Fisika Nusantara

Fisika Nusantara
Dahlan Iskan

Di akhir pertemuan masih ditegaskan lagi: apakah tetap akan mau jadi relawan– bubuhkanlah tanda tangan. Atau mundur –karena tidak boleh merasa terpaksa.

Pun setelah menyatakan tetap mau, bukan berarti langsung bisa jadi relawan. Harus di atas 18 tahun –kami semua lolos. Harus tidak sedang sakit –satu dari kami gugur. Harus belum pernah vaksinasi –tiga orang lagi gugur.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Juga harus bersedia datang lagi untuk memeriksakan-pemeriksaan lanjutan –satu lagi gugur: belum tentu diizinkan perusahaannya untuk sering mbolos.

Banyak sekali persyaratannya. Yang lolos dari semua itu masih ada satu lagi: dites dulu darahnya. Untuk diperiksa: apakah sedang menderita HIV, dan lain-lain.

Lantas diperiksa lagi urinenya: apakah sedang hamil –bagi wanita. Kami semua lolos. Tidak ada yang lagi hamil.

Yang berstatus suami juga harus sanggup tidak menghamili istri selama dua bulan ke depan –perlu pakai kondom.

Saya tidak lolos.

Bukan karena enggan pakai kondom, tapi karena saya belum tiga bulan sembuh dari Covid-19. Dua dari kami pernah terkena Covid tapi sudah lebih enam bulan lalu –boleh jadi relawan.

Saya juga tidak lolos karena ini: tiap hari saya harus minum obat menurun imunitas –sebagai konsekuensi transplantasi 15 tahun lalu.

Tapi saya tetap ingin diterapi VakNus –bukan sebagai objek penelitian. Maka saya tetap diambil darah. Lalu sel dendritik saya akan diproses di lab selama 7 hari. Hari ke 8 nanti sel dendritik itu akan disuntikkan kembali ke tubuh saya.

Doa saya: teori fisika berlaku di Indonesia. Turbulensi ini akan berbuah berkah.

Saya pun ingat motto ini: layang-layang itu bisa terbang justru karena menentang angin –bukan mengikuti angin. (Dahlan Iskan)