Dia Bukan Pengemis

Dia Bukan Pengemis
banner 400x400

Dia Bukan Pengemis

Suatu malam setelah maghrib, aku mengendarai mobil ke rumah.
Tiba-tiba rasa migren nyeri menyerang kepala hingga aku menepikan mobilku…
Berhenti sejenak menunggu rasa nyeri berkurang, aku berusaha mengalihkan pikiran dengan melihat sekeliling….

Tiba-tiba kaca mobilku diketuk seorang anak. Anak laki-laki kira-kira umur 12 tahun.
“Bu… Ibu mau parkir? Saya bantu untuk parkir mobilnya, bu….” katanya…

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Belum sekarang, saya mau istirahat dulu,” jawabku.

“Kalau gitu, apa Ibu punya uang Rp 2000 ?” tanya anak itu.

Karena aku sedang tidak mau diganggu, aku buru-buru serahin uang itu. Aku pikir anak ini mungkin cuma mau minta uang. Aku amati anak itu.
Dia mendekati tukang gorengan lalu membeli beberapa. Kemudian dia berikan gorengan itu pada sesosok orang tua yang duduk di bawah tiang listrik.
Ketika dia melewati samping mobilku, aku buka kaca & memanggil nya.

 “Eh… dik .. . sini… Itu siapa?” tanyaku.

“Nggak tau bu… bapak-bapak tua… Saya juga baru saja ketemu…” jawabnya…

“Loh, tadi kamu minta uang ke saya buat beli gorengan, kenapa diberikan ke bapak itu ?”

“Oh… Saya tadi duduk di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu bilang dia puasa… Tadi saya lihat buka puasa nya cuma minum…. Katanya uangnya habis.
Hari ini saya nggak jualan koran… Tanggal merah bu.. Jadi tak punya uang.. .
Saya cuma ada 1000, kalau beli gorengan cuma dapat 1 kasihan nggak kenyang. Makanya saya minta ibu 2000. Biar dapat tiga ….. Ibu mau parkir sekarang ? Saya bantuin parkir ya bu… Ibu kan udah bayar. Kalau saya sebenernya bukan tukang parkir,” katanya tertawa sambil garuk garuk pipi nya.

Aku terdiam. Tadi aku pikir anak ini pengemis seperti anak-anak yang biasa mangkal di jalan. Ternyata aku salah …

“Terus uang kamu habis dong, dik ?” tanya ku.

“Iya bu… Ngga apa-apa… Besok bisa jualan koran… Insya Allah ada rejekinya lagi.”

“Kalau gitu ibu ganti ya uangnya dik… Sekalian sisanya buat jajan…” kataku sambil serahin lembaran uang Rp 20.000,-.

“Ngga, ngga usah bu… Jangan… Ibu saya sebenarnya melarang saya minta-minta… Maka saya tawarin ibu parkirin mobil ibu. Soalnya tadi saya kasihan bapak itu aja. Cuma saya bener-bener ngga punya uang,”  katanya lagi…

“Eh… ibu minta maaf ya tadi salah sangka sama kamu… Kirain kamu tukang minta-minta,” kataku merasa bersalah.

“Saya yang minta maaf, bu… Saya jadi minta uang duluan sama ibu.. Padahal saya belum kerja.”

“Sama-sama… Ini ambil uangnya… Ini kamu nggak minta, Ibu yang beri…” kataku.

“Nggak, Bu. Makasih. Ibu mau parkir sekarang ?” tanyanya lagi.

“Ngga… Ibu ngga usah dibantu parkir,” kataku.

“Beneran, Bu ? Soalnya saya mau jemput adik saya ngaji dulu bu… Takut nangis kalau kelamaan telat jemput nya…”

“Udah, sana jemput aja adiknya…” kataku tersenyum.

“Makasih ya, Bu…” kata nya lalu setengah berlari meninggalkan saya yang termangu.
Saya menoleh ke tiang listrik, bapak tua itu sudah pergi. Saya lihat dari spion mobil, anak itu berjalan setengah berlari.

Sahabat, di luar sana banyak orang tidak seberuntung kita, tapi mereka masih memikirkan sesama, masih berusaha bersedekah & sangat yakin akan jaminan rezeki.

Terima kasih nak. Kamu  hari ini telah memberikan pelajaran  yang untukku…. Semoga hidupmu berlimpah rezeki dan berkah, SeMoga Tuhan Memberkatimu nak

Saya starter mobilku dan melaju pelan-pelan menuju rumah.
Aku sedih & menangis, karena belum bisa berbuat banyak untuk sesama….

Salam damai sejahtera

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *