Tafsir Al-Quran Surat Shad Ayat 21-25

banner 400x400

Tafsir Al-Quran Surat Shad Ayat 21-25

Oleh : KH Didin Hafidhuddin

Disarikan oleh: Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 400x400

1. Alhamdulillahi rabbil a’alamin. Kita berjumpa lagi dalam pengajian Tafsir Al-Quran, pada Ahad ini, tanggal 19 Dzulhijjah 1491, bertepatan dengan tanggal 9 Agustus 2020, kita akan membaca Surat Shad Ayat 21-25. Kita awali bersama-sama dengan membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah dan dilanjutkan dengan Surat Shad Ayat 21-25. Sebelum ayat terakhir, nanti akan ada tanda Ayat Sajdah, kita disunnahkan melakukan Sujud Tilawah sambil membaca bertasbih. Insya Allah kita akan mendapat kemuliaan. Nanti kita sama-sama sujud pas selesai membaca ayat itu. Ada Hadist Rasulullah SAW tentang hal tersebut, “Apabila manusia, Ibnu Adam membaca ayat sajadah dan dia sujud, maka syetan itu menangis. Kemudian dia berkata, ‘Alangkah kecelakaanku. Manusia diperintahkan untuk sujud, maka dia sujud, maka dia akan mendapatkan surga. Saya pernah diperintahkan untuk sujud (hormat) kepada Adam, dan saya menolak, maka saya ada di neraka’”

2. Terjemahan Surat Shad ayat 21-25 adalah sebagai berikut: “Dan apakah telah sampai kepadamu berita orang-orang yang berselisih ketika mereka memanjat dinding mihrab? Ketika mereka masuk menemui Dawud lalu dia terkejut karena (kedatangan) mereka. Mereka berkata, “Janganlah takut! (Kami) berdua sedang berselisih, sebagian dari kami berbuat zhalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara kami secara adil dan janganlah menyimpang dari kebenaran serta tunjukilah kami ke jalan yang lurus; Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu dia berkata, “Serahkanlah (kambingmu) itu kepadaku! Dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan”; Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zhalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersyarikat itu berbuat zhalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat; Lalu Kami mengampuni (kesalahannya) itu. Dan sungguh, dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik”.

3. Pada ayat-ayat yang lalu, kita mengetahui Rasulullah SAW dan ummatnya diperintahkan untuk bersabar, dan mempelajari kisah Nabi Dawud AS. Beliau memiliki kekuatan lahir, kekuatan batin, berpuasa sehari dan berbuka sehari. Beliau juga memiliki ketertampilan yang menyebabkan kehidupannya tidak banyak tergantung dengan pihak lain, dengan kemampuannya membuat baju besi, menjadi home industry, karena terjadi peperangan. Nabi Dawud AS sangat berwibawa, sangat dipercaya untuk memecahkan beberapa permasalahan masyarakat. Contoh pada kasus pada ayat 21-25 di atas, tentang kongsi perusahaan peternakan. Satu orang punya 1 ekor dan satunya 99 ekor kambing. Tapi, orang yang punya 99 ekor itu sudah lama berselisih, kemudian mengaku dan menggenapkan kambingnya menjadi 100 ekor, lalu mereka berselisih. Mereka datang kepada Nabi Dawud AS, yang sebenarnya sedang beribadah. Dalam suatu kongsi itu biasanya ada yang berkhianat, dan pecahlah kongsi itu. Ayat-ayat di atas sering dijadikan sebagai basis bisnis musyarokah, berkongsi modal, berbisnis secara kerjasama. Bentuk lain kerjasama bisnis itu adalah mudharobah, satu punya harta dan satu punya keahlian. Bentuk musyarokah dan mudharabah itu yang dicintai Allah SWT, karena ada persaudaraan, saling melindungi, saling percaya. Rugi dan untung ditanggung secara bersama. Bentuk kongsi seperti ini tidak langgeng, jika ada yang berkhianat. Ada suatu Hadist Qudsi, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku adalah pihak ketiga dari bisnis dua orang yan bersyarikat, bekerjasama”. Perkara ini sangat dicintai Allah SWT, selama tidak saling mengkhianati. Apabila terjadi pengkhiatan atau seseorang berlaku dzalim kepada yang lain. Kedzaliman sangat dahsyat akibatnya, kepada orang lain. Misal, seorang mengambil tanah, hak orang lain. Maka kelak di akhirat, dia akan dikalungkan dengan tanah itu, sampai tidak kuat mengangkatnya, dan jatu sedalam tujuh lapis bumi.. Naduzu billah min dzalik.

4. Ada dua dosa yang biasanya ditimpakan adzab di dunia. Pertama, berbuat buruk pada orang tua, maka Allah SWT akan langsung menimpakan adzabnya di dunia. Jika Bapak/Ibu masih memiliki orang tua, pergaulilah mereka yang masih ada ini, dengan sebaik-baiknya. Hormati mereka, sayangi mereka, berbicaralah dengan baik, jangan kasar, jangan mebentak, dll, apa pun kondis mereka, walau pun orang tua berbeda agama, misalnya. Insya Allah nanti dijauhkan dari adzab Allah SWT di dunia. Misalnya, orang tua mengajak untuk hal-hal yang tidak baik, misalnya mengikuti agama mereka yang bukan islam, maka ajakan itu boleh tidak diikuti, tapi tetap menjawabnya dengan cara baik-baik, sambil menaruh hormat kepada orang tua. Apalagi, kalau kedua orang tua mengajak pada kebaikan, maka hormatilah. Jadi, kedzaliman pada orang tua, biasanya akan ditimpakan balasannya di dunia, selain di akhirat. Kedua, berbuat dzalim pada orang lain, misalnya, pemimpin yang dzalim pada masyarakat, atau pengusaha dzalim pada pengusaha yang lain, orang berlaku dzalim pada teman, maka Allah SWT akan langsung mengadzab dan membuktikannya di dunia. Bisnis yang seperti ini pasti tidak akan langgeng, jika masalah pengkhiatan tidak dipecahkan.

5. Dalam bermuamalah dengan sesama manusia ini, maka kunci utamanya adalah amanah. Perhatikan hadist Rasullah SAW, “Tidak ada iman dan tidak ada islam bagi orang yang tidak amanah. Tidak ada iman bagi orang yang tidak pernah menepati janji”. Amanah adalah jiwanya agama. Menepati adalah bagian penting dari keimanan. Apabila tidak amanah, maka dia tidak beriman. Agama tidak akan ada maknanya bagi orang yang tidak amanah. Jika seseorang mendapatkan amanah, mendapatakan posisi dan jabatan, lalu ia tidak menjalankan amanah dan tanggung jawab itu dengan baik, maka ia sedang merusak dirinya sendiri. Ia merusak citra islam, karena seolah-olah agama tidak ada artinya sama sekali. Ini pelajaran yang sanat penting dari Surat Shat di atas. Amanah sangat menentukan lannggeng atau tidaknya suatu perusahaan patungan, suatu perkongsian. Kelangsungan hidup perusahaan kerjasamana ini tidak hanya ditentukan oleh kapasitas manajemennya, tapi oleh keamanahan para personnelnya.

6. Ketika terjadi kekeringan dan ancaman krisis pangan, seorang Raja minta pada Nabi Yusuf AS untuk masuk tim, memipin lembaga yang berurusan dengan pangan, untuk mengantisipasi kemarau pankang dan krisis yang akan terjadi. Nabi Yusuf AS menjawabnya dengan baik, sambil menyatakan, “Aku (dan timku) memiliki dua sifat yang utama, yaitu hafidzun (berintegritas) dan alimun (professional)”. Pembicaraan tentang suatu profesi dan integritas sudah dijelaskan dalam Al-Quran, ribuan tahun lalu, sejak era Nabi Yusuf AS. Dalam Al-Quran Surat Yusuf itu bahkan disebutkan hafidzun dulu, berintegritas dulu, baru alimun, professional. Integritas yang baik dan sifat amanah harus didahulukan, baru kemudian professional. Integritas harus dibiasakan sejak kecil, perlu dilazaimkan, menjadi gaya hidup, sehingga masuk kepada struktur jasamani-rohaninya. Ilmu mungkin dapat dipelajari. Tapi, jika sesorang tidak punya ilmunya, tidak professional, maka akibatnya akan rusak. Selama pekerjaan itu baik, selama hal itu rizki yang halal, maka laksanakanlah.

7. Orang yang amanah akan menarik pada rizki. Tapi sebaliknya, orang yang khianat akan menarik pada kefakiran. Orang-orang akan senang jika berurusan dengan orang yang amanah. Tapi, orang-orang tidak akan percaya pada orang yang khianat. Bahkan, sifat khianat itu mengarah pada orang yang munafiq. Jika orang-orang tidak percaya pada kita, maka kehidupan kita akan susah. Orang tidak akan suka bekerjasama dengan kita. Khianat itu merusak. Merusak diri, merusak keluarga, bahkan merusak masa depan. Jika pun seseorang yang khianat itu mendapatkan sesuatu keberuntungan atau kesenangan, maka sifatnya hanya sementara. Dalam Al-Quran Surat Al-Anfal tentang amanah dan khianat itu, yang menegaskan tentang pentingnya orang islam untuk amanah dalam segala hal. Siapa pun harus amanah. Amanah sebagai karyawan, amanah sebagai mahasiswa, amanah sebagai dosen, sebagai pimpinan dan lain-lain. Jadi, sekali lagi, khianat itu berbahaya bagi diri dan keluarganya, bahaya bagi bangsa dan negara. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya; dan jangan khianat pada amanah-amanah kamu sekalian, dalam keadaan engkau mengetahui (bahwa itu amanah). Ketahuilah, bahwa harta dan anak-anak itu sekalian adalah ujian. Sesungguhnya di sisi Allah itu pahala yang sangat mulia”. Orang sering khianat karena faktor keluarga, faktor kedudukan, faktor harta, dll. Dia tidak ridha dengan bagiannya. Dia ingi mendapat banyak dan banyak lagi. Dia sudah mendapatkan banyak harta dan berjumlah miliaran, masih ingin mengganggu orang lain. Jadi, harta harus diperoleh dengan cara yang benar dan dibelanjakan dengan cara yang benar.

8. Orang-orang yang beriman pasti akan beruntung. Perhatikan Surat Al-Mu’minun ayat 1-13, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya; dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna; dan orang yang menunaikan zakat; dan orang yang memelihara kemaluannya; kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”. Jadi, berbahagialan orang-orang yang beriman, yaitu orangyang khusyu’ dalam shalatnya, menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Orang yang berzinah itu akan menghancurkan kehidupan. Dan orang-orang yang memlihara amanah dan janjinya. Inilah bagian atau syarat-syarat dari kesuksesan. Jadi, iika orang-orang tidak menepati janjinya, ia menjadi orang yang merugi.

9. Berbicara tentang amanah itu adalah kongsi dalam perusahaan peternakan yang dijelaskan di atas. Apa saja cara-caranya, nanti akan dijelaskan dalam ayat-ayat berikutnya dari Surat Shad. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang amanah, dan menjauhkkan diri dari sifat-sifat khianat. Mari kita akhir dengan membaca doa kifarat majelis. “Subhanaka allahumma wa bihamdika, asyhadu an(l) la ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaika”. Silakan ditambahi oleh para hadirin yang sempat menyimak langsung ta’lim Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoga bermangfaat. Mohon maaf jika mengganggu.

Salam. Bustanul Arifin

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *