Real Time

Real Time
Real Time. Foto/ilustrasi

Oleh Abdul Hafid Paronda

Hajinews.id – Al Khabiir, salah satu nama Allah swt. dalam Asmaul Husna. Maha dalam Pengetahuan-Nya, begitu makna yang sering disematkan. Secara fungsional lebih dekat kepada akurasi dan presisi. Karena itu, saya menyebutnya Maha Akurat dan Maha Presisi.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Revolusi Digital menghadirkan satu karakter yang terkait dengan nuansa Al Khabiir. Yakni, real time. Diterimanya informasi suatu fakta atau peristiwa bersamaan dengan kejadian fakta atau berlangsungnya peristiwa tersebut. Paling tidak, sesuai deteksi mata atau telinga penerima informasi, di tempat yang berjarak dengan lokasi fakta atau peristiwa tadi. Padahal, perpindahan membutuhkan waktu, termasuk pengiriman informasi dari satu tempat ke tempat yang lain.

Itulah salah satu kemajuan yang patut disyukuri. Teknologi telekomunikasi, jaringan komputer dan internet, serta komunikasi data yang berkembang sangat pesat. Antara lain, menyuguhkan prestasi itu.

Sejarah teknologi itu mencatat trend perkembangan yang luar biasa. Teknik telekomunikasi generasi pertama -1G (masih analog), tahun 1980an – 1990an. Kecepatan pengiriman datanya hanya 2.4 kilobyte persecond (kbps)=2.4x,1024×8 karakter informasi tiap detik.

Generasi kedua – Second Generation (2G) yang sudah digital: 64 kbps, 3G: 125 kbps – 2 Mbps, 4G: 100 Mbps (1M=1024Kilo) – yang juga disebut Long Term Evolution (LTE). Sementara saat ini, generasi kelima (5G) mencanangkan 1Gbps (sekitar 10x lbh cepat dari generasi keempat-4G). Itu kecepatan pengiriman data dan informasi melalui jaringan yang tersedia. Di ruang terbuka, sinyal gelombang pembawanya merambat dengan kecepatan cahaya (speed of light): 3×10⁸ meter per detik. Bayangkan, dengan kecepatan ini, sinar matahari sampai ke bumi hanya dengan waktu 8 menit.

Oleh karena itu, kegiatan Live Event, dapat disaksikan seolah tanpa waktu tunda (delay time) dari locus peristiwa. Termasuk Piala Eropa yang baru saja dimenangkan oleh Italia. Begitu cepatnya pergerakan data dan pengiriman informasi sehingga seolah lebih cepat dari kedipan mata kita sendiri. Itulah fenomena real time, yang sesungguhnya hanya “seolah-olah” real time.

Bagaimana dampaknya dalam kehidupan sehar-hari?. Tentu manusia sangat senang karena diuntungkan. Waktunya efektif, dan pemanfaatan sumberdayanya menjadi efisien. Hidup terasa makin mudah dengan dukungan fasilitas itu.

Namun ada sisi lain yang penting dicermati. Yakni keterlanjuran menjadi penikmat real time, terkadang diterpa kegalauan dan kegelisahan. Terutama ketika paket kirimannya terlambat, komunikasi teleponnya terputus, atau informasi yang ditunggu belum sampai sesuai target waktu yang diharapkan. Katakanlah, hadirnya gangguan tertentu pada jaringan komunikasi pendukung tadi.

Tidak mudah menyadari bahwa real time butuh dukungan perangkat (software dan hardware), keterpaduan tata kelola peranti (device), serta sumberdaya manusia yang handal. Belum lagi sejumlah Standard Operational Procedure (SOP), protokol, dan algoritma yang menjadi bagian tak terpisahkan dari “pakem” informasi real time tadi. Salah satunya saja mengalami gangguan, maka nuansa real time itu pun segera berubah. Yang hadir adalah delay time karena diperlukan waktu tunggu (waiting time).

Dampaknya tentu bervariasi, termasuk galau dan gelisah personal tadi. Yang disayangkan, kalau kemudian melebar ke ranah etika dan goyahnya moralitas. Misalnya, terlalu mudah menyalahkan pihak lain. Atau menjadi pribadi yang tidak sabaran, alias kurang mampu mengendalikan diri.

Olehnya itu perlu mengingat sifat dan nama Allah yang lain. Bahwa selain Maha Akurat dan Maha Presisi, DIA juga bahkan Maha Awal dan Maha Akhir, Yang Zhahir (di luar) dan Yang Batin (di dalam), sehingga tidak bergantung pada waktu dan ruang (Allah doesn’t depend on time and space), QS. Al Hadiid (57):03. Namun selain itu, juga tetap saja Maha Pengampun (Ghafuur) dan Maha Pemberi Maaf (‘Afuwwu). Makanya, dalam banyak hal, Allah SWT sangat memaklumi kekurangan hamba-Nya terkait ketepatan waktu, walau DIA sangat Maha Real Time.

Dinamika watak manusia, termasuk penikmat informasi real time, menarik dicermati dalam QS.70 (Al Ma’aarij):19-23.
Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah. Kalau ditimpa keburukan dia mengeluh, jika mendapatkan kebaikan dia kikir. Kecuali mereka yang salat . Yakni, yang menunaikan salatnya dengan setia (kontinyu).

Sementara, dalam QS.04 (An Nisa): 103, disebutkan bahwa waktu salat itu sudah ditentukan secara real time dan well scheduled (Sesungguhnya salat itu, kewajiban yang sudah ditetapkan waktunya bagi orang yang beriman).

Sebuah penekanan menarik. Bahwa manusia bisa aman dari kegelisahan dan galau personal jika mereka melakukan salat secara kontinyu dan real time. Sebaiknya tidak dengan sengaja menunda pelaksanaan salat. Itu juga yang disabdakan Nabi, The highest top three dari Afdhalul ‘Amal (amal yang utama). Ungkapan prioritas Nabi sebagai jawaban atas pertanyaan: Ayyul ‘amalu afdhal (Perbuatan apa yang paling utama)?: “Ashshalaatu ‘alaa waqtihaa”. Salat yang tepat waktu, yakni yang real time. (kemudian berbakti kepada kedua orangtua dan berjihad di jalan Allah).

Di satu sisi, informasi digital dihadirkan melalui sinyal diskontinyu (diskrit), sedangkan salat perlu ditunaikan secara kontinyu (berkelanjutan, daaimuun). Pada sisi yang lain, baik informasi digital maupun salat kualitas kehadirannya dicirikan oleh karakter real time.

Inilah resep milenial yang ditawarkan Islam. Jika ingin bebas dari galau real time layanan digital, maka biasakanlah menunaikan salat secara real time. Karena salat yang khusyu’ akan menyemaikan sifat tawadhu’ (rendah hati) dan membangun kesabaran, serta mengasah kearifan. Sebuah strategi kehidupan yang realistis. Mensyukuri peningkatan kualitas layanan informasi digital. Namun juga selalu mampu mengendalikan diri ketika terjadi perubahan karena gangguan sistem yang bukan hanya tak terduga, tapi juga sama sekali tidak diharapkan (unintend situation).

Gangguan kualitas real time layanan digital kadang bisa terjadi. Yang demikian bisa dimaklumi dengan kesadaran dan kesabaran sebagai konsekuensi logis pelaksanaan salat yang real time dan kontinyu. Bahkan, sabar dan salat adalah paket terpadu solusi kehidupan aktual (QS.02-Al Baqarah:153).

Karenanya, sangat urgen untuk menjadi manusia milenial berkualitas. Yakni, yang menikmati layanan digital real time, dan sekaligus menunaikan kewajiban salat secara real time. Semoga!.

Kota Bekasi 140721
Pondok Gare’se’

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *