Istijrad, Azab Berbungkus Nikmat

Istijrad, Azab Berbungkus Nikmat
ilustrasi : natural (unsplash)
banner 400x400

Hajinews – Saudaraku,
Sebagai makhluk ciptaan Allah Azza wa Jalla manusia tidak mungkin melepaskan diri dengan yang namanya masalah. Entah itu masalah dalam skala kecil maupun besar, baik dalam urusan pekerjaan, rumah tangga, kebutuhan materi, dan tekanan hidup lainnya. Ketika masalah yang satu selesai lalu datang yang lain silih berganti.
Namun, karena sudah menjadi sunnatullah, berbagai persoalan hidup, solusinya sangat tergantung pada ada atau tidaknya rasa syukur kepada Allah Azza wa Jalla pada diri seseorang, bahwa hanya Allah Azza wa Jalla yang memberikan masalah dan juga yang mengangkatnya…

Karenanya, bersyukur tidak hanya dilakukan ketika harapan terkabul, tapi juga dituntut untuk tetap merasa bersyukur dalam keadaan apa pun, menggunakan semua nikmat yang kita terima sesuai keinginan Allah Azza wa Jalla untuk beribadah dan meraih keridhaan-Nya. Sementara tidak adanya rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah Azza wa Jalla, merupakan bentuk dari istidraj yang membuat seseorang semakin jauh dari Allah Azza wa Jalla dan melahirkan keangkuhan, kesombongan dengan nikmat-nikmat yang diterima…

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Saudaraku,
Sakit adalah ujian, cobaan dan takdir Allah Azza wa Jalla. Hendaknya orang yang mengalami sakit memahami bahwa sakit adalah ujian dan cobaan dari Allah Azza wa Jalla dan perlu benar-benar kita tanamkan dalam keyakinan kita yang sedalam-dalamya bahwa ujian dan cobaan berupa hukuman adalah tanda kasih sayang Allah Azza wa Jalla. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ،

فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang ridho (menerimanya) maka Allah akan meridhainya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.”

Dan Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا

وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang hamba, maka Allah menyegerakan siksaan baginya di dunia.”

Saudaraku,
Mari kita renungkan hadits ini, apakah kita tidak ingin Allah Azza ưa, Jalla menghendaki kebaikan kepada kita? Allah Azza wa Jalla menyegerakan hukuman kita di dunia dan Allah Azza wa Jalla tidak menghukum kita lagi di akhirat yang tentunya hukuman di akhirat lebih dahsyat dan berlipat-lipat ganda. Dan perlu kita sadari bahwa hukuman yang Allah Azza wa Jalla turunkan merupakan akibat dosa kita sendiri, salah satu bentuk hukuman tersebut adalah Allah Azza wa Jalla menurunkannya berupa penyakit. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ

وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَْ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ

قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَْ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ

مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Saudaraku,
Semua bentuk ujian merupakan takdir Allah Azza wa Jalla yang wajib diterima dengan keikhlasan dan kesabaran, Alhamdulillah jika mampu diterima dengan ridha bahkan rasa syukur…

Setiap manusia pasti mempunyai ujian masing-masing. Tidak ada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah Azza wa Jalla timpakan sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk menanggungnya, karena Allah Azza wa Jalla tidak membebankan hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya…

Saudaraku,
Orang yang mengalami sakit juga selayaknya semakin bergembira dan bersyukur, karena kesusahan, kesedihan dan rasa sakit karena penyakit yang ia rasakan akan menghapus dosa-dosanya. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ

“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”

Dan Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ،

حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ

“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”

Saudaraku,
Bersyukurlah, bagaimana tidak, hanya karena sakit tertusuk duri saja dosa-dosa kita terhapus. Sakitnya tertusuk duri tidak sebanding dengan sakit karena penyakit yang kita rasakan sekarang…

Saudaraku,
Sudah sepatutnya kita sebagai seorang hamba terus menambah kesyukuran kepada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat-Nya yang tiada tara. Nikmat kehidupan ini, nikmat kesehatan, nikmat harta, keluarga atau segudang nikmat kesenangan hidup yang telah Allah Azza wa Jalla anugerahkan kepada kita. Karena kalau tidak‎, itulah kita sudah terkena penyakit Istidraj, yaitu nikmat yang menjauhkan kita dari Allah Azza wa Jalla. Istidraj itu hakikatnya lupa pada nikmat Allah Azza wa Jalla, nikmat menjadikan seseorang menjadi sombong, lalai dalam ketaatan beribadah, kerap berbuat dosa dan gemar bermaksiat…

Dengan segala nikmat yang terus diterima, apa yang dilarang ‎Allah Azza wa Jalla justru itu yang‎ dikerjakan dan yang disuruh Allah Azza wa Jalla justru itu yang sering ditinggalkan. Jika demikian adanya, maka nikmat itu akan menjadi Istidraj yaitu azab Allah Azza wa Jalla yang ditangguhkan sampai tiba saatnya nanti akan dibalas Allah Azza wa Jalla, baik ketika masih berada di dunia lebih-lebih di akhirat kelak. Hal ini sesuai dengan penegasan Alquran dalam Surat Ali-Imran ayat 178 yang artinya,

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.”

Mungkin dari kita banyak yang bertanya ‘padahal dia adalah seorang yang banyak dosa, gemar bermaksiat, malas ibadah dan ingkar pada Allah Azza wa Jalla, tetapi kok bisa ya kaya dan sukses terus? Jangan heran dulu, karena mungkin saja semua karunia yang ia terima adalah ‘Istidraj’ dari Allah Azza wa Jalla. Meskipun derajatnya terus naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya semakin terpadang di mata manusia, itu adalah Istidraj dari Allah Azza wa Jalla kepada hamba sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung. ‎Allah Azza wa Jalla membiarkan orang ini dan tidak disegerakan azabnya. Sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al-An’am ayat 44 yang artinya,

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”

Maka berhati-hatilah kita. Apabila kita melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah Azza wa Jalla…

Sederhananya, jika melihat orang yang secara agama ibadahnya buruk, sementara maksiat kepada Allah Azza wa Jalla dan manusia jalan terus, lalu rezekinya Allah Azza wa Jalla berikan sangat melimpah, kesenangan hidup begitu mudah ia dapatkan, tidak pernah sakit dan jarang tertimpa musibah, panjang umur, bahkan Allah Azza wa Jalla memberikan kekuatan pada fisiknya. Maka, waspadalah sebab bisa jadi itu adalah istidraj baginya dan bukan kemuliaan…

Saudaraku,
Ada beberapa ciri seseorang telah tertimpa istidraj, yaitu antara lain ibadahnya semakin lama semakin menurun, tapi nikmat terus bertambah. Semakin sedikit ibadah tapi malah semakin tambah merasakan nikmat karunia-Nya…

‎Saudaraku,
Berhati-hatilah ketika kita melakukan kemaksiatan tapi kesuksesan hidup justru semakin melimpah. Ali Bin Abi Thalib ra berkata,

“Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepada-Nya.”

Saudaraku,
Berhati-hatilah ketika kita semakin banyak dan melimpah hartanya tapi semakin kikir. Sangat sulit bersedekah dan berinfak di jalan Allah Azza wa Jalla, tapi kalau untuk kepentingan kesenangan duniawi, sangat mudah mengeluarkan harta termasuk untuk mempertahankan kekuasaannya.‎ Ia mengira harta yang ditumpuknya akan mengokohkan posisi dan kekuasaannya…

Saudaraku,
‎Demikian halnya jika kita jarang mengalami sakit. Imam Syafi’i berkata,

“Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit, lihatlah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.”

Meskipun mengalami sakit, jika kita menerimanya dengan ikhlas, bisa menjadi penggugur dosa dan sering-sering ingat kepada Allah Azza wa Jalla untuk minta kesembuhan…

Saudaraku,
Agar terhindar dari Istidraj,‎ maka gunakan nikmat sesuai keinginan Allah Azza wa Jalla sebagai tanda syukur. Gunakan harta yang sesuai yang disukai Allah Azza wa Jalla, dengan infak di jalan-Nya. Hendaklah kita takut jika selalu mendapat nikmat Allah Azza wa Jalla, sementara kita tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya. Jangan sampai ‎nikmat menjadi tabungan dosa…

Yang harus kita ingat adalah kita bisa berbuat apa saja sekehendak kita, apakah itu baik dan jahat, syukur atau ingkar, maksiat atau taat, tapi ingatlah semuanya itu akan diberikan balasan oleh Allah Azza wa Jalla dengan ganjaran yang setimpal…

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa ikhlas dan bersyukur atas segala nikmat karunia-Nya, terhindar dari istijrad untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

Wallahua’lam bishawab

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *