Faiz, Mahasiswa Yang Ingin Mati Syahid

Faiz, Mahasiswa Yang Ingin Mati Syahid
Faiz Ahmad Syukur
banner 400x400

Oleh Abdullah Hehamahua

Hajinews –  “Ya Allah, di tempat yang Nabi-Mu biasa salat ini, aku memohon kepada-Mu agar diriku dan anak-anakku mati sebagai seorang syahid  dan syahidah. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.” Itulah antara lain doa pak Syuhada di Raudah, Masjid Nabawi, Madinah, tahun 2018.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Salat Versi Virus China

Lelaki itu menyalami saya. Kutarik segera tanganku agar tidak dicium. Apalagi dalam semaraknya virus China. Saya lupa-lupa ingat wajahnya. “Saya ayah almarhum Faiz,” katanya mengenalkan diri. Pertemuan dengannya di tempat wudu’, masjid As’saadah, bilangan Jagakarsa itu adalah peristiwa kedua. Pertemuan pertama ketika Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (LP3) enam warga sipil, melakukan jumpa pers.

Syuhada, ayah almarhum Faiz, dalam konperensi pers itu, mewakili keluarga enam korban pembunuhan polisi, menyampaikan sambutan. Syuhada sangat bersemangat. “Silahkan tanya ke kampusnya atau kawan-kawan di tempat tinggal, apakah anak kami tersebut berkelakuan buruk. Apakah dia pengguna narkoba, teroris, pencopet atau tukang berantam,?” antara lain luapan perasaan Syuhada. Bahkan, mas Amin Rais sampai bertepuk tangan sewaktu Syuhada mengakhiri sambutannya. Hadirin di salah satu rungan hotel Atlit Senayan, 18 Januari 2021 itu pun bertepuk tangan. Mereka mengikuti mas Amin Rais yang duduk di sebelah saya. Maklum, Prof. Dr. Amin Rais, salah seorang Penasihat LP3.

Salat maghrib berjamaah di masjid As’saadah itu, cukup ramai. Setidaknya separuh masjid, terisi jamaah. “Luruskan dan rapatkan shaf,” perintah imam. Saya terperanjat. Sebab, selama virus China merajalela, terjadi perubahan SOP salat berjamaah. Di sebagian besar masjid, khususnya di Jabodetabek, Imam, sebelum bertakbir mengatakan, “luruskan shaf dan jarangkan.” Ada Imam yang berimprovisasi dengan mengatakan, “luruskan shaf dan sesuaikan.”  Hahaha, kelakar juga imamnya. Mungkin Imam ini tahu SOP salat berjamaah Nabi Muhammad, tetapi tidak berani melawan ketentuan Penguasa. Maklum, musim PHK karena pandemi virus China, sebagian kiyai, ulama, ustadz, dan akademisi menyesuaikan diri dengan kebijakan penguasa. Apalagi, Menteri Kesehatannya nonmuslim. Wajar jika beliau tidak memahami SOP Nabi Muhammad mengenai salat berjamaah. Aplikasinya, masjid-masjid diperintahkan untuk salat dengan berjarak setidaknya semeter. Namun, di masjid As’saadah ini, imam betul-betul mengikuti SOP Nabi Muhammad. In shaa Allah, salatku diterima Allah, batinku. Sebab, kata Nabi Muhammad, ‘shollu kama roaitumuni usholli’ (salatlah kalian sebagaimana kalian melihatku salat: HR Al Baihaqi).

Kami menuju rumah orang tua almarhum Faiz setelah selesai salat maghrib berjamaah. Rumah orang tua Faiz, tak jauh beda dengan kondisi keluarga almarhum Khadafi dan Ahmad Sofyan. Rumah berada di gang sempit. Mobil diparkir di tempat yang agak jauh. Kami berlima berjalan sejauh dua ratus meter, memasuki gang yang tidak bisa dilalui mobil. Rumahnya seluas 4 x 15 meter, lebih panjang dari milik orang tua Khadavi dan Ahmad Sofiyan. Namun, ruang tamu Faiz, lebih kecil dari yang dipunyai Khadafi. Saya perkirakan, 2,5 x 4 meter. Tidak nampak satu pun perabot. Rumah itu milik neneknya Faiz. Namanya Sofia, kini berusia 86 tahun. Ada empat kamar kecil, dihuni tujuh orang. Di samping rumah, tempat pengajian sedang direnovasi. Ukurannya sekitar 4 x 15 meter. Isteri Syuhada, Rosidah ternyata seorang mubalighoh, aktif mengordinasi pengajian kaum ibu, hampir setiap hari. Wajar kalau Faiz sangat islami sekaligus pancasilais dalam kehidupan sehari-hari.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *