Kejeniusan Fibonacci ini bukan sekadar kreativitasnya sebagai seorang matematikawan, tapi juga ketekunan untuk memahami ilmu dari kalangan ilmuwan Muslim selama berabad-abad: rumus penghitungannya, sistem penempatan desimalnya, dan aljabar mereka.
Kenyataannya, gagasan sistem Liber Abbaci sebagian besar berdasarkan pada algoritma Al-Khwarizmi dari abad ke-9 .
Untuk pertama kalinya, risalah revolusionernya menyajikan sebuah cara yang sistematik untuk memecahkan persamaan kuadrat.
Oleh karena temuannya ini, Al-Khawarizmi sering disebut sebagai bapak aljabar – sebuah kata yang banyak memberikan manfaat – yang berasal dari kata Arab “al-jabr”, yang artinya “memulihkan bagian yang rusak”.
Pada 821 ia diangkat menjadi seorang astronom dan kepala pustakawan Rumah Kebijaksanaan.
Risalah Al-Kwarizmi memperkenalkan sistem bilangan desimal di dunia Muslim,” jelas Al-Khalili.
“Yang lainnya, seperti Leonardo da Pisa, membantu menyebarkannya ke seluruh Eropa.”
Dengan demikian, pengaruh Fibonacci dalam transformasi matematika modern sebagian besar merupakan warisan dari Al-Khwarizmi.
Jadi dua orang yang terpisah selama hampir empat abad dihubungkan oleh perpustakaan kuno ini: ahli matematika yang paling tersohor di Abad Pertengahan ini berdiri di atas pemikiran Al-Khwarizmi, yang terobosannya dirumuskan di sebuah institusi yang menjadi simbol zaman keemasan Islam.
Mungkin karena sedikit yang diketahui tentang Rumah Kebijaksanaan, para sejarawan sesekali tergoda untuk membesar-besarkan ruang lingkup dan tujuan dari akademi ini.
Mereka memberikan sebuah status mistis yang sedikit banyak bertentangan dengan catatan sejarah yang tersisa bagi kita.
“Sejumlah orang berpendapat bahwa Rumah Kebijaksanaan tidak sehebat seperti dipandang banyak orang,” kata Al-Khalili.
“Tapi hubungannya dengan orang-orang seperti Al-Khwarizmi-dengan hasil karyanya di bidang matematika, astronomi dan geografi merupakan bukti yang kuat bagi saya bahwa Rumah Kebijaksanaan lebih dekat dengan akademi sejati, bukan hanya tempat penyimpanan buku-buku terjemahan.”
Para pelajar dan penerjemah di perpustakaan juga berupaya keras untuk memastikan karya mereka bisa diakses oleh publik.
“Keberadaan Rumah Kebijaksanaan sangat penting karena melalui terjemahan di sana – para pelajar Arab menerjemahkan gagasan dari Yunani ke dalam bahasa sehari-hari – terbentuk dasar pemahaman matematika kita,” kata June Barrow-Green, profesor sejarah matematika dari Open University di Inggris.
Istana perpustakaan ini adalah jendela bagi gagasan-gagasan numerik masa lalu, sekaligus sebuah situs inovasi ilmu pengetahuan.
Jauh sebelum sistem desimal yang saat ini dipakai, jauh sebelum sistem bilangan biner yang memprogram komputer kita, dan jauh sebelum angka Romawi, serta sebelum sistem yang digunakan oleh Mesopotamia kuno, manusia menggunakan sistem penghitungan awal dengan cara pencatatan.
Ketika kita menilai hal-hal ini tak dapat dibayangkan atau terlalu kuno, representasi angka yang berbeda sebetulnya mengajarkan struktur, hubungan, dan sejarah serta konteks budaya dari kemunculannya yang berharga.
Mereka memperkuat ide untuk menempatkan nilai dan abstraksi, membantu kita untuk lebih memahami cara kerja angka. Mereka menunjukkan bahwa “cara Barat bukanlah satu-satunya cara,” kata Barrow-Green.
“Ada nilai nyata dalam memahami perbedaan sistem bilangan.”
Di saat pedagang zaman dulu ingin menulis “dua domba”, misalnya, dia bisa saja menggambar dua gambar domba pada tanah liat. Tapi ini tidak akan praktis kalau dia ingin menulis “20 domba”.