Megawati Tak Lulus Kuliah Jadi Profesor, Pengamat: Kental Nuansa Politis

banner 400x400

 

Jakarta, Hajinews.id – Pengamat Komunikasi Politik, Jamiluddin Ritonga menilai gelar Profesor Kehormatan dari Universitas Pertahanan RI (Unhan) kepada Megawati Soekarnoputri Bernuansa politis.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Jamiluddin mengatakan, pada umumnya para akademisi yang ingin memperoleh gelar profesor pendidikan terakhirnya harus berstatus sebagai lulusan S3 (Doktor). Namun, hal itu tidak berlaku bagi Megawati yang bahkan tak pernah lulus kuliah.

Ia pun mengungkapkan secara khusus soal KUM yang biasa dijalani oleh para akademisi. Menurutnya, KUM sendiri merupakan proses yang ditempuh dengan cara memenuhi berbagai unsur, di antaranya pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan unsur pendukung seperti mengikuti seminar ilmiah.

Bahkan, kata Jamiluddin, akademisi juga harus menulis artikel yang dimuat di Scopus. Hingga saat ini saja banyak akademisi yang belum mendapat jabatan sebagai profesor dikarenakan terganjal pada pemuatan artikel di Scopus.

“Untuk Profesor Madya saja, akademisi harus memiliki kumulatif angka kredit (KUM) 850. Sementara untuk Profesor penuh diperlukan KUM 1000,” ujar Jamiluddin Ritonga, Kamis 10 Juni 2021 seperti dilansir dari berbagai sumber.

Maka dari itu, menurut Jamiluddin, pemberian gelar tertinggi akademik kepada putri Proklamator RI Bung Karno tersebut akan membuat kecewa para akademisi.

“Apalagi kesan politis begitu kental dari pemberian jabatan profesor tersebut. Para akademisi semakin kecewa karena melihat secara vulgar aspek akademis sudah berbaur dengan sisi politis,” tuturnya.

Jamiluddin juga mengimbau kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim agar tidak terlibat dalam pemberian gelar profesor.

“Sudah saatnya menteri pendidikan tidak lagi terlibat dalam pemberian jabatan profesor. Sebab, menteri sebagai jabatan politis tidak selayaknya terlibat dalam pemberian jabatan akademis,” tegas pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul ini.

Jika Mendikbudristek tidak lagi terlibat, maka Jamiluddin meyakini kemurnian akademis untuk gelar profesor akan terjaga dan tidak lagi bernuansa politis seperti halnya pemberian gelar dari Unhan kepada Megawati tersebut.

“Dengan begitu, kemurnian akademis akan lebih kental dalan penetapan profesor,” ujarnya. (dbs)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *