Bermimpi Dirikan Pesantren Nusantara di Amerika

Bermimpi Dirikan Pesantren Nusantara di Amerika
Imam Shamsi Ali, Imam Besar di Islamic Center of New York, AS

Jadi memang tantangan kita umat Islam secara umum adalah bagaimana kita komunikasikan Islam dengan komunikasi yang tepat. Menampilkan Islam adalah agama yang bersifat kontribusi bukan ancaman. Serangan 911 sesungguhnya adalah puncak membangun imej Islam musuh barat. Tapi dengan perjuangan yang gigih, pendekatan strategis, dengan cara yang bijak, persepsi itu berubah.

Dengan Yahudi sekalipun bisa kita yakinkan bahwa Islam tidak perlu dipandang sebagai musuh. Walaupun kita harus berbeda pendapat tentang Palestina dan Israel. Saya berdialog dengan masyarakat Yahudi. Bahkan menulis buku bersama dengan pendeta Yahudi. Pengantarnya ditulis oleh Presiden Bill Clinton. Judulnya Anak-Anak Ibrahim.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Buku saya ini sekarang menjadi salah satu buku yang sedang laris di Timur Tengah, di Dubai dan Bahrain, karena mereka telah menjalin hubungan diplomasi dengan Israel. Sekarang diterjemahkan ke bahasa Arab, juga ke dalam bahasa Rusia. Kalau Indonesia sudah sejak 3-4 tahun yang lalu.

Jadi maksud saya adalah, sebenarnya Islam agama yang sangat indah, cantik, luar biasa. Tapi terkadang kecantikan dan keindahan Islam ini itu tersembunyi oleh ketidakmampuan kita mengekspresikan Islam secara cantik. Itu yang banyak terjadi.

Ketika kami mendekati Wali Kota New York waktu itu Michael Bloomberg tahun 2001. Beliau adalah Yahudi, orang yang kaya raya, ternyata bisa diyakinkan bahwa Islam itu agama yang tidak perlu dipandang sebagai musuh tapi justru kawan di dalam menjadikan Kota New York lebih hebat. Kami digandeng dalam perhelatan besar.

Ketika kami membangun masjid 2010, media mem-blow up masjid itu dengan kata-kata masjid ground zero. 70% menentang. Michael Bloomberg mati-matian mendukung proyek itu. Lalu saya tanya pada satu kesempatan, Mr. Major kenapa mendukung?

Saya tidak mendukung masjid atau orang Islam, yang saya pertahankan adalah konstitusi saya. Karena konstitusi AS mengatakan setiap orang memiliki kebebasan menjalankan keyakinannya masing-masing. Maka membangun masjid bagian dari keyakinan.

Misalnya pesantren, orang yang tinggal di sekitarnya non-muslim. Kalau untuk mendapatkan masjid 30 menit. Semua nonmuslim orang putih. Kekhawatiran pertama kali ketika membeli lokasi ini apakah orang-orang ini akan senang.

Alhamdulillah tahun 2019, setahun setelah kita beli, kita mengadakan buka puasa bersama dan mengundang tetangga-tetangga kita. Ternyata mereka gembira diundang, karena selama ini mengiranya orang Islam tidak bisa bersahabat.

Begitu kita undang disambut dengan senyuman, dengan makanan, mereka mengatakan, you are different. Karena anggapan selama ini, orang Islam tidak bersahabat, tidak ramah, kita ini disambut senyuman dan keramahan. Pendekatan dengan pemerintah setempat juga dekat, bahkan menanyakan kapan mulai proyeknya karena ingin bantu. Sebenarnya yang berat adalah apakah kita bisa mengumpulkan dana. Tapi ternyata Alhamdulillah dalam perjalanannya bisa berjalan dan harga tanah sudah lunasi, jangka panjang bangunannya.

Sumber: serambi