Hakikat Kebahagiaan

(Cahaya Islam)
banner 400x400

Oleh: Ustaz Fauzan Abu Muawiyah Al Kutawy

Kebanyakan manusia menyangka bahwa kebahagiaan yang hakiki akan didapatkan dengan banyaknya harta serta kekayaan.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ketahuilah…
Jika demikian maka sungguh Qarun adalah manusia yang paling bahagia dengan kekayaannya.

Sebagian manusia lainnya beranggapan bahwa kebahagiaan itu diperoleh dengan kedudukan serta jabatan.

Ketahuilah…
Seandainya demikian maka Fir’aun dan Hamaan adalah manusia yang paling berbahagia.

Namun apa yang terjadi…?

Qarun, Fir’aun, dan Haman adalah tokoh-tokoh yang Allah  Subhanahu wa Ta’ala binasakan mereka di  dunia dan kerugian bagi mereka diakhirat.

Maka ketahuilah bahwa kebahagiaan hakiki hanyalah didapatkan oleh ahlul iman yang mengetahui hakikat keberadaan mereka di permukaan bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla.

Berkata Sufyan bin ‘Uyainah -rahimahullah-:

ما أنعم الله على العباد نعما أفضل من أن عرفهم لا إله إلا الله، وإن لا إله إلا الله لهم في الأخرة كالماء في الدنيا

“Tidak ada suatu kenikmatanpun yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang lebih utama dari pengenalan mereka terhadap makna Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), dan sungguh Laa Ilaaha Illallah itu bagi mereka di akhirat kelak bagaikan air di dunia”. (Riwayat Ibnu Abid Dun_ya dalam Asy Syukr) (96).

Berkata Abdullah bin Al Mubarak -radhiyallahu ‘anhu-:

أهل الدنيا خرجوا من الدنيا قبل أن يطعموا أطيب ما فيها، قيل له؛ وما أطيب ما فيها؟؟ قال؛ المعرفة بالله

“Pengejar dunia keluar dari dunia sebelum merasakan perkara yang paling nikmat di dalamnya, maka beliau ditanya; perkara apakah yang paling nikmat tersebut?? Beliau menjawab; pengenalan kepada Allah -Azza wa Jalla-.
(Riwayat Abu Nu’aim dalam Al Hilyah) (8/167).

Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ذاق طعم الإيمان من رضي بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد رسولا

“Akan merasakan nikmatnya keimanan itu siapapun yang ridha bahwa Allah adalah Rabbnya, Islam adalah agamanya dan Muhammad adalah Rasulnya”. (HR. Muslim).

Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah-:

من أراد السعادة الأبدية فليلزم عتبة العبودية

“Barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan abadi maka hendaklah ia terus menerus berada dipintu ibadah”.(Madarijus Salikin) (1/740).

Inilah kebahagiaan hakiki, tatkala seorang berada di atas ketaatan kepada Allah SWT dan komitmen di atas ibadah kepada-Nya.

Yang keluar dari jalur ini adalah kebinasaan dan kerugiaan, walaupun ia adalah manusia yang terkaya dan memiliki kedudukan namun kebahagiaan yang ia rasakan adalah kebahagiaan yang semu dan akan berakhir dengan kesempitan dan kesengsaraan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻋْﺮَﺽَ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮِﻱ ﻓَﺈِﻥَّ ﻟَﻪُ ﻣَﻌِﻴﺸَﺔً ﺿَﻨﻜﺎً ﻭَﻧَﺤْﺸُﺮُﻩُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺃَﻋْﻤَﻰ ‏( 124 ‏) ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺏِّ ﻟِﻢَ ﺣَﺸَﺮْﺗَﻨِﻲ ﺃَﻋْﻤَﻰ ﻭَﻗَﺪْ ﻛُﻨﺖُ ﺑَﺼِﻴﺮﺍً ‏(125 ‏) ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺃَﺗَﺘْﻚَ ﺁﻳَﺎﺗُﻨَﺎ ﻓَﻨَﺴِﻴﺘَﻬَﺎ ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺗُﻨﺴَﻰ

“Barangsiapa yang berpaling dari peringatanku maka sungguh baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta, hingga ia berkata; wahai rabbku, kenapa engkau bangkitkan aku dalam keadaan buta padahal aku dulunya melihat, maka Allah menjawab; demikianlah karena dulu (didunia) Kami datangkan ayat-ayat Kami namun engkau melupakannya maka demikian pula hari ini Kami melupakan kalian”. (QS. Toha: 124-126)

Janganlah engkau tertipu dengan kebahagiaan sementara wahai kawan…

Raihlah kebahagiaan hakiki dengan keimanan dan ketakwaan…

Rasakanlah kelezatan pada amalan ketaatan…

Engkau akan rasakan ketenangan serta ketentraman.

Wallahu a’lam. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar