Nasehat Nabi Ibrahim kepada Anak-anaknya: Memastikan Ketunduk-Patuhan kepada Allah

Nasehat Nabi Ibrahim kepada Anak-anaknya
Gambar : ilustrasi
banner 400x400

Oleh: Dr. Mohammad Nasih, Pengajar di FISIP UMJ dan Pascasarjana Ilmu Politik UI, Guru Utama di Rumah Perkaderan MONASH INSTITUTE Semarang, Pengasuh Pesantren dan Sekolah Alam Planet NUFO Rembang. ( Redaksi Ahli Hajinews.id )

HajinewsNabi Ibrahim, walaupun harus menunggu puluhan tahun lamanya, akhirnya memiliki anak. Bahkan jumlahnya belasan. Istrinya tidak hanya Sarah dan Hajar, tetapi juga ada dua istri lainnya yang masing-masing memiliki keturunan.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Istri ketiganya bernama Qantura binti Yaqtan al-Kan’aniyah. Dari istrinya ini, Nabi Ibrahim memiliki enam anak, yaitu: Madyan, Zamran, Siraj, Yaqsyan, Nasq, dan yang keenam tidak diketahui namanya.

Sedangkan istri keempat Nabi Ibrahim bernama Hajun binti Amin. Namun, dalam kitab al-Kamil karya Ibn al-Atsiir disebutkan Hajun binti Ahir. Dari Hajun, Nabi Ibrahim memiliki lima anak, yaitu: Kaisan, Sauraj, Umaim, Luthan, dan Nafis.

Di dalam al-Qur’an, Nabi Ibrahim disebut dengan berbagai macam sebutan, yaitu: hanif, muslim, dan khaliil Allah.

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (Ali Imran: 67).

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (al-Nisa’: 125)

Sebagai seorang yang tidak hanya percaya kepada Allah, tetapi bahkan menjadi kekasihNya, Nabi Ibrahim tentu saja menginginkan agar seluruh keturunannya menjadi orang-orang yang juga berbakti kepada Allah. Karena itu, Nabi Ibrahim tidak hanya mendo’akan mereka dengan do’a-do’a agar mereka menjadi orang-orang yang konsisten mendirikan salat, tetapi juga secara tegas memberikan nasehat kepada mereka. Di antara nasehat Ibrahim yang diabadikan oleh al-Qur’an adalah:

وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (al-Baqarah: 132).

Di antara do’a Nabi Ibrahim untuk anak turunnya adalah:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Ibrahim: 40)

Nasehat Nabi Ibrahim kepada anak-anaknya tidak lain dan tidak bukan adalah agar mereka menjadi orang-orang yang tunduk dan patuh kepada Allah Swt. sebagaimana ia telah melakukannya. Ketunduk-patuhan Nabi Ibrahim bisa dikatakan sudah sampai pada tingkatan yang sangat ekstrem karena ia sampai menyembelih anaknya sendiri yang sudah ditunggu-tunggu selama puluhan tahun. Tunduk dan patuh kepada segala aturan atau ketetapan Allah itulah yang akan mengantarkan kepada keberuntungan, baik di dunia maupun akhirat.

Sikap tunduk dan patuh inilah yang harus dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Iman yang tidak disertai dengan ketundukan secara total kepada Allah sama nilainya dengan tidak beriman sama sekali. Karena itulah, perintah untuk tunduk dan patuh ini berlaku umum bagi orang-orang beriman.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102).

Sumber : kliksantri

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *