Bermimpi Dirikan Pesantren Nusantara di Amerika

Bermimpi Dirikan Pesantren Nusantara di Amerika
Imam Shamsi Ali, Imam Besar di Islamic Center of New York, AS
Hajinews – Imam Besar di Islamic Center of New York Amerika Serikat (AS), Imam Shamsi Ali melalui yayasannya, Nusantara Foundation, menginisiasi pembangunan pesantren nusantara pertama di Amerika Serikat. Shamsi Ali mendirikan Nusantara Foundation dengan harapan ingin menyadarkan masyarakat dunia, agar tidak lagi mempersepsikan Islam itu hanya agama untuk orang Arab atau Timur Tengah. Karenanya ia menggunakan kata Nusantara di depan.

Shamsi bersyukur, mimpi besarnya itu perlahan mulai terwujud. Melalui dana yang dikumpulkan melalui fund raising, Nusantara Foundation telah memiliki lahan seluas 7,5 hektare. Dana itu sengaja dikumpulkan dari Indonesia, karena Shamsi berkeinginan agar pondok pesantren ini menjadi kontribusi Indonesia di dalam gelanggang dakwah global. Berikut petikan wawancara khusus Tribun Network bersama Imam Shamsi Ali:

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Bagaimana Anda bisa menjadi Imam Besar di New York? Dan apa saja aktivitas Anda saat ini?

Saya meninggalkan Indonesia sejak umur 18 tahun, selesai pesantren saya ke Pakistan kuliah 7 tahun untuk S1 dan S2. Kemudian mengajar di Saudi Arabia 2 tahun. 1996 Saya diundang ke kota New York untuk menjadi imam. Sejauh saya berjalan, saya kok semakin ada kebanggaan terhadap Indonesia.

Ternyata Indonesia negara yang dahsyat. Negara besar, penduduk besar, kaya raya, indah, dan saya kira yang terpenting Indonesia dipilih Allah untuk menjadi negara muslim terbesar. Ini yang selalu saya ingat. Harapan besar Indonesia bisa bangkit dan memiliki peran internasional.

Secara jujur, Indonesia belum bisa memainkan peran itu secara signifikan. Masa lalu Bung Karno bisa memainkan peran secara global, initiator konferensi Asia-Afrika, melahirkan gerakan non-blok. Bung Karno yang berani keluar dari PBB. Ini pembuktian bahwa kita bangsa besar. Sayang sekali Indonesia mengalami degradasi penurunan, belum dikenal secara khusus di Amerika Serikat. Belum bisa bersaing dengan negara tetangga, Singapura, Malaysia, Filipina, bahkan Vietnam dan Kamboja yang jauh lebih terkenal di Amerika Serikat.

Kuliner saja, Indonesia ini adalah surga makanan dunia. Tidak saja hanya enak, tapi juga karena keragaman makanan. Masing-masing daerah punya khas. Tapi kenapa di luar negeri restoran Indonesia sulit didapatkan. Kenapa negeri besar ini yang hebat ini tidak terkenal di luar negeri. Bahkan sebagai negara muslim terbesar di dunia?

Saya imam di Islamic Center, Masjid Raya kota New York. Alangkah beratnya Indonesia memimpin Islamic Center yang jemaah ragam. Karena ada asumsi Indonesia kurang mampu termasuk soal ke-Islaman. Orang Amerika kalau mendengar Islam, yang dianggap ahli orang Timur Tengah. Saya mengalami kegalauan panjang. Misalnya ketika saya diundang ke sejumlah universitas di Amerika. Kalau saya mengenalkan diri saya berasal dari Indonesia biasanya mereka dingin. Responnya tidak terlalu semangat entah kenapa. Tapi kalau saya menyebut Bali orang berteriak. Yes, Bali is beautiful, saya merasa Bali lebih terkenal dibanding Indonesia.

Kalau saya mengatakan saya mewakili negara muslim terbesar dunia. Mereka mengatakan ‘kamu dari Mesir ya atau Saudi’. Saya mengatakan negara muslim terbesar itu ada di Asia Tenggara, mereka mengatakan ‘oh kamu dari Malaysia’. Kok Malaysia dianggap negara terbesar? Bahkan pernah saya terkejut, ada yang berteriak ‘oh kamu Filipina ya’.

Rupanya ada stigma yang mengatakan di mana ada konflik di situ Islam. Di mana ada Islam hati-hati ada konflik. Hal ini yang membuat saya galau dan menjadi beban sendiri, meski kami aktif berdakwah sejak 911.

Saya diminta mewakili komunitas Muslim dalam banyak sekali perhelatan besar. Dekat dengan Wali Kota New York Michael Bloomberg. Bahkan ke White House. Sampai saya selesai di Islamic Centre selama dua term. Malah saya 12 tahun menjadi imam. Setelah selesai kemudian merasa ada waktu, maka saya mendirikan Nusantara Foundation.

Saya memakai kata Nusantara karena ide saya, karena saya ingin mengenalkan kepada Amerika dan Barat kalau ingin melihat Islam yang bertolak belakang dengan persepsi mereka tentang Islam yang terbelakang, tidak pendidikan, kasar, suka berkelahi, suka perang, tidak menghargai wanita, maka pandanglah ke Indonesia. Karena kita sebagai negara muslim terbesar juga sebagai negara demokrasi ketiga dunia.

Kita sebagai negara muslim terbesar, tapi wanita dihormati. Bahkan partai politik diharuskan memiliki kandidat 30 persen. Kita menghargai semua agama-agama. Indonesia toleransinya tinggi sekali. Apa tidak ada gesekan-gesekan? Ya ada. Di mana saja ada. Tapi Indonesia adalah negara muslim terbesar, yang bisa mengawinkan agama dan kebangsaan. Bisa dikawinkan Pancasila dan Agama.

Saya mendirikan Nusantara Foundation ini kebanggan dan sekaligus ingin menggandeng kata Nusantara di dalam kerja-kerja dakwah kita. Menyadarkan jangan lagi persepsikan Islam itu hanya agama orang Arab saja. Dan itu stigma yang terjadi sejak lama. Yang menjadi masalah adalah kata Arab memiliki konotasi yang buruk. Tidak ada demokrasi, tidak menghormati wanita, tidak ada freedom. Maka agama Islam seolah-olah agama yang seperti itu. Stigma ini harus kita ubah dengan menampilkan Indonesia sebagai role model atau contoh tauladan. Jadi mimpi ini, mimpi besar, Insya Allah kita serahkan kepada Allah dan bisa terlaksana.

Bagaimana Anda melakukan pendekatan dengan orang berpengaruh di Amerika Serikat?

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *