10 Tahun Pimpin Surabaya, Kini Risma Nakhodai Kemensos

banner 400x400

Jakarta, hajinews.id – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Menteri Sosial (Mensos) yang baru. Risma menggantikan Juliari Batubara yang tersangkut kasus korupsi bantuan sosial (bansos) COVID-19.

Keputusan Jokowi memilih Risma sebagai Mensos dalam reshuffle kabinet kali ini tidak begitu mengejutkan. Pasalnya, sudah dua pekan lebih ini namanya ramai dibicarakan sebagai kandidat kuat Mensos pengganti Juliari.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Yag pertama ibu Tri Rismaharini. Saya kira kita tahu semuanya, beliau wali kota surabaya dan saat ini Bu Tri Rismaharini akan kita berikan tanggung jawab untuk menjadi mensos,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (22/12).

Seperti apa kiprah Risma yang menjadi Mensos ke-32 di RI?

Tri Rismaharini lahir di Kediri, Jawa Timur, 59 tahun silam. Ia merupakan Wali Kota Surabaya perempuan pertama dan menjabat selama dua periode terhitung 2010-2015 dan 2016-2021.

Ia menempuh pendidikan sekolah menengahnya di Surabaya, kemudian mengambil pendidikan S1 jurusan Arsitektur di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan lulus pada 1987. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota di kampus yang sama.

Kiprah Risma mengawali kariernya sebagai sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkot Surabaya sejak tahun 1990-an. Tercatat, ia pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) (1997-2000). Kemudian, berlanjut di Dinas Bangunan Kota (2001-2002), Kepala Cabang Dinas Pertamanan (2002), Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002-2005), dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (2005). Ia ditunjuk sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2005-2008) dan Kepala Bappeko (2008-2010).

Kariernya mulai melonjak saat ia memenangi Pilkada Surabaya 2010 melalui pemilihan langsung, dan saat itu diusung oleh PDIP. Dalam memimpin Kota Surabaya, ia berpasangan dengan Bambang Dwi Hartono, yang posisinya ia gantikan. Ibu dua anak itu langsung menata Kota Surabaya sedemikian rupa menjadi tertata lebih baik dari sebelumnya. Mulai dari taman kota hingga jalur pedestrian ia tata dengan konsep yang lebih modern.

Langkah Risma merombak wajah Kota Surabaya berbuah manis dengan penghargaan Adipura pada 2011-2014 dan 2016. Dilansir kumparan, Kota Surabaya turut menerima Lee Kuan Yew City Prize pada Juli 2018, menjadikannya kota pertama di Indonesia yang memperoleh penghargaan bergengsi dunia tersebut.

Secara individu sebagai wali kota, ia juga pernah dinobatkan sebagai wali kota terbaik ketiga di dunia versi World City Mayors Foundation, dan masuk jajaran 50 tokoh berpengaruh di dunia versi majalah Fortune tahun 2015 bersanding dengan CEO Facebook Mark Zuckerberg, PM India Narendra Modi, dan lainnya. Risma ikut menerima penghargaan anugerah tanda kehormatan Bintang Jasa Utama dari Presiden Jokowi pada 13 Agustus 2015, atas prestasinya sebagai kepala daerah yang mengabdi kepada masyarakat.

Prestasi Risma sebagai Wali Kota Surabaya yang dikenal tegas dan pemberani menarik perhatian banyak pihak dan masyarakat. Ia juga pernah menolak jabatan-jabatan strategis. Apa saja?

Dilansir kumparan, pada 2014, Risma pernah menolak tawaran sebagai menteri di kabinet Jokowi-Jusuf Kalla. Ia beralasan telah berjanji kepada masyarakat Surabaya untuk tetap memimpin Kota Pahlawan tersebut. Tak berhenti di situ, ia juga sempat dilirik Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk maju Pilkada DKI Jakarta 2017, dan lagi-lagi ditolak. Risma memilih melanjutkan tugasnya memimpin Surabaya.

Kini, Risma mengemban tugas baru yang lebih berat dan cakupannya lebih luas, tak sekadar Kota Surabaya saja. Usai resmi ditunjuk sebagai Mensos, ia memiliki tugas tidak mudah, apalagi orang yang menempati posisi tersebut sebelumnya tersangkut kasus bansos bagi masyarakat terdampak pandemi COVID-19. Meski begitu, Risma juga dinilai perlu menahan sifat emosionalnya yang tak jarang diluapkannya. Sebab, sikap emosional Risma yang terlihat saat memimpin Kota Surabaya justru dapat jadi bumerang bagi dirinya sendiri.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 Komentar