Fisika Nusantara

Fisika Nusantara
Dahlan Iskan

Platform pengetahuan medis seperti pathway medical memimpin dengan menggabungkan teknologi ini dengan antarmuka pengguna yang efisien untuk meningkatkan perawatan dan memfasilitasi hasil bagi pasien yang lebih baik. Kombinasi ini membantu profesional tenaga kesehatan mendiagnosis dan merawat pasien dengan lebih efisien dibandingkan dengan metode penelitian tradisional.

Tetapi tetap hasil kajian dari suatu penelitian dan metode penelitian masih didasarkan pada EBM. Cerita kejadian untuk bedah jantung di tahun 1896 tadi tentunya pada zaman sekarang sudah tidak bisa dijadikan EBM “level A” karena kedaruratan yang memberi hasil baik tidak dapat menjadi “acuan” untuk dilakukannya secara umum kecuali dilakukan kajian penelitian ilmiah berdasarkan “aturan main” meneliti. Hal ini tentunya sangat tepat untuk bidang riset dunia kedokteran, karena menyangkut pengobatan pada manusia.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dari uraian dan kilas sejarah tersebut, maka dalam menyikapi kontroversi yang saat ini berkembang terkait pembuatan vaksin untuk menanggulangi pandemi Covid 19 (ada “kedaruratan”) mantan Menteri Kesehatan Dr dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), mengatakan bahwa tidak pernah ada pandemi yang diselesaikan dengan vaksinasi.

Harus dengan pengobatan, mencari obat yang cespleng untuk mengobati Covid 19. Upaya mencari obat atau pengobatannya harus menjadi prioritas ilmuwan kedokteran di bidang itu (yang juga tidak bisa hanya ”bonek”–bondo nekat– bermodalkan ”kenekatan”), harus berdasarkan penelitian yang mengikuti kaidah meneliti yang benar.

Senyampang dengan itu, maka upaya mencari jalan pencegahannya dengan mencari vaksin yang tepat juga dapat dilakukan. Tentunya juga dengan metode penelitian yang tunduk pada “aturan main” meneliti. Diharapkan tentunya, diperoleh obat yang terjangkau harganya, termasuk vaksin yang juga terjangkau harganya sesuai dengan keadaan sosio-ekonomi.

Obat atau vaksin yang pada akhirnya menjadi mahal atau “tidak ekonomis” tentunya bukan suatu temuan yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah pandemi global ini. Kebanggaan akan “produk anak bangsa” memang suatu jargon nasionalisme yang perlu dijadikan semangat meneliti para ilmuwan Indonesia, yang dapat membawa marwah bangsa Indonesia ke derajat internasional demi cerahnya masa depan Indonesia.

Secerah datangnya sinar matahari musim panas yang mulai terasa di Surabaya, secerah harapan Indonesia untuk menuju sepuluh besar negara di dunia (atau bahkan lima besar negara dengan ekonomi terkuat), tentunya juga harapan kesehatan rakyatnya yang di tahun ini mencapai lebih dari 270 juta jiwa. Seperti sehat sejahteranya rakyat di negara negara maju lainnya…layaknya menyambut “hari Kartini” : habis gelap terbitlah terang….. Aamiin.

Surabaya, Subuh 19 April 2021,

Puruhito, ketua Majelis Penelitian Dewan Pendidikan Tinggi Ditjen Dikti, 2008-2020

***

Saya sendiri kemarin ke RSPAD Gatot  Subroto Jakarta. Sebanyak 30 orang bersama saya: ingin jadi relawan uji coba fase 2 Vaksin Nusantara. Sebagian besar dari Surabaya, teman-teman senam SDI.

Di RSPAD kami menerima penjelasan apa itu penelitian VakNus. Bagaimana menjadi relawan –berikut kewajiban dan risikonya. Penjelasan itu diberikan oleh dr Kol Jonny. Itu sesuai dengan kaidah penelitian.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *