MERAKIT

MERAKIT
Drs.H.Ahmad Zacky Siradj

Oleh : Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/Ketua Umum IKALUIN/Ketua Umum PBHMI 1981-1983.

Hajinews – Apakah adik masih menjalin hubungan dengannya, sepertinya tidak kelihatan ngobrol dan jalan bersama, kenapa emangnya kak, ya sekedar nanya dan ingin tahu saja. Memang kak, secara batin masih sulit melupakan, karena kami berdua telah merakit hubungan hingga terjalin cinta dan kasih sayang. Tapi sudah hampir tiga bulan ini, hubungan kami semakin merenggang, orang tuanya keberatan dan tidak mau punya mantu seperti aku ini. Ia juga pernah mengatakan kepadaku, mungkin kita bukan jodoh, aku diam saja, perasaanku ingin marah, tapi kupendam dalam-dalam, hanya air mata yang terus membasahi pipi, walaupun ia mencoba untuk menyeka dengan saputangnya, tapi ku menolaknya, anehnya aku tegar dan aku katakan padanya, sudahlah kita buka lembar baru merakit persahabatan diantara kita, sudah itu bersalaman dan selama perjalanan kerumah perasaan tak menentu antara sadar dan tidak sadar…

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Merakit persaudaraan

kemanusiaan bisa juga terjalin melalui hubungan kerja, hubungan pertemanan juga hubungan dalam suatu organisasi, baik organisasi politik maupun organisasi kemasyarakatan. Sehingga merakit hubungan diantara sesama telah menjadi bagian dari hidup kita keseharian, telah menjadi keniscayaan, telah menjadi kebutuhan, ibarat bambu yang satu dengan lainnya, lalu diikat kuat hingga menjadi rakit. Merakit akan mencairkan kekakuan yang terjerat oleh sistim hubungan yang formalistik, seperti yang terjadi atau dialami pada organisasi-organisasi dengan pembagian tugas yang kaku termasuk pada organisasi pemerintahan, sehingga ada ungkapan -sangat birokratis- atau -sangat sulit prosedurnya berbelit-belit- ungkapan seperti ini semestinya tidaklah muncul, karena pemerintah itu tugasnya melayani rakyat, sementara melayani itu dilandasi dengan semangat kemanusiaan, bukan seperti proses mekanik seperti dipabrik, tapi penuh persaudaraan kemanusiaan, dengan kata lain bagaimana menyederhanakan rantai pelayanan tanpa mendobrak aturan-aturan yang diberlakukan…

Merakit kemanusiaan

juga bisa berakar kuat karena manusia adalah makhluk sosial’ sehingga kepribadiannya dapat muncul mencuat kukuh kuat berintegritas tinggi ditengah relasi kehidupan sosialnya. Sehingga sering dikatakan bahwa manusia -sebagai makhluk sosial itu- yang kodrat kehadirannya terakit dan tak terlepas kaitannya dengan dan dari alam kesekitaran. Bahkan hubungan dengan kesekitarannya itu dapat menjadi ukuran bagi seseorang, hingga pada tahap mana derajat seseorang itu dalam realitas kehidupan sosialnya.

Sebagaimana kita mengenal dilingkungan kita berada, ada sosok orang biasa, rekam jejaknyapun tiada yang istimewa, tapi setiap penggede datang kedaerahnya, menyempatkan dirinya ketemu dengannya, lalu masyarakat sekitar merasa heran dan aneh, karena ia bukan siapa-siapa, bukan seorang guru, dokter, peramal, ulama, atau memiliki keahlian tertentu, begitu pula cara ia berpakaian sangat sederhana, sebagaimana rata-rata penduduk disekitar kampungnya. Bilapun ada yang dianggap lebih darinya adalah dalam tutur bahasanya, selidik punya selidik, ternyata orang ini selalu punya inisiatif untuk merakit hubungan dengan para elite bangsa, para pejabat, para cendekiawan unggul, para ulama masyhur, walaupun cara merakit hubungannya itu dengan mengucapkan selamat ulang tahun melalui kartu pos. Dengan merakit hubungan seperti inilah nampaknya kemudian masyarakat merasa kagum dan menghormati, akhirnya dimasyarakat ia naik pangkat memiliki harkat dan martabatnya tersendiri, disegani dan dihormati. Padahal ia juga tidak ada niat untuk memperoleh hal-hal serupa itu, ia sama sekali tidak berharap kedatangan para penggede kerumahnya, apa yang dilakukannya itu hanya untuk merakit silaturahmi.

Dalam merakit hubungan kemanusiaan memang dibutuhkan sikap yang inklusif, kesediaan untuk membuka diri dan bekerja sama secara gotong royong, ringan sama dijinjing berat sama dipikul, selain merentang jalinan kasih sayang diantara sesama. Sering keragaman yang sesungguhnya kita rawat secara bersama terganggu oleh sikap eksklusif dengan berbagai latar pada institusi-institusi publik, sehingga menimbulkan persaingan yang kurang atau tidak sehat. Pola rekruitmen yang seharusnya berdasarkan golongan pangkat dan keahlian sebagaimana lazimnya yang berlaku, terkalahkan oleh hubungan kekerabatan sehingga aturan main seperti aturan untuk mobilitas karir tercampakkan adanya. Inilah yang kemudian mengakibatkan kohesi sosial menjadi terganggu, menimbulkan keresahan, mengakibatkan hubungan kerja yang tidak harmonis. Semula  diharapkan menjadi modal sosial, malah berubah menjadi beban sosial bahkan menjadi persoalan yang akut bagi negara bangsa, yang efeknya pelayanan pada masyarakat menjadi tidak efektif, tidak proporsional, kurang profesional, pelayanan negara menjadi buruk, sehingga sangat dimungkinkan tumbuh suburnya kolusi dan korupsi, apa lagi berharap dapat terciptanya negara yang baik dan bersih (clean and good governant).

Sesungguhnya merakit hubungan kemanusiaan itu memiliki kekuatan yang dahsyat, lebih-lebih bagi masyarakat yang beragam, karena disitulah juga sejatinya kesatuan dan persatuan bangsa dapat dibangun. Sebab bila kemudian terjadi hubungan itu terputus, seperti terputusnya kabel listrik dimalam hari tentu terjadi kegelapan, terputusnya hubungan cinta kasih, terputusnya keluarga, putus hubungan kerja, putus hubungan pertemanan, putus harapan, boleh dikata tentu membawa derita hidup yang mungkin saja membawa akibat yang fatal, hidup menjadi tidak keruan, kehilangan arah haluan…

Disinilah kiranya merakit hubungan menjadi essensial bagi kehidupan manusia. Dan bagi orang yang beriman merakit hubungan ini sangat menentukan keshalehan, termasuk keshalehan sosial dalam arti yang se-luas-luasnya, karena merupakan panggilan dari kesucian dirinya (fitrah) yang cenderung membela dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.

Yaitu merakit hubungan dengan tuhan, segala perintahnya dilaksanakan dan segala yang dilarangnya dijauhi, menebar kebajikan kepada sesama dan alam sekitar, sehingga kehadiran memercikan mafaat bagi kehidupan. Karena itu dalam perspektif keimanan merakit hubungan itu mesti berkeseimbangan karena satu dengan yang lainnya saling memperkuat, saling memberi makna dan dapat menyelamatkan manusia dimanapun berada, disini didunia ini dan dikeabadian nanti. Yaitu merakit hubungan dengan tuhan, segala perintahnya dilaksanakan dan segala yang dilarangnya dijauhi, menebar kebajikan kepada sesama dan alam sekitar, sehingga kehadiran memercikan mafaat bagi kehidupan (dhuribat ‘alaihimudz dzillatu aynama tsukifu illa bihablim minallah wa hablim minannas). Wa Allahu a’lam (azs, 1712021).

Ctt. Tulisan perbaikan…

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *