KEWAJIBAN MENCINTAI AHLUL BAIT

KEWAJIBAN MENCINTAI AHLUL BAIT
KH. Luthfi Bashori
banner 400x400

Oleh: KH. Luthfi Bashori

Hajinews – Allah SWT berfirman:

قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَي

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Artinya: “Katakan Hai (Nabi Muhammad): Aku (Nabi Muhammad SAW) tidak meminta kepada kalian bayaran, kecuali cinta kepada keluarga atau orang-orang dekat-(ku).” (QS Assyura, 23).

Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, bahwa yang dimaksud ayat ini, dulu di zaman Nabi Muhammad SAW berdakwah, ada di kalangan orang-orang Quraisy itu sebagian dari mereka yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan sebagian yang lain masih kafir dan memusuhi Rasulullah SAW.

Tentu di antara orang-orang yang beriman itu masih tetap berinteraksi juga dengan keluarga mereka yang sama-sama dari suku Quraisy.

Maka Nabi Muhammad SAW atas perintah Allah mengatakan kepada mereka: “Wahai Orang-orang Quraisy, aku berdakwah untuk mengangkat martabat kalian, ini bukan untuk minta bayaran uang atau harta, bukan..! tapi paling tidak, jikalau kalian belum menerima dakwahku, maka jangan memusuhiku dan keluargaku, atau jangan pula memusuhi orang-orang yang beriman kepadaku. Karena orang-orang yang beriman kepadaku itu juga banyak dari keluarga kalian sendiri yaitu kalangan suku Quraisy.”

Keterangan tersebut adalah pendapat Imam Ibnu Katsir. Sedangkan menurut pendapat ulama yang lain, ayat ini juga berlaku kepada keluarga Nabi bahkan sampai Dzurriyah Nabi, keturunan Nabi yang sekarang masyhur disebut dengan kalangan habaib atau sayyid atau Syaraif.

Rasulullah SAW itu tidak minta bayaran kepada kita, sebagai umat Islam yang sudah beriman kepada beliau SAW, tetapi beliau hanya meminta, sebagaimana diperintahkan oleh Allah: “Kalian wahai umat Islam, cintailah anak turunku.”

Jadi, kita ini berkewajiban untuk mencintai para habaib atau ahlul bait sebagai Dzuriyah Nabi Muhammad SAW.

Lantas bagaimana kalau ada di antara para habaib itu yang perilakunya kurang baik, misalnya?

Kita tetap cinta kepada mereka tetapi tidak perlu mengikuti perilaku yang tidak baik tersebut.

Seperti juga, jika kita mempunyai ayah, misalnya kebetulan dalam satu sisi sifat ayah kita itu tidak baik, maka kita tetap wajib menghormati beliau, mencintai beliau, tetapi dalam perilaku yang tidak baiknya itu, maka kita tidak boleh mengikutinya atau menirunya. Begitulah kurang lebih.

Sebenarnya, bagi kita sebagai pecinta Nabi Muhammad SAW dan pecinta keluarga beliau itu, tidak terlalu repot… hanya mencintai mereka, dan jangan mencaci-maki mereka.

Kalaupun misalnya di antara mereka ada yang berperilaku tidak tepat, maka perilakunya itulah yang jangan diikuti.

Tapi rasa cinta dan menghormat itu tetap wajib bagi kita kepada keluarga Nabi Muhammad SAW. Seperti itulah yang diperintahkan di dalam syariat Islam.

Misalnya ada seorang Habib tiba-tiba dia keluar dari aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, entah itu masuk Syiah atau ikut aliran liberal, maka jangan sampai karena rasa cinta kita kepada habib tersebut, menyebabkan kita ikut-ikutan menjadi Syiah, atau ikut-ikutan menjadi Liberal. Tentu saja itu langkah yang salah dan bertentangan dengan Syariat.

Lantas bagaimana cara menyikapinya?
Kita tetap menghormati tapi jangan sampai ikut aqidah dan keyakinan sesatnya, juga jangan dekat-dekat kepadanya. Begitulah ringkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *