Perjalanan Spiritual Syafruddin Prawiranegara

Perjalanan Spiritual Syafruddin Prawiranegara
Syafruddin Prawiranegara

Mengkritisi Komunisme

Seiring meningkatnya pemahaman Syafruddin akan agama Islam, mulai muncul kritisisme nya terhadap komunisme yang pernah digelutinya.

Dan kalau kita menamakan Marxisme itu agama, maka ia adalah agama kebencian. Perasaan benci dan dendam terhadap segala orang yang dianggap kaya adalah yang mendorong kelahirannya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Lebih lanjut Syafruddin menyatakan :

.. Komunisme meletakkan titik berat pada pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, tetapi kurang memberikan perasaan persatuan yang juga ada dalam masyarakat.

Masih menurut Syafruddin pandangan ini sebenarnya dapat dilacak dari kondisi psikologis pendirinya yaitu Karl Max.

Tetapi sebagai agama, sebenarnya Marxisme Komunisme itu bukanlah baru, melainkan kelahiran kembali jiwa Yahudi. Marx sendiri seorang Yahudi, bahkan berasal dari keluarga rabbi (pendeta). Ia lahir dan hidup dalam suasana dan semangat yahudi ortodhox. Kalau diperhatikan, gaya karangan-karangannya terpengaruh oleh gaya Talmud. Suara yang mengguntur dan menggeledek, maut dan kemusnahan yang diancamkan kepada kaum kapitalis jahanam, kebahagiaan yang dijanjikan pasti akan menjadi milik kekal dan abadi bagi kaum proletar.

Dan ketika di Sumatera Barat menjadi presiden PDRI, berdasarkan atas ingatan dari buku-buku Islam yang pernah dibacanya dan hasil diskusinya dengan para ulama Minang dan Aceh, Syafruddin menulis sebuah buku yang berjudul Islam dalam Pergolakan Dunia. Dalam buku tersebut diakuinya bahwa pada waktu itu umat Islam dalam keadaan lemah sehingga tidak masuk hitungan dalam pergolakan dunia. Akan tetapi berdasarkan watak yang ada di dalamnya Islam sebagai kekuatan rohani mempunyai sifat universal yang meliputi dan dapat mempengaruhi paham dan pikiran seluruh umat manusia. Sehingga pada akhirnya nanti, Islamlah yang akan menentukan jalannya sejarah.

… bukan komunisme yang akan menang, bukan juga kapitalisme, tetapi dalam pergolakan paham dan ideologi di masa sekarang ini, akhirnya Islamlah yang akan tampil ke muka dan bertindak sebagai juru pisah, juga sebagai ototritas rohani tertinggi, yang akan memimpin umat manusia ke arah kebahagiaan yang kekal.

Keyakinan Syafruddin akan kemenangan Islam ini didasari pada tiga hal, yaitu pertama, karena ajaran dan sifat-sifat Islam, kedua dari pengalaman sejarah Islam itu sendiri dan ketiga sebagai seorang muslim ia yakin akan sabda Tuhan bahwa Islam adalah agama terakhir yang diturunkan-Nya.

….meskipun negara-negara Islam telah menyerah kepada negara-negara Barat, semangat Islam tidak mati, masih tetap hidup. Dan dalam dunia yang telah menjadi gila karena semboyan-semboyannya yang muluk-muluk, fanatik karena cita-cita yang tidak dapat diwujudkan, maka semangat Islam lah yang dapat menegakkan perdamaian kembali di antara bangsa-bangsa di dunia ini.

Oleh karena itu, menilai sosok Syafruddin Prawiranegara, terhenti hanya sampai pada awal era demokrasi kepartaian tentu tidak tepat. Sebab itu hanyalah sebuah checkpoint dalam kehidupan seorang Syafruddin Prawiranegara yang terus berlanjut. Keseriusan intelektualisme Islam Pak Syafruddin terlihat dari karyanya tentang ekonomi Islam, yang dibahasakan oleh Dawam Raharjo sebagai mendayung diantara dua karang. Dan sepertinya, gagasan dan pemikiran pak Syaf ini masih relevan untuk dipelajari anak-anak muda Islam era kini. Sebab saya yakin, masih banyak mutiara yang terpendam di dalamnya.

Disarikan dari buku karya Ajip Rosyidi, Biografi Syafruddin Prawiranegara, Lebih Takut Pada Allah SWT, Penerbit Pustaka Jaya, Jakarta, 2011.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *