BNPB: Alih Fungsi Lahan Penyebab Utama Bencana

Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Letnan Jenderal TNI Doni Monardo. (Foto: Tribunnews)

JAKARTA, hajinews.id – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo mengatakan, alih fungsi lahan menjadi faktor utama terjadinya banjir, tanah longsor, dan kekeringan sehingga ketika musim hujan maupun musim kemarau tak dapat mencegah bencana karena ulah manusia itu sendiri.

“Alih fungsi lahan menjadi faktor utama terjadinya bencana banjir, tanah longsor, dan juga kekeringan,” kata Doni saat memaparkan Kaleidoskop Bencana 2019 di gedung BNPB, Jakarta Timur, Senin (30/12/2019) lalu.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Menurut Doni, ada tiga hal yang menyebabkan alih fungsi lahan yakni aktivitas pertambangan, ilegal logging, dan membuka ladang pertanian. Ketiga aktivitas ini dilakukan tanpa memerhatikan dampak lingkungan dan memperbaiknya kembali. “Di beberapa tempat pohon-pohon ditebang habis, tidak ada pencegah, rumput pun dibabat, dibakar-bakar,” ujarnya.

Dampak buruknya, sambung Doni, ketika hujan terjadi banjir bahkan banjir bandang yang diikuti tanah longsor. Sementara ketika kemarau terjadi kekeringan hingga waktu yang cukup lama.

Lebih lanjut Doni menegaskan, BNPB akan terus menggencarkan program prioritas yakni Keluarga Tangguh Bencana (Katana) yang merupakan wujud dari program desa tangguh bencana. Ia meminta masyarakat untuk turut serta menjaga alam. “Pandangan kita untuk tahun 2020 menjadi semakin baik, kita jaga alam, alam jaga kita karena bencana urusan bersama,” kata dia.

Doni menambahkan, selain itu BNPB dan Kementerian Pariwisata bekerja sama memberikan jaminan keamanan bagi daerah yang menjadi tujuan wisata. BNPB akan mendukung pemerintah mewujudkan destinasi wisata super prioritas akan menjadi kebanggaan baru bangsa Indonesia.

Perlu Ketegasan Pemimpin Daerah

Doni Monardo mengharapkan ketegasan para pemimpin daerah dalam mengingatkan masyarakat untuk mengungsi, melihat prediksi cuaca ekstrem yang masih akan terus terjadi hingga pertengahan Februari 2020.

“Sangat di harapkan ketegasan para pemimpin daerah untuk mengingatkan masyarakat. Harta penting tetapi nyawa lebih penting,” ujar Doni dalam siaran pers, Kamis (2/1/2019).

Belajar dari pengalaman di Konawe Utara, Bupati dan Kepala Dinas, Camat serta Kepala Desa memaksa penduduknya untuk evakuasi dan mengungsi sementara sehingga ketika air hujan dan air bah datang, rumah mereka hanyut terbawa arus namun korban tidak ada.

Tidak hanya pemimpin daerah, Doni juga menegaskan bahwa merupakan tugas media sebagai salah satu komponen Pentahelix untuk terus mengingatkan masyarakat melalui pemberitaan, termasuk mengikuti perkembangan informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan analisis BMKG yang memprediksi tanggal 5 -10 Januari 2020, akan masuk aliran udara basah dari arah Samudera Hindia sebelah barat pulau Sumatera di sepanjang ekuator yang berdampak meningkatnya intensitas curah hujan menjadi lebih ekstrem, sehingga masih akan berpotensi hujan ekstrem di wilayah Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi sampai Lampung, termasuk Jawa, tentunya Jabodetabek. “Siklus ini perlu diantisipasi sejak dini dan dipersiapkan mitigasinya,” ungkap Dwikorita. (rah/berbagai sumber)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *