Iran: Trump Teroris Berjas

Presiden Amerika Serikat Donlad Trump. (Foto: Reuters)

JAKARTA, hajinews.id – Menteri Informasi, Komunikasi dan Teknologi Iran, Mohammad Javad Azari-Jahromi, mengecam keras Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan menyebutnya sebagai seorang teroris berdasi setelah Trump mengancam menyerang 52 sasaran di Iran bila Teheran menyerang warga atau aset-aset AS dalam balas dendam atas terbunuhnya komandan militer Iran Qassem Soleimani.

“Seperti ISIS. Seperti Hitler. Seperti Jenghiskhan! Mereka semuanya membenci budaya. Trump teroris berjas. Dia akan segera belajar sejarah bahwa tak seorang pun dapat menaklukkan bangsa dan budaya agung Iran,” kata Menteri Telekomunikasi dan Informasi Mohammad Javad Azari-Jahromi dalam cuitannya di akun Twitter, Ahad (5/1/2020).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Soleimani, komandan militer utama Irak, terbunuh pada Jumat lalu lewat serangan pesawat nirawak AS saat dalam iring-iringan di lapangan udara Baghdad, Irak. Soleimani adalah arsitek operasi militer dan operasi bawah tanah luar negeri Iran dan memegang jabatan kepala Pasukan Pengawal Revolusi Quds.

Di Irak, banyak orang termasuk lawan-lawan Soleimani mengungkapkan amarah kepada Washington atas serangan yang menewaskan Soleimani dan pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis di wilayah Irak. Serangan itu dinilai berpotensi menyeret negara mereka ke dalam perang.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Jumat (3/1/2020), berjanji bahwa Iran akan mengupayakan balas dendam atas kematian Soleimani.

Trump menanggapi hal itu lewat serangkaian cuitan pada Sabtu (4/1/2020), dengan mengatakan bahwa Iran dengan beraninya berbicara hendak menyerang aset-aset tertentu AS.

Saat AS dan Iran perang kata-kata, Uni Eropa, Inggris, dan Oman mendesak kedua pihak berusaha menghentikan eskalasi krisis.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mendesak Menlu Iran lewat telepon pada Ahad (5/1/2020), untuk mendinginkan situasi dan mengundangnya ke Brussel guna membahas cara-cara melestarikan perjanjian nuklir tahun 2015 dengan Iran.

Penarikan diri AS dari perjanjian itu pada 2018 dan penerapan kembali sanksi terhadap Iran telah memunculkan ketegangan baru setelah sempat reda sejenak. (rah/berbagai sumber)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *