Menyertai

banner 400x400

MENYERTAI

Oleh : Ahmad Zacky Siradj

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Sendiri saja ya pah ke kondangannya, sekali ini tidak bisa menyertai, abis gimana dua cucu sekaligus di titipan sama kita, bilang isteri pada suaminya. Seakan tidak ada kerjaan, kala datang menyertainya, ngobrol bersenda gurau menyertainya, eh, jalan pulang menyertainya pula. Memang tidak menyuruh sih, tapi menyertainya itu seperti sudah menjadi semacam perjanjian tidak tertulis. Malah, bila diperhatikan hampir dibanyak masyarakat dalam dan luar negeri, mempunyai pola dan tata krama yang senada tentang menyertai ini, sepertinya sudah menjadi bawaan, kebiasaan, tabiat sehingga dapat dikatakan sebagai norma/kaidah hidup sosial yang universal, mungkin saja hal ini merupakan konsekuensi logis, bahwa manusia sebagai makhluk sosial, yang selalu ingin bersama, hidup saling mengisi, melengkapi dan saling menyertai, kemana saja dan dimana saja.

Menyertai rakyat nampaknya ungkapan ini jarang kita dengar, yang kemudian sering dan tidak asing pada pendengaran kita adalah ungkapan dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat, walau dalam ungkapan tersebut juga sesungguhnya tersirat menyertai, atau ada yang menyertai rakyat, yakni pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, yang secara sungguh-sungguh, memotifasi, menfasilitasi, mendampingi dalam pemberdayaan rakyat, seiring dengan kemampuan rakyat itu sendiri secara swadaya. Sebab bila tidak ada pihak yang berperan untuk melakukan hal itu, tentu rakyat akan lemah, hilangnya partisipasi rakyat, padahal partisipasi dari ralyat ini penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Menyertai rakyat pun harus menjadi komitmen, kepedulian dan daya juang seperti kehadiran lembaga bantuan hukum, di samping membela hak-hak asasi manusia, juga membela hak-hak rakyat sesuai ketentuan konstitusionalnya, karena sejatinya hukum itu adalah untuk melindungi yang lemah agar berdaya dan membatasi yang kuat/kuasa agar tidak menindas dan melakukan kesewenang-wenangan.

Menyertai juga hendaknya tumbuh subur pada organisasi-organisasi yang di bentuk, tumbuh dan berkembang di masyarakat. Karena seseorang atau beberapa orang dengan sadar menghimpun diri dalam suatu organisasi, bukan karena kesamaan identitas saja, tapi ada cita-cita luhur dan suci yang di perjuangkan secara bersama-sama di dalam dan oleh organisasinya tersebut. Karena itu, setiap organisasi apapun jenis dan bentuknya, harus merasa terpanggil, selalu hadir, menyertai dan tampil ke muka membela anggota-anggotanya, yang sedang menghadapi dan mendapat kesulitan, persoalan, masalah, tentu selama ada dalam jangkar ketentuan organisasi tersebut.

Begitu pula bagi suatu negara sebagai organisasi terbesar pada tingkat negara bangsa, hendaknya terpanggil untuk menyertai, membela warga negaranya, jika tidak, maka harkat dan martabat bangsa itu yang menjadi petaruhnya.

Menyertai juga berhubungan dengan yang abstrak yang bersifat spiritual, misalnya dalam ungkapan, “do’a kan selalu menyertai”. Malah bagi para pejuang setiap langkah gerak juangnya, do’a yang dipanjatkan diyakininya sebagai perisai yang menyertai hingga yakin dapat melindungi dirinya dari gempuran musuh.

Demikian pula dalam keseharian hidup kita, terlepas dari tebal tipisnya keyakinan kita, seperti bahwa do’a ibu itu mustajab, yang kemungkinan besar terkabul Tuhan. Sehingga para penda’i, mubaligh, tokoh terkemuka masyarakat, sering menyeru dan menganjurkan agar meminta do’a kepada orang tua, karena dalam keridhaan orang tua, keridhaan Allah menyertainya. Allah menyertai kami (inna Allah ma’ana).

Malah lebih jauh bagi yang telah wafat, meninggalkan alam fana, meninggal dunia, telah almarhum atau almarhumah, tetap akan ada yang menyertai baik didalam kuburnya maupun dialam akhirat, di alam keabadiannya nanti. Bahkan, yang menyertainya itu sangat setia dan tiada akan berkhianat, tetapi penuh pengabdian dan tulus berkhidmat. Apa itu ? Tidak lain adalah amal kebajikan, amal shaleh dan do’a yang terkabulkan yang dipanjatkan oleh generasi muda kedua dalam hal ini anak atau putra putri nya atas dasar keshalehan pula, mereka senantiasa memanjatkan do’a bagi kedua orang tuanya (yad’u lahu). Selain tentu saja amal ibadahnya yang didasari niat tulus yang hanya ditujukan semata ke hadirat-Nya.

Malah seperti yang telah kita ketahui bersama, bila ingin Tuhan selalu menyertai kita maka sebagai hamba-Nya, manusia dalam melakukan aktifitas kehidupan kesehariannya, hendaknya dapat membuktikan diri, sebagai hamba-Nya yang ulet, tidak mudah menyerah apalagi berputus asa, berikhtiar dan berjuang terus, diiringi dengan do’a dan sikap tawakal, inilah yang kemudian disebut dengan sikap sabar yang harus lahir menyertai aktifitas keseharian kita, dan diantara sesama kita, hamba Allah yang lain, serta hendaknya saling mengingatkan dengan kesabaran. Karena hamba-Nya yang sabar itulah yang Tuhan menyertainya senantiasa (inna Allah ma’ash shabirin). Wa Allahu a’lam.

Sumber : istimewa

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *