Cegah Corona, Jahe Merah Diburu Harga Tembus Rp 100.000/ Kg

Jahe merah. (Foto: pertanianku)
banner 400x400

JAKARTA, hajinews.id – Munculnya wabah virus corona atau Covid-19 membuat masyarakat Indonesia banyak mengincar jenis tanaman obat, salah satunya jahe merah untuk menangkal serangan virus corona. Harga jahe merah pun terus melonjak. Kini per kilogram mencapai Rp 100.000 dari yang biasanya Rp 50.000 per kilogram (kg).

Di Pasar Tebet, Jakarta, misalnya. Harga komoditas yang satu itu pada Ahad ini (8/3/2020), sudah tembus hingga Rp 100.000/ kg. “Jahe merah Rp 100.000/kg. (Nggak dapat) Rp 50.000. Kalau seminggu yang lalu masih bisa,” ujar Weni, penjual jahe merah dan bumbu dapur di Pasar Tebet, seperti dikutip dari detik.com.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dia menyebutkan kenaikan harga jahe merah sudah terjadi sejak empat hari yang lalu. Menurutnya, jahe merah ini sedang diburu masyarakat sebab dinilai berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkal corona. “Sudah empat hari yang lalu. Banyak yang nyari karena corona jadi nggak bisa murah. Dari sananya juga sudah mahal,” katanya.

Pedagang lainnya bernama Titin (54), juga menjual jahe merah seharga Rp 100.000/ kg. “Jahe merah Rp 100.000/kg,” ucapnya.

Tak hanya di Jakarta, kenaikan harga jahe merah juga terjadi di daerah-daerah, salah satunya di Pontianak. Harga jahe di Kota Pontianak seperti terpantau di Pasar Flamboyan yang semula hanya Rp 60.000/kg,  kini menjadi Rp 80.000/kg.

“Begitu juga jahe putih sebelumnya seharga Rp 40.000/kg menjadi Rp 60.000/kg . Harga ini naik dikarenakan stok jahe merah dan jahe putih terbatas,” ujar salah satu pedang di Pasar Flamboyan, Ayun di Pontianak, Sabtu (7/3/2020).

Sementara itu dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi, Frans Abednego Barus mengemukakan, berbagai jenis tanaman obat keluarga lebih berkhasiat menangkal serangan virus dibandingkan masker. “Sebenarnya banyak jenis tanaman obat keluarga (toga), di antaranya jahe merah, lengkuas, sereh, daun tembakau itu biasa kita gunakan, itu ramuan jamu silakan gunakan,” katanya di Jakarta, Sabtu (7/3/2020).

Dokter praktik di Rumah Sakit UKI, OMNI Pulomas dan Hermina itu menyebutkan bahwa fenomena memborong masker di tengah wabah corona (Covid-19) hanya sebagai obat “penenang hati”. “Masker tidak ada gunanya, termasuk di kerumunan. Kalau disebut obat ‘penenang hati’, iya,” katanya. Frans menegaskan, apapun ceritanya, masker tidak mungkin memproteksi kesehatan seseorang hingga 100 persen. (rah/berbagai sumber)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *