Pengetatan PSBB Anies, Pasar Saham Justru Respons Positif

Ilustrasi IHSG. (Foto: Katadata)

JAKARTA, hajinews.id – Kebijakan pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta tak terbukti membawa dampak buruk bagi pasar. Nyatanya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan awal pekan, Senin (14/9/2020). Indeks ditutup di level 5.161, melambung 145,11 poin atau 2,89%.

Menurut Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin pasar memiliki karakter yang selalu menanggapi berita negatif dengan reaksi yang berlebihan atau overreaction. Hal tersebut bisa disebabkan karena praktik ‘leverage’ atau para investor yang bertransaksi dengan margin yang tinggi sehingga mereka harus segera cutloss ketika market mendapatkan berita buruk.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Aksi jual sejak kickoff awal ini yang kemudian menyebar, lalu diikuti oleh pelaku pasar yang lain. Secara ekonomi ini dijelaskan oleh Keynes sebagai kondisi emosi, ‘animal spirits’, yang dipicu oleh ketakutan atau fear,” kata Ferry di Jakarta, Senin (14/9/2020), dilansir dari cobisnis.

Maka dari itu, Ferry menyarankan agar pelaku pasar melakukan BUY justru di saat pasar jebol. Menurutnya di saat market dicekam rasa takut, saat itulah yang tepat untuk masuk ke market. Ini sesuai dengan prinsip selalu ada peluang dalam tantangan atau ‘tragedy is a blessing in disguise’.

Ferry mencontohkan di Wall Street justru banyak pengelola investasi atau Hedge Fund yang masuk ke market dengan leverage yang sangat tinggi. Karena itu Wall Street selalu berada dalam ketidakseimbangan atau disequilibrium. “Selalu overshooting, baik ke atas maupun ke bawah,” ujarnya.

Ia mengaku optimistis IHSG masih berpeluang ke level 6.000 di akhir tahun ini. Karena mempertimbangkan daily return memiliki distribusi probabilitas yang disebut Chi-Square dengan degree of freedom di atas 10. Artinya the mass of the distribution berada di sebelah kanan mediannya. “Jadi saran saya kepada pelaku pasar BUY dan HOLD,” ujarnya.

Adapun Chief Economist BNI Sekuritas Damhuri Nasution menilai PSBB Jilid II yang semula diperkirakan persis sama dengan PSBB jilid I, ternyata tidak demikian. Dalam hal ini PSBB jilid II cenderung lebih longgar, dimana usaha-usaha yang non-esensial termasuk pusat perbelanjaan boleh tetap buka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. “Dengan demikian dampak ke pertumbuhan ekonomi tidak seburuk yang diperkirakan semula, sehingga pelaku pasar kembali memburu saham-saham yang dinilai prospektif,” kata Damhuri.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mencabut PSBB transisi untuk memberlakukan kembali PSBB total telah membuat IHSG di perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) merosot tajam. Hal tersebut dikatakan Airlangga sehari setelah Anies mengumumkan rencana PSBB ketat pada pekan lalu. (rah)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *