Pengungsi Banjir Butuh Obat-obatan, Kebutuhan untuk Balita Paling Mendesak 

Pengungsi korban banjir di Jabodetabek, Kamis (2/1/2020). (Antara Foto)

LEBAK, hajinews.id – Petugas medis Posko Pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, mengeluhkan kekurangan obat-obatan, sehingga warga korban bencana banjir bandang tidak maksimal untuk menjalani pengobatan.

“Kami berharap Dinas Kesehatan setempat dapat menyalurkan bantuan kekurangan obat-obatan,” kata Amelia dan Hardi, dua petugas Posko Pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Jumat (3/1/2020).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Masyarakat korban bencana banjir sangat membutuhkan obat-obatan untuk penyembuhan penyakit yang dideritanya. Saat ini, kebanyakan warga yang tinggal di pengungsian mulai terserang berbagai penyakit, seperti gatal-gatal, pilek, batuk, demam hingga diare.

Mereka tinggal di pengungsian itu tidak layak dengan tidur beralasan tikar dan seadanya juga pakaian hanya melekat di badan tanpa diganti.

Di samping itu juga para pengungsi sekitar 1.000 orang tentu rawan serangan penyakit. “Kami hingga kini melayani pengobatan warga pengungsi yang datang ke posko kesehatan mencapai 250 orang,” katanya menjelaskan.

Petugas posko pengungsian khawatir kunjungan para pengungsi untuk berobat akan bertambah sementara obat-obatan menipis.

Obat-obatan yang kurang itu antara lain paracetamol bayi dan balita, obat gatal, salep gatal, obat batuk pilek bayi dan balita dan obat maag.

Selama ini, obat-obatan yang ada menipis dan tidak bisa untuk memberikan pengobatan sesuai dosis. “Kami berharap malam ini kekurangan obat-obatan itu sudah didistribusikan ke posko kesehatan,” katanya berharap.

Sejumlah pasien warga pengungsian mengatakan bahwa mereka merasa kecewa saat berobat di posko kesehatan tidak menerima obat gatal dan batuk.

“Kami berobat ke sini hanya dilakukan tensi untuk mengetahui tekanan darah tanpa diberi obat,” kata Ma’ruf, seorang warga pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira.

Sementara itu di Jakarta, kebutuhan yang paling mendesak di lokasi pengungsian Rusunawa Jatinegara Barat, Kampung Melayu, Jakarta Timur, pascabanjir Jabodetabek saat ini adalah berbagai keperluan untuk balita.

“Saat ini kami paling butuh pampers serta makanan balita. Kemudian susu untuk ibu hamil. Itu paling mendesak,” kata Kepala Unit Pengelola Rumah Susun Jatinegara Barat, Dwi Yanti di Jakarta, Jumat (3/1/202).

Selain itu, para pengungsi juga membutuhkan kipas angin serta karpet ukuran besar, sebab barang itu memang tidak tersedia di pengungsian. “Setidaknya dibutuhkan sekitar 20 unit kipas angin ukuran besar sehingga bisa menjangkau keseluruhan pengungsi,” kata dia. Saat ini para pengungsi memanfaatkan sobekan kardus bekas sebagai pengganti kipas angin.

Selain beberapa kebutuhan tersebut, para pengungsi di Rusunawa Jatinegara Barat juga mengharapkan adanya bantuan permainan edukasi bagi anak-anak di lokasi tersebut.

Hal itu diharapkan dapat dibantu oleh berbagai pihak, baik melalui corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan tertentu, maupun oleh pihak kepolisian dan sebagainya.

“Kami membutuhkannya untuk para pengungsi anak-anak sehingga mereka tidak bosan di sini,” ujarnya.

Hingga saat ini terdapat 856 jiwa yang mengungsi di lokasi tersebut, yang terdiri dari 251 jiwa laki-laki, 351 perempuan, 42 lansia, 83 balita, 125 anak-anak dan tiga orang ibu hamil.

“Itu data terakhir yang kami catat. Para pengungsi mulai datang sejak Rabu (1/1) pukul 19.00 WIB dan kami terus memperbaharui data setiap jam,” ujar Dwi Yanti. (antara)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *