Narasi Islam Radikal, Cak Nun-Fadli Zon: Islamopobia

banner 400x400

Hajinews – Fadli Zon sepakat dengan Cak Nun, narasi Islam Radikal yang digaungkan selama ini memecah belah umat dan membuat Islamopobia.

“Narasi Islam Radikal adalah narasi memecah belah n Islamofobia. Setuju Cak Nun,” ujar Fadli, dikutip dari akun twitter pribadinya @fadlizon, pada 25 Desember 2020.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Pendapat anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon ini didasari oleh sebuah tayangan akun youtube YouTube CakNun.com pada tanggal 4 Desember 2019. Dimana Cak Nun membantah dengan tegas tudingan Islam Radikal.

Dalam tayangannya yang menggebu-gebu Cak Nun menyinggung, asal Islam kalian curigai radikal. Tidak ada yang radikal di masyarakat. Bahkan tidak ada yang radikal dalam agama Islam.

“Yang radikal itu pemerintah memaksakan pendapatnya terus menerus, bila saya teruskan saya mau berdebat nasional tentang ini,” serunya, dilansir Jurnalpresisi, (25/12).

Cak Nun bahkan meminta kepada pemerintah dan kepolisian agar tidak mengikuti arus, yaitu arus menjelek-jelekkan Islam.

Selain itu Cak Nun mengatakan, bahwa suatu saat akan ada saatnya ia akan marah, dan tak akan diam.

Perubahan makna radikal.

Merujuk Encyclopedia Britannica, dikutip dari Indonesia.co.id, istilah radikalisme awalnya banyak digunakan dalam kancah perpolitikan; identik dengan ekstremisme politik, baik kiri ataupun kanan. Komunisme di ujung posisi kiri, fasisme di kanan.

Di sepanjang abad ke-19, para aktivis antiperbudakan kerap dijuluki ‘radikal’ oleh lawan-lawan politik mereka. John Brown, seorang kulit putih yang mengangkat senjata untuk membebaskan budak-budak kulit hitam, juga disebut-sebut sebagai ‘teroris pertama Amerika’.

Akan tetapi setelah Perang Dunia ke-2 di Amerika Serikat, sebutan ‘kanan radikal’ tertuju kepada sayap konservatif Partai Republik yang sangat antikiri. Pelbagai gerakan kaum muda yang menolak nilai-nilai sosial dan politik tradisional pun tak luput secara umum dikecam sebagai radikal.

Kemudian pascatragedi 11 September 2001, frasa Perang global melawan terorisme sering digunakan media barat untuk ‘melegitimasi’ tindakan politik militer Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya di beberapa negara Islam. Mulai sejak itulah Dunia Islam menjadi bidikan Barat dalam diskursus bertema ‘’perang global melawan terorisme.’’

Malangnya saat ini makna istilah radikal atau radikalisme praktis jadi memiliki konotasi praktik kekerasan terorisme dan agama tertentu.

Sekarang, apakah Islam radikal sengaja diciptakan dunia barat, lalu diamini oleh pemerintah Indonesia?
Wallohu’alam *Ingeu-dsb

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar