Kasihan Jokowi, Pengamat UI: Kalau Mau Covid-19 Tuntas, Ini Saatnya Jokowi Rekonsiliasi dengan Ulama Kontra Pemerintah

Presiden Jokowi (foto: ist)
banner 400x400

Hajinews – Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Herryansyah mengapresiasi ajakan Wapres Ma’ruf Amin kepada tokoh agama dan ulama untuk ikut memerangi Covid-19.

Akan tetapi, ia menilai ajakan kurang efektif jika hanya Wapres saja yang bicara.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ia menilai, ganasnya pandemi Covid-19 ini adalah saat yang tepat bagi Presiden Jokowi untuk merajut rekonsiliasi hubungan dengan para tokoh-tokoh muslim ulama, habaib, tengku, ajengan berbasis kultural yang selama ini dianggap berseberangan dengan pemerintah.

“Rerutama pascapilpres dan penahanan HRS (Habib Rizieq Shihab) yang oleh sebagian tokoh Islam dianggap sebagai kezaliman,” ujar Herryansyah Senin (19/7), dilansir dari JPNN.com.

Menurutnya, pasifnya peran ulama dan tokoh agama lainnya berimbas pada ‘cueknya’ akar rumput.

Bahkan mengarah pada ‘pembangkangan’ terhadap segala kebijakan pemerintah dalam menangani wabah Covid-19.

Buah pembiaran pembelahan ini, akhirnya menyisakan konflik yang masih tersis pascapilpres 2019.

Seperti perang buzzer media sosial, serta proses rekonsiliasi yang tidak tuntas sampai ke akar rumput, dan hanya bersifat elitis dilevel politik eksekutif dan legislatif.

“Toh, finally dirasakan saat ini ketika pemerintah membutuhkan dukungan rakyat dalam mengikuti imbauan dan kebijakan pemerintah menghadapi serangan Covid-19,” ujarnya.

Presiden Jokowi- Foto Setkab
Sebab, untuk menghadapi pandemi ini, dibutuhkan kerja sama yang harmonis antara umara dan ulama serta elemen masyarakat lainnya.

Jika pemerintah dan bangsa ini tidak ingin terjebak dalam keadaan tidak menentu situasi pandemi yang bisa berefek krisis multidimensi.

“Saya jujur merasa kasihan dan sedih melihat Pak Jokowi dan pemerintah seperti ngos-ngosan berjalan sendirian berusaha keras menelurkan berbagai kebijakan memerangi Covid 19,” tuturnya.

Tapi di sisi lain, sambungnya, ada oknum-oknum di lingkaran Jokowi yang berpolitik ‘ndablek’.

“Tidak ada sense of crisis, dan terus memelihara manajemen konflik dan buying time untuk menciptakan tembok jarak presiden dengan tokoh agama dibanding menyatukan di antara mereka bersama di tengah berpacunya waktu hadapi keganasan pandemi,” kata Herry. (dbs).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *