China Dilaporkan Telah Menahan Ratusan Imam di Xinjiang

banner 400x400

Hajinews.id – Pihak berwenang China dilaporkan telah menahan ratusan pemimpin Muslim Uighur atau imam di Daerah Otonomi Xinjiang (XUAR). Penahanan para imam itu telah menciptakan suasana menegangkan. Seorang aktivis yang berbasis di Norwegia yang terkait dengan Jaringan Kota Pengungsi Internasional (International Cities of Refuge Network/ICORN), Abduweli Ayup, menginformasikan, berdasarkan wawancara dengan orang Uighur dari wilayah Xinjiang setidaknya 613 imam ditahan oleh otoritas China. Sementara 1,8 juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya juga ditahan di jaringan kamp interniran di wilayah Xinjiang sejak awal 2017.

Menurut Radio Free Asia, salah satu mantan tahanan yang tinggal di Belanda mengatakan kepada Ayup bahwa di ibukota Xinjiang, Urumqi, orang-orang harus mendaftar dan harus menunggu ketika seseorang meninggal.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Mereka takut mati karena masjid dibongkar, dan para imam ditangkap, dan tidak ada kemungkinan mengadakan pemakaman, untuk mengadakan upacara. Sangat tragis,” kata mantan tahanan lainnya dilansir Republika.

Sementara itu, seorang profesor etnomusikologi di School of Oriental and African Studies di University of London, Rachel Harris, mencatat bahwa para imam (biasanya laki-laki) bukanlah satu-satunya tokoh agama yang menjadi sasaran dalam masyarakat Uyghur. Dia mencatat bahwa pemimpin agama wanita juga sangat penting dalam masyarakat Uyghur. Menurutnya, mereka tidak memimpin di masjid-masjid. Akan tetapi, mereka memiliki peran di dalam rumah, dan mereka melakukan semua jenis peran penting yang sama seperti yang dilakukan oleh imam laki-laki.

“Mereka (pemimpin agama wanita) bekerja dengan para wanita, jadi mereka memimpin pemakaman wanita, mereka mengajari anak-anak membaca Alquran dan sebagainya, dan mereka juga memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, menengahi perselisihan, memberi nasihat, melakukan segala macam ritual,” kata Harris.

Harris selanjutnya mendesak kelompok-kelompok hak asasi Uyghur dan lainnya yang memantau wilayah tersebut untuk memasukkan para pemimpin agama perempuan dalam penyelidikan mereka terkait penahanan massal dan pelanggaran hak lainnya di wilayah tersebut.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar