Ini Jihad Paling Afdhal, Begini Menurut Sjafruddin Prawiranegara

Ini Jihad Paling Afdhal, Begini Menurut Sjafruddin Prawiranegara...
Sjafruddin Prawiranegara

Hajinewssyafruddin Prawiranegara adalah Presiden ke-2 RI, Mantan Gubernur Bank Indonesia, tokoh besar Masyumi, dan da’i Dewan Da’wah.

Dalam sebuah bukunya yang berjudul, ‘Aspirasi Islam dan penyalurannya’, Sjafruddin Prawiranegara mengatakan pemisahan politik dan agama merupakan suatu operasi yang artifisial, dibikin-bikin. Sifatnya bukan ilmiah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, tetapi politis, yaitu untuk melemahkan (melumpuhkan) kekuatan politis umat Islam.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Padahal, kata beliau, justru umat Islamlah, yang selalu berusaha untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara. Tanpa saham umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan, tak mungkin Indonesia dapat memperoleh dan memelihara kemerdekaannya.

Pak Sjaf, demikian sapaan beliau, sudah membaca gelagat ideologi sekularisme tersebut. Arahnya jelas, supaya semua kursi kekuasaan di kuasai oleh kaum sekular, non Muslim, liberal, kapitalis dan sejenisnya. Sedangkan umat Islam, ulama, da’i, dianjurkan untuk mengurusi agama saja, tanpa ikut campur dalam urusan kenegaraan.

“Apakah ada alasan yang masuk akal untuk memisahkan politik dan islam? Dan apakah akibatnya kalau hal itu terjadi, baik buat agama dan umat Islam sendiri, maupun buat bangsa dan Negara Indonesia? Pemisahan politik dari agama itu jelas adalah imitasi (yang keliru) dari keadaan di dunia Barat, dimana terdapat pemisahan antara geraja dan Negara. (scheiding van kerk en staat; separation of church and state).” Ujarnya.

Di Bidang Sosial Atau Politik; Jalankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar!

Dalam Islam tidak mengenal ajaran pemisahan antara agama dan Negara. Yang dibolehkan adalah, setiap individu dipersilakan untuk berperan di bidangnya masing-masing. Apakah dia ingin berkecimpung di bidang politik, sosial, pendidikan, dan lainnya. Namun yang penting, menurut Pak Sjafruddin, bagi seorang Muslim, di mana pun dia berada, wajib menjalankan perintah Allah, amar ma’ruf nahi munkar. Jika menjalankan perintah ini, maka umat Islam menjadi umat yang terbaik yang pernah dilahirkan di tengah-tengah umat manusia, sebagaimana firman Allah:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Pak Sjafruddin menjelaskan perintah ini berlaku buat setiap Muslim yang beriman dan cinta kepada Allah dan RasulNya. Dan perintah ini tidak hanya ditujukan kepada kaum Muslim secara umum, tapi juga dialamatkan kepada kepada pejabat-pejabat Negara, termasuk pemimpin-pemimpin pemerintah sendiri yang menyeleweng dari tugasnya, menyeleweng dari hukum.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Jihad apa yang paling afdhal (sempurna)? Jawab beliau: menyampaikan kata kebenaran kepada penguasa yang dzalim.” (al-hadits)

Menyampaikan kritik atau nasehat kepada penguasa yang kekuasaanya bersifat mutlak seperti Sultan zaman dahulu, memang mengandung resiko yang besar sekali bagi yang berani menyampaikan kritik itu.

Ini dapat kita saksikan bukan saja dalam sejarah dahulu, tetapi juga dalam sejarah sekarang, khususnya dalam Negara-negara komunis dan Negara totaliter lainnya.

Jangan coba-coba mengritik pemerintah secara terbuka.

Sebentar saja orang yang berani mengritik itu dibuang atau dimasukkan ke dalam penjara. Oleh karena itu, menyampaikan nasehat kepada penguasa yang dzalim dinamakan Nabi “jihad yang paling afdhal”.

Sumber : Eramuslim

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *