Menghadang Enam Virus

banner 400x400

Oleh: Fauzul Iman

Rektor UIN SMH Banten

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Bulan Ramadan merupakan bulan sucinya umat Islam yang di dalamnya terkandung momentum penting bagi umat manusia dalam upaya melakukan perbaikan (recovery) kehidupan. Umat manusia yang sebelumnya, mungkin terkontaminasi banyak virus yang mematikan martabat dan kemuliaan kehidupannya.

Di bulan Ramadan ini sudah barang tentu umat manusia akan mendapatkan pendidikan berharga tentang bagaimana menangkal virus tersebut. Telah diketahui bersama, di bulan suci ini manusia dilarang segala hal yang menyebabkan nilai ibadah puasa rusak seperti makan, minum, dan melakukan hubungan badan dengan istri sejak fajar terbit hingga terbenam matahari selama satu bulan.

Larangan ini bila dilanggar resikonya amat berat selain membatalkan ibadah puasa. Bagi suami yang di siang hari melakukan hubungan badan dengan istri, ia ditambah dengan hukuman denda kifarat berupa pembebasan budak perempuan.

Bila tidak mampu, ia wajib puasa dua bulan berturut- turut. Terakhir, bila masih juga tidak mampu ia wajib memberikan makanan kepada enam puluh kaum miskin. Bahkan nilai ibadah puasa seseorang menjadi merosot , sia- sia dan berdosa bila di saat puasa ia melakukan perbuatan-perbuatan tercela lainnya.

Di bulan puasa inilah tempatnya umat manusia untuk menghadang virus yang menjadi pencela, menggerogoti dan mematikan nyawa kemuliaannya. Kebetulan di saat memasuki bulan suci ini, dunia dan bangsa Indonesia sedang sama-sama berupaya menghadang virus corona pandemik yang sangat membahayakan seluruh tatanan aspek kehidupan.

Tidak sedikit yang menjadi korban virus corona ini, selain melumpuhkan kehidupan sosial, budaya, poltik, ekonomi. Virus corona juga telah banyak menebas nyawa umat manusia yang sungguh tak terhingga nilainya.

Tidak kalah beratnya dengan virus corona, adalah lima virus yang, menurut Nabi SAW, dapat mengurangi-bahkan mungkin membatalkan-nilai ibadah puasa yaitu virus pendusta( al-kazib), virus pencaci/penggunjing (ghibah), virus adu domba ((an-namimah), virus memandang dengan syahwat ( an- nazru bi al-syahwat) dan terakhir virus sumpah palsu (al-yamin al-fajirah).

Lima virus, menurut hadis di atas, dalam sejarah telah membuktikan menjadi penghancur peradaban. Virus pendusta, penggunjing dan virus pengadu domba merupakan virus yang paling membahayakan. Kerajaan Abasiyah merupakan kerajaan kebangaan umat islam masa silam yang sangat pesat dan maju di bidang sain, seni dan ilmu pengetahuan.

Kerajaan itu kini rontok menyisakan puing-puing nostalgia karena ulah virus adu domba, caci maki dan virus berita hoak yang disebarkan oleh golongan dan aliran jahat yang menyesatkan. Dua kali pemerintahan Indonesia orde lama dan orde baru hancur, sebanyak antara lain karena adu domba, caci maki dan berita- berita dusta yang direkayasa oleh kepentingan politik ambisius dan jahat.

Negara apapun yang dipimpin oleh penguasa bejad masih dapat dipertahankn sendi-sendi fisik peradabannya bila di sana sini tidak terjadi virus berita bohong, adu domba dan caci maki. Terjadinya korban nyawa, penghancuran dan pembakaran gedung pencakar langit tidak lain kerna tersebarnya virus yang membhayakan itu.

Dua virus terakhir sumpah palsu dan syahwat haram pada perempuan juga tak kalah bahayanya denga ketiga virus di atas. TIdak sedikit tatanan martabat dan wibawa hukum peradilan dan para aparatnya tidak dipercaya masyarakat karena konspirasi kesaksian palsu. Bahkan karena virus nafsu pada perempuan yang tidak halal seperti perselingkuhan bisa menjadi penyebab pembunuhan dan hancurnya tatanan keluarga.

Bagi umat manusia yang menyahuti dengan serius hadis Nabi di atas, di bulan suci ramadhan ini seyogyanya menjadi wahana pendidikan strategis untuk terus menerus, selama satu bulan, membiasakan diri meninggalkan perbuatan tercela yang penulis katagorikan virus berbahaya tadi. Jangankan lima virus.

Satu virus dusta saja dibiasakan umat manusia, seperti dikatakan Mario Teguh, seorang motivator terkenal, manusia yang suka dusta pada dirinya akan merasa mampu mendustai Tuhannya. Artinya manusia berkarakter pendusta tidak akan takut dengan siapapun termasuk pada Tuhan untuk melakukan kerusakan di muka bumi.

Oleh karena itu,  upaya serius umat manusia di bulan Ramadan dalam mencegah lima bahaya virus tadi merupakan metode pembiasan karakter yang sangat niscaya bagi umat manusia guna meraih karakter SDM yang tangguh dan berkualitas.

Diharapkan dengan kualitas SDM yang telah diraihnya selama ramadhan, kelak umat manusia tidak hanya mampu membasmi lima virus.Tapi juga mereka akan mampu menghadang virus corona sehinga menjada enam virus yang akan dihadang merebak di bumi indonesia ini. Semoga !

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *