Ketum PBNU Masih Mutung Gegara Menag Bukan NU

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj. (Foto: Tempo)

Jakarta, hajinews.id,- Soal pembentukan kabinet sebenarnya hak prerogatif presiden. Namun kelihatannya Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj belum bisa menerima ketika Menteri Agama yang ia harapkan bukan dari NU, setidaknya kelompok NU baik struktural maupun kultural.

Faktanya Menteri Agama sekarang berasal dari manten jenderal TNI, yakni Letjen Purn.Fachrul Razi.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Seperti diberitakan Rakyat Merdeka.com (12/1/2020), Kiai Said masih mutung (ngambek). Ia kembali mengungkit-ungkit persoalan itu saat memberi sambutan di acara Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) di kantor Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Jakarta, kemarin. Di organisasi ini, Kiai Said didapuk sebagai ketua.

Kiai Said mengungkit soal kursi menteri agama hanya selewat. Ada banyak topik yang disampaikan Kiai Said dalam acara itu. Mulai dari banjir Jakarta sampai memanasnya hubungan Amerika dan Iran. Mulai dari deradikalisasi sampai kasus suap kepada komisioner KPU Wahyu Setiawan. Di semua isu itu, Kiai Said melontarkan kritik pedas dan keras.

Di awal sambutannya, Kiai Said membahas soal pentingnya ormas menjaga persatuan dan kesatuan. Juga menjaga solidaritas, toleransi, tolong menolong dan gotong royong. Dia menegaskan, LPOK dibentuk bukan untuk kepentingan politik, melainkan untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat melalui persaudaraan antar pemeluk agama.

“Saya tidak ada kepentingan politik sama sekali, tidak ada, saya sudah 67 tahun, sebentar lagi selesai,” kata Kiai Said.

Nah, di tengah sambutannya, Said menyinggung, menteri agama yang diduduki oleh pensiunan tentara Fachrul Razi, bukan berlatar belakang dari ormas, khususnya NU. Padahal, kata dia, sejak zaman Soekarno dan pascareformasi, posisi Menag selalu ditempati kader NU.

“Sejak dulu Kementerian Agama selalu dari NU, hanya sejak zaman Pak Harto berubah. Termasuk pasca-reformasi (Menag) selalu dari NU. Nah, sekarang apa Menagnya dari NU?” kata Said.

Meski bukan dari NU, ia bersyukur Indonesia tetap mempertahankan Kementerian Agama (Kemenag) dalam nomenklatur kabinet. Kemenag menjadi manifesto bahwa negara ini berlandaskan Pancasila dan agama.

Kekecewaan NU terhadap kursi Menag ini pernah dilontarkan akhir Oktober lalu atau tak lama setelah Presiden Jokowi mengumumkan jajaran kabinet barunya. Ketua PBNU Robikin Emhas mengaku, mendapat banyak pertanyaan dari para kiai di daerah terkait menteri agama yang bukan dari NU. Selain bertanya, tak sedikiti kiai yang kecewa dan protes.

Kenapa protes? Menurut dia, para kiai itu sangat paham posisi Kemenag dalam mengatasi radikalisme berbasis agama. Mestinya yang dipilih adalah yang paham betul agama. Namun kenapa yang dipilih adalah Fachrul, kata Robikin, saat itu.

Sejak saat itu, PBNU terkesan beroposisi terhadap pemerintah. Terasa dari berbagai komentar yang dilontarkan para pengurusnya. Teranyar dan yang masih hangat di media sosial, NU tidak akan mengundang unsur pemerintah dalah acara Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Konbes NU) yang akan berlangsung 18-19 Maret 2020 di PP Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

PBNU memutuskan tidak membuat dan menyebar proposal, baik ke instansi pemerintah, BUMN maupun kalangan swasta. PBNU tidak akan mengundang pejabat pemerintah pusat maupun daerah. Kebijakan tersebut merupakan hasil rapat perdana panitia Munas dan Konbes di Jakarta, pertengahan pekan kemarin. (fur/RM).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *