Inilah Kisah Maurice Bucaille, Ahli Bedah dari Prancis yang Masuk Islam Setelah Meneliti Mumi Firaun

Inilah Kisah Maurice Bucaille, Ahli Bedah dari Prancis yang Masuk Islam Setelah Meneliti Mumi Firaun
ilustrasi; mumi firaun

Maurice Bucaille tercengang tak percaya dan heran mendengar berita tersebut.

Maurice bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi padahal mumi itu belum ditemukan hingga tahun 1898 M atau ± 200 tahun yang lalu, sementara al-Quran kitab suci umat Muslim sudah menginformasikan lebih dari 1400 tahun yang lalu.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Hal tersebut mustahil, tidak masuk akal. Bagaimana mungkin terjadi, padahal seluruh manusia termasuk juga bangsa Arab tidak mengetahui apapun tentang orang-orang Mesir kuno.

Setelah itu, pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin berkecamuk di benak ahli bedah ini, sehingga menyebabkannya selalu berpikir keras tentang kemukjizatan al-Quran.

Maurice akhirnya duduk seorang diri mengamati mumi yang berada di tepat di hadapannya seraya berkata, “Apakah logis bahwa mumi dihadapanku ini adalah Firaun yang mengejar Musa as?”

Meski telah mengajukan beberapa pertanyaan sangkalan terhadap informasi al-Quran, dia tetap gelisah sampai-sampai tidak dapat tidur pulas.

Dalam agamanya, kitab suci umat Kristiani (Injil Matius dan Lukas) memang menceritakan tentang tenggelamnya Firaun ketika mengejar Musa as tetapi tidak menyebutkan keutuhan jasadnya.

Esok harinya Maurice meminta kepada rekannya sesama ahli bedah untuk membawa kitab Taurat, kitab suci umat Yahudi.

Rekannya membaca Kitab Keluaran (Exodus), tetapi kitab ini tidak membahas tentang keutuhan jasadnya setelah tenggelam bersama balatentaranya.

Setelah itu, Maurice masih bingung apa yang dibaca dan didengar dari rekan-rekannya.

Begitu program penelitian selesai, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir dengan ditaruh dalam sebuah peti kaca yang sangat bagus.

Kemudian untuk mencari jawabannya, Maurice pergi ke Arab Saudi untuk menghadiri konferensi yang membahas keutuhan jasad Firaun, dan ingin bertemu secara langsung dengan para ilmuwan Muslim di bidang anatomi.

Ketika acara berlangsung, seorang ilmuwan muslim berdiri dan membaca sebuah ayat yang berbunyi:

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ اٰيَةً ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ

“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (QS. Yunus: 92)

Maurice sontak kaget dan tercengang apa yang telah didengarnya itu.

Maurice semakin yakin kitab suci umat Muslim, al-Qur’an, merupakan berasal dari Tuhan Semesta Alam, serta cahaya kebenaran al-Qur’an merasuk di lubuk hatinya.

Hingga pada akhirnya, QS. Yunus ayat 92 telah menuntun hati seorang ahli bedah berkebangsaan Prancis, Dr. Maurice Bucaille, untuk masuk agama Islam.

Maurice menulis buku (Bible, Qur’an dan Sains Modern), yang dalam pendahuluannya tertulis, “Sejak awal, nilai-nilai ilmiah yang ada dalam al-Quran telah mengherankan. Saya sama sekali tidak mengira bahwa dalam teks yang telah disusun semenjak 13 abad lalu itu, ditemukan keterangan tentang segala hal yang bermacam-macam, dan sangat cocok dengan pengetahuan ilmiah modern.”

Maurice juga berkata tentang kebenaran ilmiah yang terkandung dalam al-Quran pada akhir kalimat dalam bukunya (Studi Kitab Suci dalam Konteks Ilmu Pengetahuan Modern).

“Dengan melihat kepada tingkatan pengetahuan di masa Nabi Muhammad saw, tidak mungkin kebenaran ilmiah yang terkandung dalam al-Quran itu adalah karangan manusia.”

Firman Allah swt tentang jasad Firaun itulah yang telah menumbuhkan keyakinan terhadap kebenaran agama Islam dalam hati Dr. Maurice Bucaille.

Sumber: lingkarkediri