at setiap selesai wudlu dan sehabis adzan. Hal ini beliau lakukan berdasarkan pemikiran beliau sendiri, inisiatifnya sendiri. Tidak ada petunjuk khusus dari Rasulullah SAW.

Lalu bagaimanakah respons Rosululloh SAW ? apakah Rasulullah berkata : “Hai Bilal engkau telah membuat kreasi sendiri dalam ibadah. Engkau telah berbuat Bid’ah! Engkau telah Sesat! Nerakalah tempatmu!”. Apakah Rasulullah SAW berkata seperti itu?.

Sama sekali tidak!!!, bahkan Rasulullah SAW memuji Bilal, “Engkau mendahuluiku ke surga wahai Bilal!!!”…

(diriwayatkan oleh Atturmudzi di dalam sunan, al-Hakim dalam al-Mustadrok, al-Bayhaqi dalam Syu’abul iman).

Kedua;

Dalam sebuah kisah yang penuh dengan patriotisme, Khubaib bin Adi al-Anshori melakukan salat dua rakaat sebelum dibunuh oleh orang-orang Qurays, hingga akhirnya kematian syahid menjemputnya di tiang salib.

Salat yang dilakukan oleh Khubaib bin Adi ini kemudian menjadi tradisi yang dilakukan oleh para sahabat yang dengan tabah menerima kematian oleh kekejaman orang-orang kafir. (silakan lihat al-mu’jamul kabir atthabrani, juga diriwayatkan al-Bukhori dan Ahmad)

Salat dua rakaat yang dilakukan oleh Khubaib muncul dari inisiatifnya sendiri, karena beliau beranggapan salat adalah ibadah yang paling utama dan mulia. Beliau ingin akhir hayatnya ditutup dengan salat.

Rasulullah SAW tidak pernah memberi petunjuk khusus mengenai hal itu, misalnya Rasulullah SAW memerintahkan “Salatlah dua rakaat sebelum engkau dibunuh oleh orang-orang kafir!”.

Tidak!… Nabi SAW tidak mengajarkannya. Lalu apakah Rasulullah SAW kemudian berkata seperti perkataan orang Wahabi… Apakah Nabi SAW menyesatkan Khubaib sebagaimana Wahabi menyesatkan saudaranya sendiri!

Apakah setelah Nabi mengetahui apa yang dilakukan oleh Khubaib kemudian beliau berkata “Khubaib telah sesat, ia telah berbuat bid’ah!”… tidak! Sekali lagi Tidak!…
Beruntung sekali Khubaib Bin Adi,

Ketiga;

Salah seorang sahabat Anshor yang menjadi imam di Masjid Quba’, setiap kali selesai membaca surat al-Fatihah beliau pasti membaca surat al-Ikhlas, baru kemudian beliau membaca surat yang lain.

Jadi surat apapun yang ia baca dalam salat pasti didahului dengan membaca surat al-Ikhlas. Hingga berita ini sampai kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat yang menjadi imam itu, “Apa yang mencegahmu memenuhi permintaan teman-temanmu?, apa yang mendorongmu membaca surat al-Ikhlas itu setiap raka’at?”

Sahabat itu menjawab, “Sungguh aku mencintai surat itu”. Lalu Nabi SAW berkata, “Apa yang kau cintai akan membawamu ke surga”. (lihat fathul Bari al-Hafidh ibnu Hajar dalam bab al-jam’u baina suratain fir rok’ati)

Masya Allah… inilah Nabi kita.

Lihatlah!!!… Apakah Nabi langsung melotot sambil teriak, “Sesat Kau!”, “Bid’ah Kau!”, “Engkau telah membuat hal-hal baru dalam agama, engkau melakukan sesuatu yang tidak aku contohkan, yang tidak aku ajarkan!!!”

Tidak… sekali lagi tidak… bahkan Nabi SAW berkata, “Apa yang kau cintai akan membawamu ke surga”.

Keempat;

Qotadah bin Nu’man, sebagaimana diceritakan al-Hafidh ibn Hajar, setiap malam beliau menghabiskan malamnya dengan mengulang-ulang surat al-Ikhlas di dalam salat hingga masuk waktu subuh.

Hal ini kemudian dilaporkan kepada Nabi. Dan bagaimanakah tangapan Nabi? Apakah Nabi akan merespons seperti Anda?, apakah Nabi mengatakan, “jika itu baik pasti aku lebih dulu mengerjakannya”.

Apakah Nabi berkata, “Engkau melakukan ibadah tanpa contoh dariku! Ibadahmu sia-sia! Bid’ah Kau! Sesat kau!… Tidak!!! sekali lagi Tidak!!!.

Malah sebaliknya Rasulullah SAW dengan lembut dan motivasi yang tinggi beliau berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamannya, surat al-Ikhlash itu sebanding dengan sepertiga Al-Quran”.

Beruntung sekali sahabat Qotadah bin Nu’man

Kelima;

Yang ini bahkan hingga sekarang kita lakukan dan dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali orang Wahabi yang hobi membid’ahkan.

Sebelum peristiwa ini terjadi, ketika para sahabat ketinggalan jemaah, mereka akan bertanya sudah rakaat keberapakah Nabi?, kemudian mereka akan takbir dan melakukan gerakan-gerakan yang tertinggal hingga ketika sudah sama gerakan dan raka’atnya baru mereka mengikuti gerakan imam. Sehingga jemaah terlihat kurang teratur.

Ada yang masih berdiri, ada yang masih ruku’, ada yang sujud, dan lain sebagainya. Hingga suatu hari datanglah Mu’adz bin Jabal yang terlambat jemaah.

(diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Abu Dawud)

Mu’adz bin jabal langsung mengikuti gerakan Nabi, dan setelah salam beliau menambah rakaat yang tertinggal. Hal ini ia lakukan semata-mata karena kecintaannya pada Rasulullah SAW. Beliau tidak mau ketinggalan lebih banyak lagi, beliau ingin gerakannya sama dengan gerakan imam dalam hal ini Rasulullah SAW.

Lalu bagaimanakah Rasulullah SAW menyikapi tindakan Mu’adz bin Jabal tersebut, yang sama sekali belum pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan berbeda dengan sahabat-sahabat yang lain. Apakah Nabi SAW mengatakan seperti perkataan Wahabi, ” Engkau melakukan ibadah menurut kreasimu sendiri! Ibadahmu sia-sia! Bid’ah Kau! Sesat kau!…

Tidak!!! sekali lagi Tidak!!!

Bahkan Rasulullah SAW kemudian berkata, “Sesungguhnya Mu’adz telah membuat satu jalan (cara) baru untuk kalian, lakukanlah seperti yang dilakukan oleh Mu’adz!” .

Dan sampai sekarang kita melakukan apa yang dilakukan oleh Mu’adz bin Jabal.

ALHAMDULILLAH

Beruntung sekali Mu’adz Bin Jabal karena disetiap gerakan yang dilakukan oleh makmum masbuq mulai saat itu hingga hari qiyamat, Mu’adz bin Jabal mendapat bagian pahalanya, karena ia lah yang memulai cara yang baik itu.

Sebenarnya masih banyak sekali ibadah-ibadah yang tidak diajarkan sama Nabi tapi tidak menyimpang dari ajaran Nabi…

Wallahu a’lam. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *