Saya Terima
By Ustadz Umar Faqihuddin SPdI
Tak seringan kalimat terbaca. Dan tak semudah, lidah mengucap berkata. “Saya terima”, kalimat mengikat ribuan makna.
Dalam pernikahan, menuntut konsekwensi berharga. Memeras tanggungjawab dan pengorbanan jiwa dan raga. Juga tak sedikit harta.
Saat seorang bapak ditanya. Akan biaya menikah oleh ananda. Dijawab dengan mengernyit dahi menghitung sambil berkata. ” Ndak tau nak, kenyataannya sejak akad sampai sekarang masih membiayai juga “.
Dalam sebuah perjanjian kerja. “Saya terima”, menuntut banyak hal yang mulai bicara. Keluarga, orang tua dan mertua. Terkadang nimbrung sanak saudara.
Dalam ujian kehidupan, lebih syahdu dan menguras air mata. “Saya terima”, berdampak kenyataan yang begitu perih meluka. Ditahan, tapi menggoncang jiwa.
Dalam perjanjian kepada janin sesaat sebelum terlahir di dunia. “Saya terima”, tanda ia lulus uji dan siap lahir serta berhadapan dengan segala suasana.
Dalam ujian berkurang dan hilang yang dia punya. Kalimat inna lillah lebih menerjemah sebagai “Saya terima”. Hasilnya begitu dramatis dan penuh iba.
“Saya terima” sesungguhnya, puzle hati yang ditata. Untuk menerima takdir Yang Maha Kuasa. Sekalipun melepas dengan air mata dan selaksa makna.
Mengawal “Saya terima” dengan ilmu menjadikan semua bernilai pahala. Semoga kita bisa !!