Tanggapan Terhadap Tulisan Drh Indro Cahyono: Hati-hati Bicara Virus Corona

Masrifan Djamil vs Indro Cahyono (dok)
banner 400x400

Oleh Masrifan Djamil*

Beberapa pekan yang lalu beredar luas baik berupa video di youtube dan WA, maupun tulisan di media online dari Drh. Indro Cahyono (Balitvet) yang dikatakan sebagai ahli virus, memberi kabar baik tentang virus corona dan bagaimana mengatasinya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Banyak masyarakat mengapresiasi dan merasa lega dengan hadirnya video dan tulisan tersebut.

Namun ada beberapa hal dari kontennya yang perlu diluruskan, karena berpotensi membuat masyarakat kembali menyepelekan karena kesalah pengertian dari wabah covid-19 yang sekarang terjadi (covid-19 adalah penyakit yang disebabkan virus korona baru yang pertama muncul di Wuhan, diberi nama para ahli virus dunia dan WHO sebagai SARS-CoV-2, karena sifatnya yang mirip virus SARS sebelumnya).

Berikut ini beberapa perkataan/tulisan drh. Indro (disingkat IC) sekaligus komen penulis sesuai literatur jurnal imu kedokteran dan informasi yang beredar dari WHO dan Kementerian Kesehatan serta siaran TV yang mengundang pakar / gurubesar dokter ahli penyakit dalam konsultan / dokter spesialis paru yang dikenal lama menjadi pakar penyakit infeksi virus khsusunya HIV-AIDS, serta Lembaga Penelitian Biomolekuler Eijkman.
(video dan tulisan drh. IC dapat diakses di: https://inet.detik.com/cyberlife/d-4960045/muncul-broadcast-soal-corona-dari-pakar-virus-hoax-atau-bukan, https://www.youtube.com/watch?v=smD899V0W8g)

DAYA TAHAN VIRUS

IC menyatakan bahwa “virus hanya melayang (dan bertahan) 3 menit di udara”. Dalam video di youtube yang viral sebagai ahli virus IC menyatakan: “Asumsi bahwa virus bisa mengambang selama 3 jam itu sama sekali salah. Virus perlu media untuk bisa bertahan hidup……Media virus yang paling tepat adalah droplets”.

Komentar penulis (MD): tidak ada satupun ahli virus bidang medis maupun biologi dan mikrobiologi yang menyatakan bahwa virus melayang-layang di udara. Para pakar menyatakan dalam tulisannya di jurnal ilmu kedokteran bahwa “virus terbawa oleh droplets yang dikeluarkan oleh penderita karena mereka batuk atau bersin atau bicara keras lebih dari 5 menit”.

Penelitian berikutnya melakukan pemotretan orang batuk/bersin di ruang gelap dengan cahaya fluorescen, ditemukan bahwa semburan droplets akibat batuk dan bersin bisa menjangkau 1,8 meter (Jaffar A Al Tawfiq . J of Infect and Public Health (2013) 6, 319).

Penelitian juga menunjukkan bahwa bersin memproduksi 40.000 droplets, batuk mengeluarkan 3.000 droplets dan bicara keras mengeluarkan 3.000 droplets. Dalam satu droplet terdapat virus hidup yang jumlahnya ribuan. Penelitian berikutnya menelaah droplets aerosol yang disemburkan dengan mesin dengan kekuatan mirip batuk/bersin, lalu diamati droplets yang melayang, ternyata tahan sampai 3 jam dalam keadaan virusnya hidup. Penelitian tersebut telah ditulis (dipublikasi) pada jurnal the New England Journal of Medicine dapat diunduh pada https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc2004973?query=featured_home.

Jadi statement dokter-dokter ahli paru / ahli lain tentang hal itu bukanlah asumsi. Sebagian informasi penelitian para pakar di NIH Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial USA telah penulis sampaikan pada Hajinews (https://hajinews.id/2020/03/21/perang-melawan-covid-19-tanpa-lokasi-vs-preventive-measure-and-action/)

IC: “Kalau misalnya ada yang bilang di meja dingin bertahan 9 hari, adalah hoax seperti itu…..Kalau meja dibersihkan dengan desinfektan atau sabun, virus hancur”.

Komen MD: Daya tahan virus corona baru yang direlease para ahli ilmu kedokteran dan biomolekuler bukan hanya perkiraan, tetapi pengamatan dengan penelitian yang cermat, dengan kemampuan mengisolasi virus, lalu dilihat dengan mikroskop elektron, sampai berapa jam virus masih hidup.

Jurnal ilmu kedokteran yang sama di atas telah merelease hasil penelitian tersebut dan sampai sekarang belum ada penelitian yang sama di Indonesia atau di dunia yang membantah atau mengoreksi temuan tersebut.

Penelitian daya tahan virus di luar tubuh memang dilakukan pada suhu rendah. Namun fakta di Timur Tengah menunjukkan cepatnya penyebaran virus, padahal di iklim yang amat panas. Juga di negeri kita terdapat fakta telah menyebar ke 32 provinsi dengan cepat, siapapun yang sakit TIDAK DIKETAHUI DARI MANA MEMPEROLEH PENULARAN, DIMANA TERTULAR, SIAPA YANG MENULARINYA, bahkan dialami oleh orang-orang yang bekerja di tempat yang bersih (Wakil Walikota, Bupati, Menteri), atau direktur RS yang positif COVID-19 dan akhirnya ada yang meninggal, padahal tidak langsung merawat pasien.

IC: “kalau mejanya kotor ya dibersihin saja…..simpel kok itu, diusap saja….”
MD: Permukaan meja di rumah atau tempat umum, handel pintu, toilet tempat umum, apalagi RS umumnya telah dibersihkan. Dan semua orang tidak pasti mana permukaan yang mengandung virus atau tidak. Maka intervensi yang tepat memang membersihkan, namun apakah harus memakai desinfektan? Apakah aman desinfektan untuk kulit manusia? Maka selain menjaga kebersihan tempat-tempat tersebut tentu harus melaksanakan anjuran pencegahan covid-19 yaitu sering cuci tangan memakai sabun. Dan menurut hemat penulis, lebih baik menahan tangan kita untuk memegang permukaan, alat dll di tempat umum kecuali fungsional misal tombol lift, ATM dll tetapi tetap diikuti hand sanitizer atau cuci tangan dengan sabun.

Jadi kalau kita menyatakan hoax informasi daya tahan virus korona baru itu maka masyarakat bisa jadi menyepelekan hal itu. Padahal terbukti penularannya MELALUI DROPLETS NAMUN DIMANA TEPATNYA KEBERADAAN DROPLETS ITU TIDAK JELAS.

Kisah seorang anggota DPR dari Pati menunjukkan hal itu, yakni tidak diketahui kapan tertular, dimana tertular, siapa yang menulari, langsung MELALUI mata, hidung atau mulut atau melalui tangan beliau dulu baru ke wajah. Sulit untuk ditentukan.

CARA PENULARAN VIRUS KORONA BARU, VITAMIN C DAN E SERTA PERAN ANTIBODI

IC: “Virus dinetralkan oleh antibodi”….. “Sel imun membentuk memory yang bisa berlangsung 30 tahun lebih”…… “Dengan minum vit E dan C antibodi akan meningkat dua kali lipat”. “Kalau saya kena virus, tubuh saya akan mempunyai data tentang virus itu, sehingga pada saat saya kena lagi, saya kebal…Untuk infeksi pertama antibodi saya keluar pada 7 hari. Kalau kena yang kedua, tidak perlu tujuh hari, tetapi 24 jam, sehari langsung kebal….. dengan pemberian vitamin E dan C kita bisa memproduksi antibodi dua sampai tiga kali lebih banyak daripada normal….”.

MD: Pernyataan demikian kurang mendidik masyarakat. Seolah-olah dengan antibodi tidak ada masalah dengan semua penyakit khususnya akibat virus. Masyarakat akan mengira bahwa sistem imun hanya terdiri antobodi untuk mengatasi semua masalah penyakit menular. Maka lahirlah berbagai hoax bagaimana meningkatkan antibodi.

Masyarakat harus diedukasi bahwa sistem imun manusia tidak hanya terdiri dari antibodi, dan memerlukan proses yang rumit untuk melawan penyakit infeksi, namun bersifat otomatis dalam tubuh. Sistem imun (daya tahan tubuh manusia) antara lain dipengaruhi asupan gizi yang seimbang tidak saja vitamin C dan E.

Sistem imun terdiri atas pertahanan umum/pertama/alamiah (innate immunity) yang berlaku sejak lahir (given) , namun naik turun karena berbagai faktor al sbb: (1) Asupan gizi, karena zat gizi (nutrient) diperlukan untuk membentuk sel dan zat pertahanan; (2) Olah raga teratur dan cukup; (3) istirahat dan tidur yang cukup dan berkualitas; (4) Hindari radikal bebas di lingkungan maupun yang diciptakan sendiri yaitu merokok; (5) Kelola stress menjadi eustress (stress fungsional yang berdampak positif); (6) Usia, bayi dan balita rentan, dan orang berusia di atas 50 tahun secara alamiah daya tahannya menurun.

Penelitian pemberian (suplementasi) vitamin C dan E untuk penderita penyakit infeksi virus menunjukkan hasilnya tidak konsisten untuk durasi sakit dan keparahannya, terkait dengan usia lanjut. Namun tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa suplementasi vitamin C dan E dapat mencegah infeksi virus. Juga tidak ada yang membuktikan bahwa dengan suplementasi vitamin C dan E akan meningkatkan antibodi 2 sampai 3 kali lipat. (penelitian metaanalisis –amat akurat karena merangkum penelitian sejenis terdahulu tentang vitamin C dan E terkait sistem imun dapat diakses di https://www.cochranelibrary.com/cdsr/doi/10.1002/14651858.CD000980.pub4/full dan
https://www.nature.com/articles/s41564-019-0392-y).

Rumitnya sistem imun yang terdiri dari sel dan zat aktif (humoral) YANG TIDAK HANYA TERDIRI DARI ANTIBODI dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(dikutip dari Abbas AA, Lichtman AH, Pillai S, Basic immunology, Elsevier Inc – Saunders, Philadelphia, 2015)

Daya tahan alamiah (pertama) disebut innate immunity atau non spesific immunity. Tugasnya bereaksi untuk menggagalkan benda asing yang berbahaya (antigen) yang masuk ke dalam tubuh, biasanya melalui mukosa (selaput lendir) saluran pernafasan, saluran cerna, mata, hidung dan mulut. Peran antibodi (di gambar di atas tidak ada) kurang bermakna, yaitu menggagalkan invasi kuman (mikroba) ke dalam mukosa bersama komponen pertahanan awal lainnya.

Jika mikroba (mikroba, termasuk virus) telah masuk ke dalam tubuh, yaitu sel, antibodi belum berperan, sampai sel limfosit T (sel T) mengkativasi reaksi imun karena terpapar antigen. Sel T membantu sel Limfosit B berubah menjadi sel plasma, barulah sel ini menghasilkan antibodi. Apabila virus masih belum masuk sel (masih menempel) maka antibodi berusaha menggagalkan penempelan tersebut agar virus tidak masuk sel (invasi).

Bagaimana bila virus telah masuk sel? Virus akan memperbanyak diri mengambil bahan dari sel yang ditempati (disebut replikasi), sehingga sel yang ditempatinya rusak. Dari satu sel tubuh yang ditempati virus, dapat menghasilkan ribuan virus baru, seperti “tumbuh, bertunas” (budding) keluar dari sel yang ditempati. Antibodi bisa berperan dalam hal ini, mencegah virus budding dari sel yang ditempati. Fakta yang kita saksikan menunjukkan kegagalan daya tahan terhadap virus korona baru, sehingga banyak yang jatuh sakit covid-19. Dan cepatnya menyebar ke berbagai belahan Indonesia dan dunia menunjukkan virus korona baru ini memang tahan berada di luar tubuh manusia. Fakta yang tak terbantahkan.

Tugas pertahanan tubuh berikutnya ditackle oleh sel Limfosit T (sel T). Dia akan merusak dan mengeliminasi sel tubuh yang terinfeksi sebelum virus ber-replikasi. Reaksi / respon imun tersebut berhasil bila daya tahan tubuh kuat. Sebagaimana kita ketahui di negeri kita banyak yang gagal, sehingga angka kematian akibat covid-19 tertinggi nomor dua di dunia (9,1%). Bisa dilihat pada gambar di bawah.

Maka jika IC menyatakan tentang covid-19: “Case fatality ratenya hanya 3% di seluruh dunia…..”. adalah salah besar.

IC menyederhanakan masalah dengan menyatakan: “Pada saat terinfeksi batuk, bersin, paling lima hari, hari ke tujuh recovery, hari ke 14 full sembuh….”.

MD: beliau telah menggembirakan masyarakat tetapi ini berpotensi menurunkan kewaspadaan masyarakat. SEHARUSNYA MASYARAKAT DIBIMBING JANGAN SAMPAI KETULARAN COVID-19. Kita putus rantai penularan covid-19, bukan memberikan informasi sebaliknya, sepertinya menyatakan “Tak apa-apa tertular, jangan takut, kan banyak yang sembuh”. Ini berbahaya, karena ketika seseorang kuat, dia tidak menyadari akan mengeluarkan droplets yang penuh dengan virus, dan membahayakan orang lain yang sehat, dan orang lain dengan usia senja atau dengan berbagai penyakit sebelumnya.

IC: “Di statistik itu pada usai 70 tahun. Di statistik datanya….Kedua pada pasien yang sudah ada penyakitnya misal DM, hipertensi, stroke. Atau punya masalah saluran nafas, misal TBC, bronchopneumonia…”.

MD: Ada benarnya statement tersebut, tetapi penderita umur yang lebih muda, ternyata angka kematiannya juga tinggi dibanding negara lain, karena faktor penyakit yang telah diderita sebelumnya. Lihat grafik di bawah, angka kematian di Cina umur 60-69 CFR nya 3,6%, umur 50-59 tahun CFR nya 1,3%. Jadi seharusnya kita memilih, jangan sekali-sekali tertular atau menularkan covid-19, maka akan timbul masyarakat yang “aware” dan berhati-hati.

(Grafik ini beredar luas di WA)

IC: “Wabah covid-19 saya prediksi hanya 3 bulan, kalau kita mau hidup bersih dan sehat, mungkin lebih cepat selesai…”

MD: Pernyataan ini menggembirakan, namun tidak diberikan alasan yang mendasar dan tidak mendidik. Jangan sampai masyarakat menyepelekan wabah yang secara cepat telah menyebar ke 32 provinsi di Indonesia, 198 negara di dunia.

Faktanya di negara kita sejak pasien pertama pada tanggal 2 Maret 2020, telah melesat amat tinggi ratusan persen. Namun data ini secara epidemiologis tetap THE TIP OF THE ICEBERG, puncak gunung es, angka aktualnya jauh lebih tinggi.

Karena cepatnya menyebar, polanya acak, dan jaraknya jauh, disertai kematian, yakni tertinggi no 2 di dunia (9,1%) setelah Italy (12,3%), tentu akan membuat cemas masyarakat. Maka upaya paling efektif harus kita terapkan agar wabah ini berhenti, tak ada pilihan kedua, misal biar ketularan toh akan sembuh (97%). Justru kecemasan masyarakat dimanfaatkan segi positifnya untuk meng-edukasi agar paham betul bagaimana mencari pertolongan dan bagaimana melakukan pencegahan dalam skala pribadi, maupun masyarakat.

Fakta lain: ada carrier (pembawa virus dan potensi menularkan yang tampak sehat-sehat saja) dan REINFECTION (penderita yang sudah sembuh ketularan covid-19 lagi). Sekali lagi yang bijaksana adalah stop penularan, tak ada pilihan lain. Nyawa lebih berharga, kerusakan akibat penularan covid-19 dalam segala aspek, wajib kita cegah.

SIMPULAN

Virus korona baru (SARS-CoV-2) benar-benar virus baru dan menyebabkan penyakit yang baru, mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dengan virus sejenis sebelumnya. Jangan sampai fakta baru hasil penelitian dibantah dengan paradigma lama tentang virus, karena belum membaca publikasinya di jurnal ilmu kedokteran atau yang terkait. Belum update. Membantah suatu penelitian seharusnya dengan penelitian lain yang memang hasilnya kontroversi.

Sebaiknya kita kembalikan masalah covid-19 yaitu penyakit pada manusia, maka kita kembalikan kepada ahlinya. Ahli virus di Indonesia terkait penyakit manusia misalnya Lembaga Biomolekuler Eijkman. Banyak juga pakar penyakit infeksi virus, guru besar ahli penyakit yang telah bergulat dengan penyakit virus puluhan tahun, juga tidak gegabah dalam menanggapi covid-19, karena ini memang benar-benar penyakit baru (novel). Informasi tentang asupan makanan / zat gizi (nutrient) dan suplementasi vitamin/mineral kaitannya dengan sistem imun (daya tahan tubuh) kita beri kesempatan kepada para peneliti dan ahli gizi yang sesuai.

Boleh memberi berita gembira tentang pengobatan, vaksin, daya tahan tubuh untuk menolak penyakit, lemahnya virus korona baru, asal dengan bukti yang valid dengan penelitian yang telah dipublikasikan. Jangan sampai berita gembira yang dasarnya tidak valid malah membuat masyarakat menyepelekan bahaya virus korona baru ini, atau melengahkan dari usaha penanganan dan pencegahannya. Akibatnya banyak timbul korban karena mis-informasi dan dis-informasi.

Akhirnya, sebaiknya seseorang hati-hati menyebut suatu keahlian dan harus selalu update ilmu yang ditekuni.

*) adalah Doktor ilmu kedokteran, dokter, pakar kesehatan masyarakat, ahli manajemen RS (dosen di Pasca Sarjana Poltekkes Kemenkes Semarang), Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Jawa Tengah, anggota Kolegium Dokter Indonesia PB IDI dan Ketua Dep LITBANG PP IPHI.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *