Tafsir Al-Quran Surat Fushshilat 1-5: Bahasa Arab Bahasa Ilmu dan Peradaban

Tafsir Al-Quran Surat Fushshilat 1-5: Bahasa Arab Bahasa Ilmu dan Peradaban
Tafsir Al-Quran Surat Fushshilat 1-5: Bahasa Arab Bahasa Ilmu dan Peradaban

Oleh KH Didin Hafidhuddin
Ahad, 12 September 2021

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita masih dapat berjumpa lagi, walaupun secara virtual untuk melanjutkan Pengajian Tafsir Al-Quranul Karim. Pada hari Ahad ini tanggal 5 Safar Muharram 1453 bertepatan dengan tanggal 12 September 2021, insya Allah kita akan mulai membahas Surat Fushshilat ayat 1-5. Kita mulai dengan membaca bersama Ummul Kitab, Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca Surat Fushshilat 1-5, yang artinya “Haa Mim, (Al-Qur’an ini) diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) serta tidak mendengarkan. Dan mereka berkata, ‘Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau seru kami kepadanya dan telinga kami sudah tersumbat, dan di antara kami dan engkau ada dinding, karena itu lakukanlah (sesuai kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)’”.

Surat ini dinamakan Surat Fushshilat, karena ada kata Fushshilat (yang dijelaskan) pada ayat 3. Surat ini juga dinamakan Surat Hamim Sajdah, karena pada akhir ayat ini dianjurkan untuk sujud. Surat Fushshilat merupakan Surat Makkiyah, artinya diturunkan di Makkah, dan umumnya memberikan penekanan yang kuat pada pembangunan aqidah, keimanan atau ketauhidan kepada Allah SWT. Unsur aqidah dan keimanan kepada Allah SWT yang kuat ada tiga hal, yaitu: (1) membenarkan dan meyakini dengan hati sanubari, (2) mengucapkannya dengan lisan, dan (3) melaksankannya dengan anggota tubuh, tangan, kaki, mulut dll. Perhatikan Surat Al-Hujurat 15. “Sesungguhnya orang-orang mu’min yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”. Di sini ditekankan tentang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan sungguh-sungguh, tanpa ada keraguan sedikitpun juga. Ini menunjukkan karakter keimaman dengan perbuatan secara nyata, baik dengan hartanya, dirinya, pengetahuannya, keterampilannya, untuk kepentingan agama Allah. Itulah kategori yang termasuk beriman secara benar.

Surat Fushshilat diawali dengan huruf muqath-tha’ah atau huruf yang terputus. Setelah itu, Allah SWT menjelaskan tentang Al-Quran. Melalui huruf terputus itu, Allah SWT menyampikan pesan bahwa Al-Quran benar-benar datang dari Allah SWT, karena dalam kosa kata Arab sebelumnya, ekspresi dengan huruf muqatta’ah ini tidak dikenal. Setelah huruf-huruf terputus, biasanya diikuti dengan penjelasan kebesaran Al-Quran, tentang mukjizat, yang benar-benar datang dari Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Mereka yang tidak mengikuti Al-Quran sekan-akan tidak ingin selamat. Ayat-ayat di dalam Al-Quran disampaikan dalam Bahasa Arab. Bahasa Al-Quran atau Bahasa Arab itu mudah dicerna dan mudah diakses, sehingga siapa pun dapat memahami Al-Quran. Mereka mampu mempelajari dengan leluasa, tidak hanya pakar atau para ahli, walau tingkat pemahamannya saja yang berbeda antara satu orang dengan orang lain. Bahasa Arab adalah bahasa wahyu, bahasa komunikasi kita dengan Allah SWT, walaupun Allah pasti paham bahasa-bahasa yang lain. Bahasa Arab adalah bahasa akhirat, bahasa surga. Sekali lagi, Al-Quran itu Bahasa Arab, dan percakapan atau obrolan di surga nanti akan menggunakan Arab.

Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan tentang ilmu pengetahuan, ilmu sosial-ekonomi, dll. Al-Quran merupakan landasan dari peradaban, selain merupakan salah satu dari bahasa besar di dunia yang diakui oleh lembaga resmi global dan diucapkan oleh sangat banyak manusia di dunia. Bahasa Arab adalah bahasa peradaban. Mereka yang mengecilkan pembelajaran Bahasa Arab dan bahkan menuduh Bahasa Arab sebagai bahasa ekstremis, bahasa teroris, sebaiknya jangan sembarangan mengucapkan hal tersebut. Al-Quran mengajarkan toleransi yang sebenarnya. Ajaran islam yang termuat dalam Al-Quran 15 abad yang lalu menerangkan bahwa kita manusia diciptakan dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal, saling menghargai, saling toleransi. Ajaran ini telah ada jauh lebih dahulu dari prinsip hak asasi manusia (human rights) yang baru dikelarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menghina Bahasa Arab menjadi menghina bahasa wahyu Allah SWT.

Bahasa Al-Quran merupakan rangkaian Bahasa yang sangat indah. Betapa indah Bahasa Al-Quran yang menggunakan Bahasa Arab itu, kecuali bagi meraka yang mungkin tidak pernah meresapi keindahan-keindahan kata atau kalimat di dalam Al-Quran. Perhatikan misalnya Surat Adh-Dhuha. “Wadh dhuha, wal laili idza saja, ma wadda’aka rabbuka wa ma qala. Wa-lal a-khirata khairul laka minal ula dst” Semua berakhiran dengan “ha.. atau a..”. Tidak mungkin orang beriman memiliki pikiran yang jelek terhadap Bahasa Arab, terhadap Bahasa Al-Quran. Menurut para ahli Bahasa, bahkan kosa kata dalam Bahasa Indonesia, hampir 40 persen berasal atau diserap dari Bahasa Arab. Contohnya, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), semuanya berasal dari kosa kata Arab: majelis, musyawarah, rakyat, adalah kata asli Bahasa Arab. Bagi orang beriman, Bahasa Arab seharusnya sudah meresap atau merasuk ke dalam alam bawah sadar, apalagi seluruh bacaan shalat menggunakan Bahasa Arab.

Dalam ayat-ayat pertama Surat Fushshilat tadi, Al-Quran memberikan kabar gembira bagi orang yang beriman. Tapi, Al-Quran juga memberikan peringatan bagi orang-orang kafir, karena sebagian manusia masih berpaling dari kebenaran Al-Quran. Hati mereka masih tertutup. Di dalam telinga mereka ada sumbatan, sehingga mereka menjadi tuli. Di antara mereka dan kita memang ada hijab, ada penghalang, sehingga mereka kadang berbuat sesuatu sesuai kehendak meraka. Walau pun kami pun akan melakukan sesuatu (sesuai kehendak kami). Al-Quran yang menggunakan Bahasa Arab yang sangat indah, sekaligus merupakan bahasa pikiran, bahasa ilmu pengetahuan, bahasa peradaban. Bahkan, Al-Quran dimaksudkan untuk menghasilkan inovasi. Kita perlu bersyukur kepada Allah SWT yang telah menempatkan Al-Quran sebagai nikmat dan karunia yang luar biasa, yang sangat dahsyat. Dengan semakin berkembangnya Rumah Tahfidz Al-Quran, insya Allah akan lahir anak-anak muda yang cinta pada Al-Quran, yang berakhlaq mulia. Apalagi mereka kelak akan mampu menghafal Al-Quran, sekaligus berupaya mengamalkannya.

Menjawab pertanyaan tentang sinyalemen dari pengamat intelijen bahwa Bahasa Arab adalah simbol terorisme, sangat mungkin hal itu karena ketidaktahuan, ketidakpahamannya atau mungkin ada maksud tertentu. Kita telah jelaskan tadi sebelumnya. Kita ummat islam telah sering mengalami hal ini. Hal penting yang harus diingat adalah para ilmuwan besar yang mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban dunia adalah para ilmuwan muslim: Ibnu Khaldun (dalam Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial), Al-Ghazali (dalam Ilmu Filsafaat), Ibnu Sina (dalam Ilmu Kedokteran), Al-Khawarizmi (Ilmu Metematikan) dll. Kita jangan melupakan bagian penting dari sejarah ini. Ada satu Hadist tentang Bahasa Arab yang cukup terkenal. Rasulullah SAW bersabda, “Cintailah Bahsaa Arab karena 3 hal: (1) Saya pun berbahasa Arab, (2) Al-Quran berbahasa Arab, (3) Bahasa Arab adalah bahasa akhirat dan bahasa surga.

Menjawab pertanyaan bagaimana membumikan Al-Quran agar menjadi pegangan hidup bagi mayoritas bangsa Indonesia yang beragama islam, kita perlu terus optimis. Sekarang telah semakin banyak Rumah Tahfidz Quran di mana-mana, kita perlu mendukungnya karena hal itu, karena itu merupakan pertanda baik. Insya Allah 5-10 mendatang, anak-anak ini menjadi Generasi Qurani yang mampu mengamalkan Al-Quran yang lebih baik. Demikian juga pertanyaan tentang apakah tingkat derajat menghafal Al-Quran apakah lebih tinggi dari mengamalkan Al-Quran, kita sebaiknya bersangka baik saja bahwa dengan semakin berkembangnya kecenderungan anak-anak untuk menghafal Al-Quran, hal itu merupkan langkah awal untuk mengamalkan Al-Quran. Mana mungkin orang akan mengamalkan Al-Quran jika tidak mampu membacanya.

Menjawab pertanyaan bagaimana caranya belajar Al-Quran bagi kita yang telah mencapai usia 50 tahun, sampai kapan pun kita tetap dianjurkan belajar untuk memahami Bahasa Arab, Bahasa Al-Quran. Sebaiknya kita saling belajar dan saling mengajarkan atau saling mempelajari. Islam adalah agama yang menekankan proses, bukan langsung pada hasilnya saja. Ingat, barangsiapa dikehendaki Allah SWT menjadi orang baik, ia akan berusaha memahami ilmu-ilmu agama dengan baik. Perbuatan untuk memahami itu adalah langkah awal menuju perbuatan baik itu. Demikian juga pertanyaan jika di dunia tidak mengerti Bahasa Arab, bagaimana kita nanti dapat berbahasa Arab di akhirat, sebaiknya Perhatikan Surat Yasin 65. “Pada hari ini Kami (Allah) tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami (Allah) dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”. Kita yakin bahwa ayat tersebut benar adanya akan terjadi di surga. Kita tentu tidak tahu bagaimana kaki dan tangan kita akan bersaksi akan berbicara di hadapan Allah SWT menceriterakan semua perbuatan yang telah kita lakukan di dunia. Mungkin saja, kita menjadi paham setelah tangan dan kaki kita yang bersaksi, walau pun mulut terkunci.

Menjawab pertanyaan apakah berdosa jika tidak mengerti bahasa Arab, sementara kami merasa telah mengamalkan isi atau kandungan Al-Quran. Perhatikan Surat Al-Hajj ayat 54, artinya “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwa (Al-Qur’an) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus”. Orang yang beriman itu ketika mendengar Al-Quran, hatinya akan begetar untuk berbuat kebaikan dan semakin tertarik untuk mempelajari ilmu agama. Allah SWT akan membimbing kita dan memberikan hidayah-Nya agar menjadi lebih baik. Demikian juga tentang pertanyaan mengapa musuh-musuh islam benci terhadap berkembangnya Bahasa Arab, apa sebenarnya yang mereka takutkan, Wallahu a’lam. Orang-orang kafir akan terus mengada-ada untuk melakukan itu dan menghalang-halangi pembelajaran Bahasa Al-Quran. Mungkin mereka khawatir jika banyak orang akan mengamalkan ilmu-ilmu Al-Quran itu. Wallahu a’lam. Perhatikan satu Hadist Rasulullah SAW, “Ilmu itu khazanah, sebuah perbendaharaan materi yang luar biasa, suatu nikmat yang luar biasa. Kunci untuk membuka khazanah itu adalah mempertanyakan atau membahasnya”. Saran praktisnya adalah jika mau belajar Al-Quran, sebaiknya ada pembimbingnya, yang telah lebih dahulu memiliki pemahaman atau ilmunya.

Menjawab pertanyaan jika demikian pentingnya, mengapa di sekolah tidak diwajibkan mempelajari Al-Quran, sebagaimana mewajibkan Matematika? Mungkin karena perbedaan orientasi. Oleh karena itu, pendidikan non-formal tentang hal itu perlu terus dilakukan, bahkan dapat dimulai dari rumah. Dahulu pernah ramai untuk memperbanyak membaca Al-Quran bagi semua orang muslim pada setiap selesai shalat maghrib. Kebiasaan massal seperti itu sebenarnya sangat baik dan akan bermanfaat bagi masa depan generasi muda. Pada tingkat yang lebih formal, itulah yang diwudujkan dengan Taman Pendidikan Al-Quran dan Rumah Tahfidz Al-Quran yang sekarang juga sedang berkembang pesat. Perhatikan Surat Al-Qamar ayat17, yang artinya “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” Jika berminat mulai belajar Bahasa Arab, silakan cari buku Bahasa Arab lil Quran, yang memang khusus untuk mampu memahami Bahasa Al-Quran.

Mari kita berdoa bersama kepada teman-teman dan jamaah kita yang sedang sakit, semoga Allah SWT segera mengangkat penyakitnya, sehingga beliau-beliau dapat sembuh dan sehat kembali seperti sedia kala. Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruuka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *