Batal Berangkat Haji Tahun ini? Tak Usah Berkecil Hati Cukup Amalkan ini Pahala Bisa Setara dengan Ibadah Haji

Cukup Amalkan ini Pahala Bisa Setara dengan Ibadah Haji
Cukup Amalkan ini Pahala Bisa Setara dengan Ibadah Haji. Foto/dok ist
Hajinews.id – Ini adalah tahun kedua Indonesia Batal berangkat haji dan tidak memberangkatkan calon jemaah ke tanah suci Mekkah.

Pasalnya, karena adanya wabah virus corona atau Covid-19 yang belum terkendali. Tentu akan banyak hati yang kecewa karena Batal berangkat haji.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Namun, tak usah berkecil hati Anda cukup Amalkan ini pahala bisa setara dengan Ibadah Haji.

Dikutip dari kanal YouTube Islam Populer pada Rabu, 23 Juni 2021, berikut ini amalan bisa setara dengan pahala ibadah haji.

1. Berbakti kepada orang tua

Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban setiap anak, dengan melakukan ini maka pahalanya setara dengan ibadah pahala haji.

Dari Anas bin Malik r.a., ia berkata “Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah bertanya, apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup, ia menjawab ibunya masih hidup.

Rasul pun berkata kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumroh, dan berjihad,” (HR Ath-Thabrani).

2. Wudhu sebelum ke Masjid

Dalam hadits lain, dari Abu Umamah r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci menuju salat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji. Barangsiapa keluar untuk salat Sunnah dhuha, yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumroh. Dan (melakukan) salat setelah salat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang shalih),”(HR. Abu Daud; Ahmad).

3. Salat fardhu jamaah di Masjid

Dari Abu Umamah r.a., Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang berjalan menuju salat wajib berjamaah, maka ia seperti berhaji. Siapa yang berjalan menuju salat sunnah, maka ia seperti melakukan umrah yang sunnah,”(HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir).

4. Menghadiri majelis ilmu di masjid

Dari Abu Umamah r.a., Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya,” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir).

5. Membaca tasbih, tahmid, dan takbir setelah salat

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi SAW. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka salat sebagaimana kami salat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah.

Nabi Muhammad lantas berkata, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir salat sebanyak tiga puluh tiga kali.”

Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Rasulullah SAW bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali,” (HR. Bukhari)

6. Melaksanakan salat dhuha atau isyraq

Salat dua rakaat di waktu awal hari, dimulai dengan salat shubuh berjamaah di masjid, tidak pulang ke rumah melainkan duduk berdzikir, sampai matahari benar-benar terbit, maka pahalanya setara haji dan umroh.

Dijelaskan dari hadits dari Abu Umamah r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan salat shubuh dengan berjamah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan salat sunnah dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna,” (HR Thabrani).

7. Umroh di bulan Ramadhan

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata Rasulullah pernah bertanya pada seorang wanita, “Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji bersama kami?”. Wanita itu menjawab “Aku punya tugas untuk memberi minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya yang ditunggangi suami dan anaknya.

Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda, “Jika Ramadhan tiba, berumrohlah saat itu karena umroh Ramadhan senilai dengan haji,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi berkata, “Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi,”(Syarh Shahih Muslim, 9:2).

8. Bertekad untuk berhaji

Bagi umat Muslim yang memiliki uzur namun mempunyai tekad kuat dan sudah ada usaha untuk melakukannya, maka dicatat seperti melakukannya. Misal, ada yang sudah mendaftarkan diri untuk berhaji, namun ia meninggal dunia sebelum berangkat, maka ia akan mendaptkan pahala haji.

Sama seperti yang Rasulullah SAW katakan, dari Jabir r.a., ia berkata, dalam suatu peperangan (perang tabuk) kami pernah bersama Nabi Muhammad SAW, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang tidak ikut melakukan perjalanan perang, juga tidak menyeberangi suatu lembah, namun mereka bersama kalian (dalam pahala). Padahal mereka tidak ikut berperang karena mendapatkan uzur sakit,” (HR. Muslim).

Sumber: mantrasukabumi

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *