Kisah Perjuangan Nafisah, Ibu Yang Menjadikan 10 Anaknya Dokter

banner 400x400

Hajinews.id – Seorang ibu memiliki tanggung jawab untuk merawat dan mendidik anak-anaknya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban anak untuk patuh dan sayang kepada ibu.

Melalui unggahan channel Youtube TRANS7 OFFICIAL dan dilansir suara merdeka, terdapat kisah inspiratif dari seorang ibu bernama Nafisah. Nafisah memiliki 12 orang anak, dan 10 anaknya menjadi seorang dokter.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Nafisah diketahui merupakan single parent atau janda. Ia membesarkan 12 orang anaknya seorang diri sejak sang suami meninggal di tahun 1996.

“Saya tidak mengarahkan anak untuk nantinya harus menjadi sesuatu, karena masa depan adalah mereka yang menjalaninya. Mereka lah yang memilih sendiri. Kalau kita paksakan, malah tidak bagus,” kata Nafisah Ahmad saat ditanya bagaimana cara ia mendidik anak-anaknya hingga banyak yang menjadi dokter.

Dalam hal membesarkan anak, Nafisah adalah sosok panutan yang luar biasa. Betapa tidak, Di antara kedua belas anaknya, sepuluh di antaranya menjadi dokter. Mereka antara lain

  1. dr. Idrus Alwi, Sp.PD., KKV, FECS, FACC. spesialisasi di bidang kardiovaskular,
  2. drg. Farida Alwi menekuni bidang spesialisasi gigi,
  3. dr. Shahabiyah MMR menjadi Direktur RSU Islam Harapan Anda di Tegal,
  4. dr Muhammad Syafiq SpPD spesialisasi penyakit dalam,
  5. dr Suraiyah SpA membidangi spesialisasi anak,
  6. dr Nouval Shahab SpU spesialisasi Urologi,
  7. dr Isa An Nagib SpOT membidangi Ortopedi sekaligus Direktur Utama RS Siaga, Jakarta.
  8. Sedangkan dr. Fatinah adalah dokter umum yang menjabat wakil direktur RS Ibu Anak Permata Hati Balikpapan,
  9. dr. Zen Firhan adalah dokter umum di Balai Pengobatan Depok Medical Service dan Sawangan Medical Center,
  10.  dr. Nur Dalilah dokter umum di RS Permata Cibubur.

Sementara dua anak lainnya, Durah Kamila (anak keempat) menjadi fashion desainer, dan Zainab (anak kedelapan) bekerja di Pemerintah Daerah Kodya Depok. Dulunya, Zainab sempat juga ingin masuk kedokteran, namun karena ia sempat sakit, maka ia pun gagal masuk kedokteran dan beralih ke teknik kimia.

Yang menjadi unik dan luar biasa, Nafisah dan suaminya sama sekali tak berasal dari kalangan keluarga dokter. Nafisah hanya lulusan SMA, dan suaminya seorang sarjana ekonomi. Mereka menggantungkan nafkahnya dengan berdagang batik yang juga membuka toko di Kota Palembang. Oleh karena itu, benar-benar sebuah perjuangan yang luar biasa dalam mengantarkan anak-anaknya hingga meraih cita-cita menjadi dokter. Berbagai tempaan hidup menghampiri, namun justru membuat Nafisah menjadi sosok yang kuat.

Cobaan yang dirasakan paling berat adalah ketika sang suami, Alwi Idrus Shahab, meninggal pada tahun 1996 silam. Saat itu, sudah ada empat anaknya yang ada di Jakarta dan sudah menikah. Sisanya masih sekolah.

Kendati demikian, Nafisah berusaha bertahan dengan meneruskan usaha suaminya. Ia tak gentar, meski sebelumnya ia hanyalah ibu rumah tangga yang tinggal di rumah.

“Sewaktu masih ada Bapak, Beliau sering cerita tentang pekerjaannya, dan saya pun sering ikut ke tanah abang untuk membeli barang. Jadi Alhamdulillah saya sudah memiliki bekal dan pengetahuan bisnis dari beliau,” katanya.

Ia pun tak gentar meski pada saat itu, di sekitar lingkungannya masih belum mahfum jika perempuan harus bekerja. “Tapi saya tidak peduli, tidak menggubris omongan orang. Yang saya pikirkan dan usahakan adalah bagaimana meneruskan bisnis suami dan membesarkan anak-anak saya,” kisahnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *