KISAH RASULULLAH (65): Salat Jumat Pertama

banner 400x400

HAJINEWS.ID – Rasulullah berangkat dari Quba pada Jumat pagi. Beliau diiringi para sahabat Muhajirin dan Anshar. Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki.

Ketika waktu Salat Jumat tiba, Rasulullah tengah melewati Wadi Ranuna. Tempat itu dekat dengan perkampungan Bani Amr bin Auf. Rasulullah berhenti dan mendirikan Salat Jumat bersama para sahabatnya. Itulah Salat Jumat pertama yang didirikan Rasulullah.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dalam Salat itu, Rasulullah berkhutbah,

“Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan amal kebaikan demi kalian sendiri. Sungguh kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu hari ketika salah satu dari kalian dikejutkan oleh suara gemuruh, sehingga ia akan melupakan harta apa pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah akan berfirman kepadanya langsung tanpa ada yang menerjemahkan dan menghalang-halangi.”

Firman-NYA, “Tidaklah telah datang seorang Rasul kepadamu lalu ia menyampaikan ajaran kepadamu dan AKU telah memberikan harta kepadamu serta AKU telah memberikan banyak karunia kepadamu. Namun, semua itu kamu gunakan untuk dirimu sendiri.”

“Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak melihat apa pun. Namun, ketika melihat ke muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka, walaupun dengan separuh kurma, hendaklah ia banyak menyebut kalimat thayyibah karena kalimat thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan sampai tujuh ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat Allah serta barokah-NYA semoga dilimpahkan atas kamu dan atas Rasulullah.”

Pada saat Salat Jum’at itu, Rasulullah berkhutbah setelah salat didirikan. Baru pada kemudian hari, Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah dilakukan sebelum salat Jum’at dilakukan.

Rasulullah pun melanjutkan perjalanan. Setiap kali melewati sebuah perkampungan, orang-orang selalu berebut menawarkan tempat bersinggah dan beristirahat kepada beliau. Namun, selalu mengulang jawaban yang sama,

“Biarkanlah unta ini berjalan, sesungguhnya ia diperintah Allah agar berhenti ditempat yang dikehendaki-Nya.”

 

TIBA DI MADINAH

Kota Yatsrib dipenuhi bermacam perhiasan indah untuk menyambut kedatangan Rasulullah. Ketika beliau tiba, seluruh kaum Muslimin perempuan dan laki-laki, anak-anak dan budak belian, keluar rumah untuk menyambut kedatangan Rasulullah yang telah lama mereka nantikan.

Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai berbaris di jalan seraya bersorak,  “Telah datang Muhammad! Telah datang Rasulullah! Ya Muhammad! Ya Rasulullah!”

Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan tombak sebagai tanda siap mati membela Rasulullah. Kaum Muslimin yang mengiringi Rasulullah dari Quba berseru bersama,

“Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!”

Sementara itu, anak-anak perempuan naik ke atas rumah seraya bersama membaca syair, “Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang yang cinta bertetangga dengan Nabi Muhammad!”

Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah bertanya,  “Apakah kalian semua cinta kepadaku?”

“Ya…….., sudah tentu ya Rasulullah!” jawab semuanya.

Dengan hati bergetar penuh kasih, Rasulullah bersabda,  “Allah mengetahui bahwa hatiku sangat mencintai kalian semua.”

Seluruh penduduk Yatsrib, baik Yahudi maupun Pagan menyaksikan adanya hidup baru yg bersemarak dalam kota mereka itu, menyaksikan seorang pendatang baru, orang besar yang telah mempersatukan Aus dan Khazraj, yang selama itu saling bermusuhan, saling berperang.

Tidak terlintas dalam pikiran mereka – pada saat ini, saat transisi sejarah yg akan menentukan tujuannya yg baru itu – akan memberikan kemegahan dan kebesaran bagi kota mereka, dan yg akan tetap hidup selama sejarah ini berkembang.

Itu adalah suatu saat yang amat membahagiakan dan tidak akan pernah terulang lagi dalam sejarah, suatu penyambutan yang begitu tulus dan penuh cinta.

 

MUHAJIRIN YANG PERTAMA

Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama tiba di Madinah. Setelah itu, menyusul Amir bin Rabi’ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah. Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama tiba di Madinah.

 

Bersambung…….

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *