Ngotot Yang Sempurna

Ngotot Yang Sempurna
Presiden jokowi
banner 400x400

Oleh Tere Liye, penulis novel ‘Negeri Para Bedebah’

Hajinews – Salah naskah pidato itu bukan masalah besar. Banyak raja-raja, presiden-presiden yang salah teks. Biasa saja. Tinggal minta maaf, salah. Selesai. Orang-orang akan lupa.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Tapi ngeles, muter-muter, nyari argumen lain, sungguh tidak terpuji. Itu bukti ngotot yang sempurna. Nah, kasus keliru pidato presiden barusan bisa jadi contoh.

Jubir Presiden telah ngeles di twitternya, bilang itu ‘Bipang‘ yang lain. Ini ngeles selevel jurus dewa mabuk. Saking mabuknya, tentu dia tidak tahu jika dia sedang mabuk dan mempertontonkannya. Silahkan cek twitter JUBIR!

Menteri Perdagangan juga telah ngeles, bilang itu untuk promosi kuliner lintas agama. Duuh, elu promosi makanan haram dalam rangka libur lebaran Islam, itu jelas sekali tidak menghormati. Itu radikal. Coba kalau elu promosi ngadain konser pas Nyepi, bisa remuk elu di Bali sana.

Sementara netizen puja kerang ajaib, sibuk bilang mudik itu milik semua agama, jadi boleh saja bilang-bilang soal babi panggang. 13 Mei juga ada libur kenaikan Isa Al Masih. Duh, Gusti, mau jungkir balik jelasinnya, konteks pidato itu jelas sekali mudik libur lebaran Idul Fitri. Hanya ada dua mudik di negeri ini, Lebaran Idul Fitri, sama Natal/Tahun Baru. Jangan gitu amatlah ngelesnya.

Itu teh sederhana sekali ada yang keliru memasukkan ‘BABI PANGGANG’ dalam contoh makanan-makanan khas daerah di teks pidato pak bos. Sesimpel itu. Akui keliru, minta maaf. Tidak usah ada lagi ngeles. Selesai. Lantas lain kali test wawasan kebangsaannya yang betul gitu loh. Jangan nanya soal qunut, soal nikah beda agama, apalagi soal salaman. Lain kali ditanya soal tari-tarian daerah, makanan daerah. Juga pas bagi-bagi sepeda, ditanyalah hal-hal yang berbobot, bukan nama-nama ikan. Nama-nama menteri.

Tapi terserahlah. Bebas sajalah.

Saya itu sudah nulis 50 buku, 10 juta kata lebih artikel. Kalimat, gaya bahasa, dll, itu sudah makanan sehari-hari. Tahun lalu, saya tidak pernah paham kok mudik beda sama pulang kampung dari kaca mata pengendalian pandemi. Tapi akhirnya saya paham. Saya itu memang bodoh, saya belum sampai level bahasa virus. Ternyata virus covid-19 itu bisa membedakan mana mudik, mana pulang kampung, mana wisata. Duh jadi malu, karena mereka netizen puja kerang ajaib sudah bisa memahami bahasa virus.

Baiklah. Selamat menyambut libur panjang. Jangan lupa selalu pakai masker, jaga jarak, jauhi kerumunan, cuci tangan, dll. Ingat selalu, Bipang Ambawang itu BABI PANGGANG! Itu haram 100% bagi muslim. Ini bukan radikal, taliban, apalagi benci NKRI. Ini simpel, itu haram. Sama kayak Nyepi dilarang berisik. Sekali sudah begitu, simpel, dilarang berisik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *