Faiz, Mahasiswa Yang Ingin Mati Syahid

Faiz, Mahasiswa Yang Ingin Mati Syahid
Faiz Ahmad Syukur
banner 400x400

Faiz Ingin Mati Syahid

Faiz, salah seorang anggota laskar FPI yang turut mengawal HRS dalam perjalanan ke Cikarang, 7 Desember 2020. Nama lengkapnya, Faiz Ahmad Syukur, 22 tahun. Beliau anak sulung dari pasangan Syuhada dan Rosidah. Faiz memiliki dua adik: Bojas Bakumusal (20), tamatan SMA dan Firdaus Jibar Inmasa (17) masih duduk di bangku SMA.

Faiz sudah semester 5 di salah satu universitas. Faiz mengambil jurusan IT, bidang yang penomenal sejagat, belakangan ini. Faiz, generasi milineal yang mandiri. Bahkan, ayahnya biasa ‘jengkel’ karena apa pun masalah yang dihadapi, Faiz mengatasi sendiri. Namun, beliau tidak seperti relawan capres yang menyalah-gunakan dana modul belajar secara online. Faiz, sehari-hari jual beli logam mulia (satu gram), produk Antam. Penghasilannya digunakan untuk membiayai kuliah dan membantu adik-adiknya. Faiz juga biasa membantu ibunya dari hasil usahanya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Faiz, pada waktu senggang, melatih anak-anak belajar memanah, tanpa dibayar. Faiz mengamalkan salah satu hadis Nabi Muhammad yang menganjurkan orang tua agar mengajar anak lelaki mereka berkuda, memanah, dan berenang. Namun, ke adik bungsu, Faiz mengatakan, ingin memeroleh ridha Allah SWT dengan pekerjaan yang mapan. Ke ibunya, Faiz mengatakan, ingin menyekolahkan kedua adiknya. Syuhada mengatakan, Faiz ingin menjadi ‘digital graphic designer.’  Namun, kawan-kawannya mengatakan, Faiz biasa minta didoakan agar mati syahid.

Sabtu, 5 Desember, Faiz meminta ibunya menyediakan seragam laskarnya untuk berangkat ke Petamburan. “Doain ya ma,” itulah kata-kata terakhir yang didengar ibunya. Faktanya, Faiz benar-benar memeroleh pahala syahid. Hal itu terjadi dalam peristiwa pembunuhan enam warga sipil oleh aparat negara yang diwakili polisi di KM50, tol Jakarta – Cikarang, 7 Desember 2020, dinihari. Peristiwa ini menunjukkan, salah satu doa ayahnya di Raudah, masjid Nabawi, lebih dua tahun lalu, terkabul.

Syuhada, sewaktu menyaksikan jenazah anaknya dimandikan, nampak ada empat luka bekas tembakan. Dua peluru di area jantung. Leher sampai pusar, ada jahitan, bekas operasi. Padahal, semua keluarga korban, termasuk Syuhada tidak mengijinkan dilakukan autopsi. Polisi dan petugas rumah sakit tidak menjelaskan, apakah dibelahnya jenazah dari leher sampai pusar adalah autopsi atau proyek bisnis. Maklum, masyarakat sering melihat video yang menunjukkan pengambilan organ penting dari jenazah untuk diperjual-belikan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *