Merawat

Ilustrasi : Buku di rerumputan

MERAWAT

Oleh : Ahmad Zacky Siradj (Ketua Umum IKALUIN “Syahid”Jakarta)

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Mah, sepertinya perlu merawat kebugaran tubuh, agar tetap kelihatan kece, cantik gitu lha, ah papa ini, mahal, keadaan kita tidak kan sanggup dan juga untuk apa sih, biarlah berproses secara alami saja, yang penting, seperti yang pernah papa bilang pada awal kita berkeluarga, adalah bagaimana merawat pendirian agar tetap, teguh, ajeg, kuat dan konsisten (isiqamah).

Saya dok ! yang selama ini merawatnya, tapi karena tiada nampak tanda kesembuhan, dengan berharap sehat kembali bagai sedia kala, maka saya datang ke rumah sakit untuk merawat ayah saya ini.
Memang, sepertinya rumah sakitlah yang memiliki malah melekat padanya ungkapan merawat ini, misalnya sebutan perawat, orang yang profesinya merawat yang sakit dan biasanya ada dan bekerja di rumah sakit.

Jika ingin memperoleh hasil panen yang relatif lebih unggul maka menjadi tuntutan untuk merawat tanamannya, diantaranya dengan menyirami dan memberi pupuk secukupnya. Jangan sampai daunnya yang rimbun kemudian kering, berguguran berserakan, atau menjadi jarang dan bolong-bolong karena dimakan ulat, sehingga hasilnya kurang memadai, tak memenuhi apa yang menjadi semula harapan.

Tapi anehnya dan ini bukan semata takdir, karena bila kita mau merubahnya, berubahlah, (yughayyiru ma bianfusihim), karena kendati panen bagus hasilnya begitu memuaskan, kemudian dipasarkan, jatuh harganya, petanipun mengeluh, ya memang tidak mampu mereka bersaing secara bebas, dalam pasar global yang bebas, sebebas-bebasnya (free market competition), tidak ada perlindungan (protection) dari hasil keringat yang mereka peras, tidak sedikit hasil tani mereka yang fuso dikebunnya, karena upah untuk memanennyapun tidak tertutup dengan hasil panennya, alias rugi. Karena itu merawat pertanian hingga menuai hasil belumlah cukup, tapi bagimana hasil panennya itu terpasarkan, dapat terjual, laku dan kompetitif dipasaran, dan untuk melakukan hal ini, tentu harus ada tata kelola yang memadai, melindungi, memihak terhadap petani negerinya sendiri, hal inilah yang merupakan bagian dari tata kelola sejahtera sebagai tugas dan kewajiban negara untuk memajukan kesejahteraan umum.

Merawat juga erat kaitannya dengan nilai-nilai, tata nilai, noma hidup. Sebagai bangsa yang pluralis, beragam, beraneka suku bangsa, budaya, adat istiadat, begitu pula sistem kepercayaan dan agama, maka merawat keberagaman, kebhinekaan merupakan suatu keniscayaan, seperti bagi masyarakat bangsa kita ini yang memiliki sasanti bhineka tunggal ika. Karena itu siapa saja yang menghina mencela khebinekaan, keberagaman apakah itu pada adat istiadat, budaya-budaya suku bangsa, agama-agama, sama dengan menghina dan mencela bangsa Indonesia, meruntuhkan keindonesiaan, karena itu hormatilah keberagaman itu sesuai eksistensinya masing-masing (lakum dinukum waliyadin), hingga setiap warga dapat merawat hidup rukun dan damai (salam ‘alaikum).

Sejalan dengan keberagaman itu kita juga harus merawat perbedaan pikiran, pendapat, pandangan yang tumbuh pada masyarakat bangsa, apalagi bangsa ini menganut faham politik yang demokratis, sehingga pikiran-pikiran yang kritis, konstruktif dan solutif dapat menghiasi langit kebangsaan kita, yang mungkin dikemudian nanti akan menjadi rujukan bagi anak bangsa, jangan kemudian sedikit-sedikit, ditangkap, dipenjara, begitup pula bila ada opini yang berbeda jangan lantas ditegur keras diiringi ancaman, apa lagi kemudian langsung dibredel, dibrangus.

Lebih jauh lagi kita harus pandai merawat keimanan kita, merawat kebenaran yang telah kita yakini, karena sebaimana kita tahu bahwa, iman atau keyakinan yang harus senantiasa hadir dalam gelombang hidup dan kehidupan, senantiasa mengalami pasang surut, bertambah dan berkurang (yazid wa yankus), karena itu merawatnya adalah suatu kemustian, merupakan panggilan dan tuntutan. Sebagian ada yang mengambil jalan besemedi, bertapa, berkhalwat, ber’itikaf, ada juga yang terus berdzikir disepanjang hari dengan tetap tidak meninggalkan aktifitas kesehariannya. Tetapi ada juga yang merawat keyakinannya itu dengan menyadari sikap bahwa kemanapun ia menghadap disanalah Tuhan hadir (aynama kuntum fasamma wajhullah). Begitu pula merawat kebenaran keyakinan/iman itu dengan pancaran sinar alam sekitar yang tiada lain adalah kehendak-Nya dan ciptaan-Nya (ma khalakta hadza bathila).

Malah tidak sedikit yang merawat keimanannya itu dengan melakukan amal shaleh, amal kebajikan, kerja-kerja kemanusiaan atas dasar ketulusan dan keikhlasan yang tinggi, maka dengan merawat kasih sayang atas sesama, diantaranya dengan berjuang mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat merupakan manifest dari penguatan keimanannya (I’dilu huwa akrabu littaqwa).

Begitu pula ada yang untuk menyirami, merawat iman dan keyakinan itu dengan menebar kasih sayang sesama, dengan mewujudkan kasih sayang sesama sesungguhnya akan tiba anugrah kasih sayang Tuhan (yarhamkum man fissama).
Tentu saja cara dalam merawat keimanan, kebenaran keyakinan yang dianutnya itu, sesuai dengan tingkat pendakian spritualnya, yang harus seimbang, senada seirama dengan tingkat pancaran getaran kemanusiaannya masing-masing (hablum minallah wa hablum minannas).

Wa Allahu a’lam

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *